Cerpen: Duit terjawab…

in #writing6 years ago (edited)


ImageSource

Singsingan cahaya mentari pagi membangunkanku dari mimpiku yang indah. Hari ini hari sabtu, sekolah libur karena para guru rapat dengan kepala dinas dan pusat kota.

“Andis…” panggil ibu dari dapur.

“Iya bu… ” ku jawab sambil berjalan ke arah dapur.

“Hari ini ibu dan ayah mungkin akan pulang terlambat, karena ayah dan ibu akan menanam padi di Desa Rinting, jadi nanti siang tolong bawakan makanan untuk ayah dan ibu ya. Karna ayah tidak mungkin pulang ke rumah, kamu kan tau Desa Rinting, jadi kamu antar ya…”

“Baik bu...”

“Aduh! ini sudah siang, aku harus pulang ke rumah sekarang. Tapi pekerjaanku belum selesai. Aah… biarkan Andis yang mengerjakannya nanti,” batin ayah sambil melihat matahari yang mulai tinggi.

Perkenalkan namaku Andis syafira, aku merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, adikku seorang anak laki-laki yang manis, namanya Muhammad hamza. Ayahku seorang petani, bagiku ayahku adalah seorang pahlawan, namanya Hamdani dan ibuku seorang IRT. Bagiku ibu adalah bidadari yang selalu menyejukkan hatiku namanya Nasri. Aku sangat menyayangi mereka semua. Tak pernah terlintas dibenakku untuk membantah mereka. Aku hidup di keluarga sederhana, tapi bahagia dan tentram. Begitu banyak janji dan cita dalam benakku. Yang ingin aku utarakan kepada keluargaku, tapi aku malu karena menurutku itu terlalu tinggi untuk dicapai oleh seorang Andis syafira. Hanya do’a, usaha dan inspirasilah yang membuatku yakin akan kehendak illahi.

Waktupun berjalan begitu cepat. Ayah dan ibu sudah dari tadi meninggalkan rumah sejak jam 07:30 pagi. Jam menunjukkan pukul 10:00 pagi, aku harus segera menyiapkan bekal makan untuk ayah, ibu, serta untukku, karena aku harus melanjutkan pekerjaan ayah di kebun.

Tok…tok…tok… “Assalamu’alaikum” sapa Hamza sepulang sekolahnya.
“Wa’alaikumsalam,Hamzaudahpulang.”
“Kak, ibu dan ayah udah pulang ?”
“ ayah dan ibu pulang telat dek, karna kan jauh desa rinting dengan desa kita.”
“yasudahlah, kak Hamza main ya…”
“iya, tapi nanti sholat dan makan siang di rumahya!!!”
“iya kak, tapi kakak mau kemana? kok bawa 2 rantang segala?”
“oh ya, kakak mau pergi ke desa rinting dan melanjutkan kerjaan ayah di kebun. Udah jam 10.30 nie, kakak pergi ya… jangan nakal ya, dah…”

Akupun beranjak dari rumah menuju desa rinting, sungguh perjalanan yang melemahkan tulang-tulangku, sekitar 2 jam penuh ku dayungkan sepedaku. Cukup melelahkan. Akupun tiba di desa rinting dengan membawa 2 rantang pada jam 12.00, aku pun beristrirahat sejenak di bawah pohon roda. Kulihat orang tuaku bekerja, membungkuk menanam padi. Keringat terus bercucuran membasahi dahi mereka, di bawah terik mencari-cari rezeki dari ilahi.

“ Andis, cepat ke kebun nak! Nanti pohon pisangnya gak segar lagi, kalo lama di bawah terik matahari begini ” Ayah membangunkan lamunanku.

“ Baik yah, Andis pergi dulu ya…!” jawab ku.

Akupun pergi meningglkan orang tuaku di sawah. Waktupun berjalan beberapa menit kemudian.
“ Allahu akbar Allahu akbar…” suara azan telah berkumandang dari salah satu mesjid.
“Alhamdulillah sudah dzuhur, sebaiknya aku sholat dulu…!”
Akupun singgah di mesjid Baburrahman untuk melaksanakan kewajibanku di desa Sandung. Setelah melaksanakan salat dzuhur, aku lanjutkan perjalananku menuju kebun di desa Danting, desaku tercinta.

