BIBIT KESUKSESAN 7000 BATANG KAKAO
BIBIT KESUKSESAN 7000 BATANG KAKAO
“..tak akan bisa menyadari potensi maksimum diri,kecuali mempunyai tujuan hidup yang pasti,jelas,dan tepat”.
Begitulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk seseorang yang mengabdikan dirinya untuk terus belajar dan mencapai satu demi satu tingkatan kesuksesan yang membuat bangga orangtua,membuat bangga orang-orang disekitar dan membuat bangga diri sendiri. Otak dan percaya diri menjadi tumpuan terkuat untuk tetap bisa berdiri,tetapi gengsi dapat mematahkan tumpuan yang kuat sekalipun.
Penatnya berlari kesana-kemari hanya untuk mendapatkan sebuah keajaiban demi bisa melanjutkan pendidikan adalah perjuangan yang cukup berat. Tapi,menyerah hanya akan membuat yang diperjuangkan selama ini menjadi sia-sia. Dalam hidup tak ada yang instan,semua harus melalui proses yang panjang dan kekecewaan berkali-kali. Tapi percayalah takkan ada sesuatu hal yang jika dilakukan dengan tulus,takkan menemukan akhir yang bahagia. Hidup tanpa perjuangan takkan indah,karena kekecewaan yang membuat hidup ini menjadi lebih berarti.
Nofrahadi,itu namanya,lelaki kelahiran lubuk sikaping,11 November 1992 silam itu merupakan putra sulung dari 8 bersaudara,dia anak yang baik dan penurut terhadap orangtuanya. Pria berkulit putih bersih itu adalah anak yang cerdas disekolahnya,dia adalah sosok murid yang patuh dan berprestasi dari awal mengenyam pendidikan SD hingga SMK,dia mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun,lagi-lagi faktor ekonomi keluarga menjadi masalah utamanya.
Keinginan yang sangat besar dan sudah tertanam dalam diri pemuda itu,tidak menyurutkan mimpinya untuk bisa melanjutkan pendidikannya. Akhirnya, ia menjual bibit kakao yang ditanam bersama adik-adiknya saat SMK. Dia tidak ingin merepotkan orangtuanya yang sudah terbilang cukup lelah untuk membiayai pendidikan dan hidup keluarga,meskipun takkan pernah kata lelah itu terucap dari orangtua.”Saat itu dana yang saya dapat dari hasil penjualan kakao itu sekitar 7 juta. Kemudian,dana itulah yang saya gunakan sebagai biaya pendaftaran masuk PTN dan biaya awal-awal kuliah juga memakai dana itu”. Ujar pemuda yang sering disapa Hadi.
Kurangnya biaya kuliah tidaklah menjadi sebuah permasalahan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.sejak menduduki bangku perkuliahan semester 3, Ia pun mulai membuktikan kemampuannya itu dengan menulis feature,artikel,resensi dan cerpen sejak tahun 2013,dengan 16 karya yang diterbitkan di Koran Harian Singgalang. Dengan adanya kemampuan yang luar biasa itu ia bisa menambah uang saku tanpa harus meminta kepada orangtua.
Menurut pengakuan seorang sahabat hadi yang menjadi narasumber kedua dalam hal ini “hadi itu orangnya akademisi,formal dan berwibawa. Dia itu lebih suka ngobrol dengan dosen,apalagi dia juga punya kedudukan yang tinggi di HMJ bahasa indonesia. Di kampus,hadi dikenal dengan sosok visioner tanpa mengenal toleransi. Saya ingat kata-kata hadi yang pernah mengatakan bahwa kita bisa mencapai tujuan bersama-sama,tidak harus berjalan sendiri,terkadang rezeki kita saling berkaitan dengan orang. Papar Rafdisyam,yang akrab disapa dengan nama Sem.
Bagi sem,hadi adalah sosok sahabat yang ketika berada didekatnya akan menjadi nyaman. Nyaman karena hadi dapat membawa kebahagiaan disekitarnya. “dulu hadi sangatlah formal,dari gaya bicara hingga stylenya. Namun,sekarang hadi adalah sosok yang suka bertingkah konyol dihadapan orang terdekatnya.Saya bahagia mengenal sosok visioner ini” ujar sem dengan bangga.
Hadi menyelesaikan studi S-1 nya pada tahun 2015 dengan lama studi 3,5 tahun serta mendapatkan predikat coumlaude dengan IPK 3,94. Sekarang ia tetap melanjutkan pendidikan S-2 di UPI Bandung dengan beasiswa PPA,serta beasiswa Vandeventer Scholarship dari Pemerintahan Belanda.”saya selalu yakin bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan karena allah bersama kita. Kuatkan hati dan luruskan niat,niscaya jalan kesuksesan itu terbuka lebar”. Ujar Hadi.
Perjalanan untuk melanjutkan pendidikan S-2 tidak kalah sulit seperti awal pendidikan S-1. Dalam sebuah keinginan selalu ada reason kenapa kita harus melakukan hal itu.”keluarga adalah alasan terbesar yang membuat saya gigih mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Saya ingin merubah tradisi keluarga menjadi baik. Saya ingin menjadi pembeda. Saya ingin menjadi panutan saat mereka (keluarga saya) dalam kesulitan,saya ingin menjadi solusi bagi mereka”. Alasan Hadi.
Disaat semua orang telah lulus menjadi sarjana dan ingin segera menikah serta mendapatkan pekerjaan yang layak . Maka hadi ingin terus sampai kepada cita-citanya yaitu mendapat gelar Professor sebelum usia 35 tahun. “ tentu saja saya ingin menikah,tapi jodoh siapa yang tahu. Saya ingin menjadi dosen dan meraih gelar Prof. Sebelum usia 35 tahun,Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu satu derajat. Jadi,tidak ada alasan untuk saya berhenti belajar. Dan masalah jodoh nanti saja,sekarang masalah ilmu yang akan saya tinggalkan kepada anak cucu saya nantinya harus diselesaikan”. Ujar Hadi.
Pesan Hadi, “untuk orang-orang yang merasa bahwa materi adalah hal yang paling menakutkan untuk melanjutkan pedidikan itu salah,yang benar adalah tunjukan terlebih dahulu prestasi dan kemampuan agar semua orang tahu siapa kita,dan setelah mereka tahu siapa kita,materi akan datang dengan sendirinya”.
Sebesar apapun keinginan, tanpa usaha maka semua sia-sia. Sebuah peribahasa mangatakan “tuntutlah ilmu sampai ke negeri china”. Dan seorang visioner muda ini membuktikan kepada kita bahwa hidup takkan berarti tanpa ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita bisa melihat dunia lebih besar dari yang kita bayangkan,meskipun materi menjadi penghambat tapi masih banyak solusi lain untuk mengejar impian.
Penulis: Yana Trinanda Kenedi
Hello yana, follback sekalian vote back ya ;*
Congratulations @yanakennedi! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!