Ini Bukan Honda, Kawan

in #indonesia6 years ago (edited)

Bersebab kesehatan. Saya tidak aktif di steemit beberapa hari. Bukan tidak aktif sama sekali. Hanya tidak aktif menulis. Tapi masih menyempatkan diri membuka dan membaca beberapa postingan. Dan tidak ketinggalan ikut mengkurasinya juga. Kenapa tidak buat postingan saja, daripada hanya buka-buka postingan steemian lain? Otak ini ikutan otot yang termakan usia. Itu jawaban klisenya. Yang penting setiap ada sebuah argumentasi, harus ada alasan penguatnya.

Baiklah steemian. Mari kita mulai lagi menulis. Ya menulis apa saja yang terlintas. Seperti apa yang menjadi perdebatan seorang @sangdiyus kemarin sore dengan temannya di komunitas @kanotbu. Temannya itu sementara ini cuti, tidak menulis karena alasan sedang fokus pada kegiatan lain. Lalu dius setengah maksa supaya idenya untuk tetap menulis dipahatkan dalam otak temannya. Tapi sang teman tetap berkilah. Aku sedang tidak mood kawan, kilah teman diyus. Ah kuno kali alasan kau. Itu gak zamannya lagi. Diyus terus menyerang temannya untuk tetap menulis. Sang teman diyus belum mau menyerah pada pemaksaan doktrin diyus untuk supaya tetap menulis.

Temannya lalu memperkuat argumentasi dengan mengatakan bila tidak moot, tidak ada ide. Diyus mencak-mencak sambil berdiri menunjuk ke arah temannya. Terakhir kutau namanya temannya itu Rahmad. Tak ada ide itu ide kawan. Bentak diyus sembari menunjuk ke arah @bookrak. Kau berarti tidak baca tulisa si Reza. Tidak ada ide adalah ide. Lalu kenapa pusing mikirin harus nulis apa hari ini. Atau tulis saja seperti apa yang oleh @riodejaksiuroe Tak ada postingan untuk malam ini. Lalu Rio meliuk-liuk dalam panjang tulisannya, klik posting.

Maka dari ide-ide cemerlang itu, kalau kalian tidak mau menyebutnya ide gila. Saya mencoba menulis "Ini bukan honda kawan". Ya memang bukan honda. Jangan lihat kaus yang saya pakai. Itu jelas ada logo honda dan ada tulisan one heart. Tapi itu hanya kaus yang bertuliskan sesuatu yang berhubungan dengan honda. Tapi itu jelas hanya sebuah kaus yang bisa jadi hanya untuk promosi atau bonus dari setiap pembelian motor merek honda.

Okelah, kalau yang saya kenakan itu memang semua kita tau itu bukan honda. Tapi yang saya tunggangi? Sebagian dari kita sontak mengatakan itu honda. Saya hanya mengatakan sebagian dari kita, artinya sebagian yang lain tidak mengatakan itu honda. Ya itu jelas sekali itu bukan honda, dan jangan memaksakan semua kita untuk menyebut apa yang saya tunggangi, itu honda. Saya tidak akan memaksa semua harus menyebutnya honda. Tidak juga saya bilang itu mobil atau sepeda.

Sebagian besar dari kita-kita di Aceh menggeneralisir setiap kendaraan roda dua bermesin. Itu honda. Sah-sah saja dan tidak pernah ada yang komplain. Tapi kita sudah mengeneralisir, sayang yang merek yamaha, suzuki, kawasaki dan merek-merek kendaraan roda dua yang diperbantukan tenaga dengan motor penggerak. Sekali lagi, menyebutnya honda tidak ada salahnya karena sudah biasa. Tapi coba biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.

Yang saya tunggangi itu betul-betul bukan honda. Itu motor Kawasaki. Ya, kalau tidak mau ada embel-embel merek cukup menyebutnya motor. Jangan sebut honda, karena memang bukan honda ianya. Begitu juga dengan motor RX-King, Soghun, Beat atau jenis motor lainnya. Cukup kita menyebutnya dengan motor. Saya bukan sedang memaksa anda. Seperti @sangdiyus memaksa temannya untuk menulis. sore hari kemarin, di markasnya komunitas@kanotbu. Apa yang saya bilang tentang diyus itu bukan karangan saya semata. Tapi itu sungguhan. @pieasant, @bookrak, @zeds dan juga @altha15 menjadi saksi kalau @sangdiyus betul-betul sedang mendoktrin Rahmat untuk kembali menulis. Dan itu menjadi pecutan juga buat saya. Walaupun saya masih tertinggal jauh dari mereka semua di bidang yang sedang didoktrin diyus kemarin sore.

Sort:  

Hahahahahaha...
Aku tertangkap kamera!
Sebetulnya bukan memaksa atau mendoktrin, tapi mengintimindasi, Bang.

Tulisan narasi si Kawan itu memang keren. Aku mengintimidasinya karena kesal tak bisa menikmati buah di pohon khayalnya.

Soal penyebutan Honda (untuk sepeda motor), Rinso (untuk deterjen), Sanyo (untuk mesin pompa air), Indomie (untuk mie instan) dan lain-lain, ternyata bukan milik kita saja. Di Manila, orang menyebut Xerox untuk mesin fotokopi, bahkan untuk kata kerja 'mem-fotokopi mereka menggunakan kata Xerox.

Fenomena itu dikenal dengan istilah brand image dalam dunia pemasaran. Antara kemalasan konsumen menyebut kategori (sepeda motor, mie instan, mesin pompa air, mesin fotokopi, deterjen dan lain-lain) dengan kesuksesan sebuah merek produk mendominasi pasar. Namun aku sungguh sepakat dengan imbauan "Membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa".

PS: Setelah membaca isi tulisan ini, menurut kaedah Bahasa Indonesia, semestinya ada tanda koma setelah kata "Honda" di bagian judul; Ini bukan Honda, Kawan.

Sebab judul yang sekarang bermakna: Ini bukan Honda milik kawan.

Saleum Mameh!

Yayaya betul kita sudah terbiasa, pinjam honda siat padahai yang dipinjam motor pabrikan yamaha, begitu juga dengan sebutan lain, alah kiban yang ka biasa laju.
Terimakasih pada koreksi itu juga untuk Indomie goreng nya.

Ada tambahan lagi bg Diyus, pampers untuk popok bayi, softex untuk pembalut, ajinomoto untuk msg, kodak untuk mengambil gambar, hehehehe

Benar sekali, Saudari Rayfa. Terimakasih sudah melengkapiku. Salam hangat-hangat kuku!

uppssss... saya sering bilang Honda bang @semalu ... heheehe... walaupun yang saya naiki Yamaha ...

Itu persis saya dan juga yang lain, kita sudah terbiasa

Terimakasih bg @seumalu.

Posted using Partiko Android

Sama-sama @arteem semoga semakin berjaya

Ah! Sudah kuduga kalau itu Kawasaki!

Numpang gaya di motor kawan

Asiik juga 😀