Aku sampai di kebun tepat pada jam 14.00 WIB. Langsung ku kerjakan pekerjaan ayah yang belum siap, yaitu menanam pisang yang hanya tinggal beberapa lagi. Aku sudah sering membantu ibu dan ayah di kebun, sehingga aku sangat paham bagaimana cara menanam pohon-pohon di kebun. Aku sangat suka berada di kebun, banyak tanaman yang membuatku kenyang di sana. Di kebun ada gubuk kecil, yang sering aku sebutin jamboo untuk beristirahat, di jambooada beberapa kamus bahasa inggris kecil yang dibelikan oleh kawanku untukku dan beberapa buku kecil lain di sana. Di jamboo juga ada mukena, sajadah dan al-qur’an. Keluargaku sering menghabiskan waktunya di kebun, sehingga kami sering sholat di jamboo.

Aku pun menyelesaikan tepat ketika azan ashar berkumandang, aku langsung membersihkan tubuhku dengan sucinya air wudhu, lalu sholat di jamboo. Setelah sholat, kusempatkan diriku bersandar di bawah pohon munjee yang rindang. Kupandang sekelilingku. “Begitu luasnya alam raya ini, Subhanaallah” batinku sambil melihat orang-orang yang sedang menanam padi di bawah kaki gunung Sunanngung. Dengan hilir angin sepoi-sepoi.Membawaku ke alam khayal kubayangkan ini sedang sore di Inggris, London, Prancis dan lain-lain. “Sungguh indah, tapi itu tidak mungkin, mustahil untuk ku raih.” Batinku.

ImageSource

Aku pulang dengan sepedaku yang berisi beberapa mangga. “Andisss….!!!”, seseorang memanggilku, ku lihat kesamping kiri “iyaaa!!, kenapa Melya?” tanyaku. “kesini, cepat!” pinta Melya. Aku pun memenuhi panggilannya. “ kenapa, mel kok tergesa-gesa gitu?” tanyaku. “Ndis, ada berita gembira, kesempatan Ndis, kamu harus ikut Ndis aku bayar, pokoknya kamu harus ikut Ndis, aku yakin kamu bisa ndis, oke ndis, oke saja, bisa kok.” jelas Melya sambil menunjukkan sebuah brosur. Aku semakin bingung, “ikut apa Mel?”tanyaku. “Exchanger, ndis, exchanger!! Tapiiiii…..” “Ah gak ada tapi-tapian, udah aku daftarin kok” potongnya. “ Mel, yang betul, mel?” tanyaku. “Iya, suwer. Tesnya bulan depan. Way to go ya good luck, semonga berhasil” jawabnya. “Alhamdulillah, semonga Allah membalasnya dengan kebaikan, terima kasih banyak mel!” do’aku…. “Amieen…..semonga kamu bisa wujudin keinginanmu ndin, kamu harus beriktiar ndis. Sukses itu perlu DUIT. Do’a, usaha, ikhtiar dan tawakkal, kamu harus berusaha keras, jangan lalai dan malas ya ndis, jalan masih panjang ndis, kita harus melaluinya dengan usaha dan tawakkal.” Nasihat Melya sekaligus memotifasiku. “kamu benar mel, aku bangga padamu. Ternyata kamu gak cuma manja ternyata kamu dewasa juga ya,” candaku. “iiih ndis, aku bukan anak manja…!! Tegasnya. “iya,iya, bercanda kok, yaudah aku pulang ya, kasihan Hamza sendiri dirumah, sekali lagi makasih banyak ya, udah daftarin aku” pamitku. “iya sama-sama, salam ya untuk ibudan ayahmu untuk si cebol itu juga, hati-hati, ingat sebulan lagi di UDN!!! Teriaknya. “ iya,iyaaa…..!!!!.

Sebulan kebudian……


Setelah berusaha sekuat tenaga, dengan bekal restu orang tua dan guru serta ilmu, ku beranikan diri untuk mengikuti tes di UDN. “ Bismillahirrahmanirahim, ya Allah bantu hamba ya Allah, hamba bertawakkal kepadamu, berikanlah yang terbaik ya Allah.” Pintaku ketika soal di bagikan.

Beberapa jam kemudian. “ Diharapkan bagi seluruh peserta untuk berkumpul di gedung utama sekarang juga!” tutur panitia dengan mikrofon. Kamipun berkumpul, yang mengikuti tes tersebut berjumlah sekitar 500 peserta. Aku semakin tidak yakin akan lulus. Tapi untuk soal tadi,aku tidak menemukan kesulitan.

Kemudian panitia membacakan nama yang lulus untuk tahap tes selanjutnya. Dan Alhamdulillah aku termasuk salah satu yang lulus ke tahap selanjutnya yaitu tes wawancara. Sekitar 200 peserta yang lulus. Masing-masing di bagi menjadi 50 ruangan sesuai dengan urutan nama.

