Si Asin yang Berharga

in #writing7 years ago

image

Desiran ombak menyapu pantai, riuh-riuh angin meniup sepai-sepoi. Kerumunan manusia yang terlihat dari kejahuan kebanyakan terlihat wanita-wanitaa paruh baya yang sedang berjuang untuk membuat si putih halus yang asin bernama garam. Kulitnya yang kering terbakar sinar matahari seolah tidak mengenal kata lelah. Demi tanggungan hidup, mereka rela mengorbankaan tubuhnya terbakar dan berkeringat. Tujuannya hanya satu, untuk sekedar melihat si putih asin yang akan membantu mengurangi beban hidup mereka.
Garam merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, bayangkan saja jika dia tidak ada maka akan terasa hambar hidup kita begitu kata pepatah lama. Si asin ini tidak lain adalah garam. Bahan masakan yang wajib ada di semua dapur rumah tangga. Butir-butir halusnya sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan rasa pada setiap masakan. Berbicara tentang garam tidak terlepas dari cara pembuatannya yang begitu susah. Para petani garam harus bertarung dengan teriknya panas matahari hanya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Petani bisa membuat garam dengan dua metode tradisional, baik berupa metode penguapan dengan sinar matahari di tambak maupun dengan menggunakan tekhnik perebusan (garam rebus). Kedua metode ini sama-sama membutuhkan banyak tenaga. Walaupun harga jual garam sendiri tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan garam itu sendiri. Tetapi untuk petani garam tidak ada pilihan lain kecuali tetap menjalani pekerjaannya sehari-hari sebagai petani garam.
Salah satu pembuat garam yang sudah sangat lama adalah ibu rohani, dia adalah ibu tunggal dari ke-5 anaknya. Beliau sudah menggeluti pekerjaan ini dari semenjak beliau berusia 20-an. Perkampungan yang jauh dari kota membuat dia tidak memiliki banyak kesempatan. Beradu nasib dengan si garam inilah satu-satunya harapan yang masih dimiliki. Untuk menghidupi ke-5 anaknya yang masih belia di kala itu. Bagaimana tidak setelah bercerai dari suaminya beliau harus bekerja keras memenuhi semua kebutuhan sehari-hari dan ke-5 anakya karena tidak ada nafkah sama sekali dari mantan suaminya untuk buah hati tercinta.
Beradu nasib dengan si asin ini seperti sudah mendarah daging dalam kehidupannya. Hingga saat ini saja dia masih setia dengan pekerjaan yang sudah digelutinya selama 45 tahun itu. “saya masih belum bisa meninggalkan pekerjaan yang sangat berarti untuk kehidupan saya selama ini, pekerjaan ini sudah sangat banyak membantu hidup saya” kata ibu rohani.
Walaupun harga garam sendiri bisa dikatakan cukup murah untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Harga garam sendiri hanya berkisar Rp 3.000 per Are (alat yang digunakan untuk mengukur garam bagi penjual garam tradisional). Adapun begitu masih sangat banyak masyarakat yang masih menggantungkan hidup pada garam. Bahkan sekarang petani garam pun semakin meningkat. Hat ini dikarenakan dengan melonjaknya harga garam beberapa bulan lalu. Harga garam bahkan pernah mencapai harga Rp 8.000 per Are. Hal tersebut tidak terlepas dari kelangkaan garam yang terjadi belakangan ini.
Dengan tingginya harga garam itulah yang membuat ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di daerah pesisir mulai menggeluti pekerjaan yang bisa dikatakan agak kasar ini. Melihat ada kesempatan untuk mengurangi kebutuhan sehari-hari, melalui garam inilah ibu rumah tangga sekarang ini mulai tertarik dalam pembuatan garam. Walaupun sekarang harga garam hanya berkisar Rp 5.000 saja per Are, tetapi tidak menurunkan minat para ibu rumah tangga yang ingin terjun ke pekerjaan ini. Bagaimana tidak, semahal apapun harga garam semua dapur rumah tangga pasti membutuhkannya. Seperti yang dikatakan oleh marlina, ibu rumah tangga yang cantik berumur 45 tahun ini menuturkan “saya baru sekitar 1 bulan menjadi pembuat garam, walaupun susah dan capek tetapi sekarang harga jualnya sedikit membantu kebutuhan sehari-hari, uang dari hasil jual garam itu bisa untuk beli alat dapur seperti cabe, bawang, dan sebagainya”. Mereka sangat bersyukur dengan kenaikan harga garam seperti saat ini. “harga garam sekarang sudah lumayan tinggi harganya, saya tidak hanya bergantung lagi dari hasil pendapatan suami saya, setidaknya saya bisa sedikit membantu suami saya dalam hal keuangan”. Sambung marlina lagi.
Memang tidak bisa di pungkiri bahwa di desa tempat ibu rohani dan ibu marlina tinggal adalah daerah pesisiran, yang membuat mereka semakin mudah dalam memproduksi garam. Biasanya mereka penggunakan cara tradisional dengan metode perebusan air asin. Pembuatannya memang sangat rumit seperti yang di utarakan oleh ibu syariah (63) “ membuat garam memang sangat rumit dan melelahkan, pertama kita harus menghasilakn air asin dari tanah-tanah asin di daerah tambak (cara yang sangat tradisional) setelah air asin sudah terkumpul maka kita harus mengangkutnya lagi untuk merebusnya kira-kira membutuhkan waktu selama 8-9 jam lamanya hingga menjadi garam, jika beruntung maka kita bisa mendapatkan garam sebanyak 15-20 Are sekali masak” tutur ibu syariah.
Tetapi hal yang menghantui para petani garam ialah ketika musim hujan tiba. Ketika musim hujan maka para petani garam harus pensiun sementara . karena dalam pembuatan garam tradisional sinar matahari sangat dibutuhkan agar garam dapat di produksi dengan benar. Oleh karena itu hujan menjadi momok besar bagi semua pembuat garam tradisional.
Para petani garam bahkan tidak mengenal lelah untuk menghasilkan si putih yang asin ini, sekarang bahkan mereka berlomba-lomba untuk menghasilakn sebanyak yang mereka bisa. Bergulat dengan terik matahari yang menyengat dan butiran keringat yang mengalir tidak menyurutkan semangat hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Sort:  

Haha,, biarin yang penting berkarya... wkwkwkw

ka follow log an
bek gdoh lalo g0n cerape

Kisah yang menyentuh tentang perjuangan petani garam @munasarah. Jangan lupa perhatikan paragrafnya biasa lebih enak dibaca. Fotonya jangan satu, ya. Minimal tiga dengan posisi horizontal.

Satu lagi, jangan lupa buat bilingual juga, sekalian kita belajar bahasa Inggris. Tetap semangat @munasarah.

Iya terima kasih atas sarannya pak,, mohon bimbingannya pak..

Congratulations @munasarah! You have received a personal award!

Happy Easter 2018
Click on the badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.

Upvote this notificationto to help all Steemit users. Learn why here!