“ yah, kakak ikut apa kok lama kali, Hamza laper udah jam 12.00. Ayah, ibu…..!”Tutur Hamza.
“ Hamza laper ya, yaudah yuk kita makan dulu, yuk buk.” Ajak ayah.
“ Andis lulus gak ya yah…?” desah ibu
“ lulus bu, diakan anak yang pintar. Dari SD sampai SMA dia selalu mendapatkan rangking pertama. Otaknya sudah seperti kamus, anaknya rajin, penurut, ayah yakin Andis akan lulus 100%. Ayah yakin.” Hantur ayah meyakinkan ibu.
“ Amin yah, semoga Andis sukses ya yah. Biar bisa menjadi suri tauladan untuk Hamza. Amin ya Allah.” Tutur ibu.

Waktupun berlalu…


Setelah tes wawancara dan memilih negara tujuan, kami para peserta yang berjumlah 200 orang bertawakkal kepada Allah. Karena yang bisa ikut exchange hanya 35 orang dan pengumumanya hari ini di koran serambi. Akupun sibuk mencari koran hari ini, kubolak-balikkan koran berharap namaku tercantum di dalamnya pada halaman 10 koran serambi pase. Kulihat judul exchange 2016, hatiku deg-degan, kubaca dari awalan B sampai nama-nama yang tercantum di sana dan………….
“ Alhamdulillah, Alhamdulillah ya Allah, Subhanallah, Masya Allah aku lulus, aku lulus ke Inggris.” Terikku dalam sujud syukurku tanpa terasa butiran air mataku berjatuhan.
“ Ibu ayah… ibu ayah… aku lulus ke Inggris.” Tangisku makin menjadi ketika air mata keluar dari mata bening ayah dan ibu begitu juga dengan Hamza. Kucium tangan mereka berkali-kali dan juga kakinya. Aku sangat bersyukur kepada Allah, terimakasih ya Allah.


ImageSource

“Andiiis, aku senang kamu lulus ndis!” tutur Melya.
“ Terima kasih Mel, atas bantuan kamu, mungkin tanpa kamu aku tidak tau berita exchange ini, terima kasih Mel.” Jelasku.
“ iya sama-sama, kapan berangkatnya Ndis…?” tanya Melya.
“ minggu depan Mel” jawabku.
“ Oh ya, jangan lupa oleh-oleh ya untuk aku.” Pinta Melya
“ Insya Allah Mel” jawabku.

Barangku telah siap semua. “ tit… tit… bunyi klakson mobil bus yang baru tiba untuk menjemput peserta exchange beserta keluarganya.”
“ Andis, sudah siap? Ayuk berangkat…” Ajak ayah. Kulihat raut muka sedih ayah dan ibu membantuku mengangkat barang-barangku.
setibanya di bandara “ Ayah, ibu do’akan Andis ya, semoga sampai tujuan, Hamzah jaga ayah dan ibu ya dek!” tuturku dengan deraian air mata.
“ Andis.. ibu, ayah dan Hamza slalu berdo’a untukmu nak. Baik-baik nak ya, jangan pernah melupakan orang tuamu nak, jangan bergaul dengan sembarangan orang, jaga diri dan ingat Allah. Allah selalu memperhatikan hamba-hambanya, jangan berubah nak ya…” tutur ayah dengan sedih.
“ baik ayah, ibu. Andis berangkat ya, salam buat Meliya” Tuturku, setelah itu kucium tangan beserta pipi ke dua orang tuaku yang basah dengan air mata. Kupeluk orangtuaku dan Hamza adikku.
“ aku tak akan pernah melupakan kalian semua, ibu kan bidadari untukku, ayah kau pahlawankku dan Hamza kau adalah inspirasiku. Aku sayang kalian, tanpa kalian aku tidak akan ada di dunia ini. Terima kasih atas semua jasa yang tidak pernah bisa aku balas, pelitaku di saat kegelapan, terima kasih ku ucapkan sekali lagi. Hanya Allah yang bisa membalas jasa kalian, aku cinta kalian.” Batinku sambil melangkahkan kaki ke dalam pesawat dengan bercucuran air mata yang membasahi pipi dan jibabku. Kulambaikan tanganku untuk mereka yang di sana. Perpisahanku yang terakhir, kulihat orangtua melepaskan kepergianku dengan air mata bahagia…..
“ terima kasih atas segalanya.” Batinku sambil melihat ke arah jendela.

Ridho Allah terletak pada ridho orangtua dan murka Allah terletak pada murka orang tua.

Postingan sebelumnya: