Menilai Bebas Tulisan Jangan Ajari Anak Jadi Pengemis Saat Lebaran
Jangan ajari anak jadi 'pengemis' saat lebaran.
Saya lupa itu tulisan siapa. Tapi tulisan yg memuat niat baik, agar anak tidak terbiasa dengan kebiasaan uang saku saat bertamu itu -- & agar anak (juga orang tua) tidak menganggap pelit mereka yang tidak memberi uang saku -- saat lebaran, justru dianggap salah dan dijadikan olok-olok.
Saya membacanya, saat itu yang saya lihat hanyalah sebuah tulisan yang tidak melarang siapapun untuk memberi uang saku saat anak-anak datang bertamu ke rumahnya ketika lebaran.
Tulisannya secara umum hanya mengajak untuk tidak menjadikan soal uang saku bagi anak-anak yg bertamu sebagai kewajiban. Kalau mampu ya silahkan. Tapi jangan lupa untuk mengingatkan anak-anak kita bahwa itu tidak wajib, dan jangan menilai pelit yang tidak memberi.
Kita lupa, bahwa ada mereka yang menyambut lebaran dengan susah payah. Mereka yang kita-kita juga. Kita yang kalangan rata-rata ini, yang hidupnya pas-pasan. Yang pendapatan sebulan seringnya hanya bertahan setengah bulan. Yang berusaha terlihat 'mapan' demi melindungi telinga dan harga diri dari bisik-bisik tetangga penggiat kepoisme.
Kita sering melupakan hal begitu, mungkin karena seringnya yang dicurhatkan adalah pertanyaan :
- Kok belum isi juga, padahal sudah 5 tahun nikah.
- Kapan si kakak di kasih adek lagi.
- Wah, suka ya baju model begini, sama persis ya sama baju lebaran tahun kemarin? Oh memang baju tahun kemarin ya. Maaf (ketawa basa-basi)
Yup. Ketika kita mengolok-olok tulisan Jangan Jadikan Anak 'Pengemis' Saat Lebaran, mungkin kita terbawa emosi karena merasa "Ah, alasan. Memang pelit tuh. Ga ingat ya gimana senangnya kita waktu kecil saat dapat duit waktu lebaran. Setahun cuma dua kali lho."
Saya & istri juga menyiapkan uang buat diberikan ke tamu-tamu cilik, sengaja tukar ke bank. Supaya dapat uang baru yang mulus. Nominal per lembarnya tidak besar: 1000,2000, 5000, 10000. Yang paling banyak pecahan 1000 & 2000.
Total anggarannya sudah cukup besar buat kami. Walaupun tidak seberapa bagi mereka yang kasih uang saku selembar merah per anak. Nilai budget kami bahkan tidak cukup buat 6 anak versi mereka.
Alhamdulillah, sekarang ada sedikit kemudahan yang bisa kami rasakan.
Tapi saya juga pernah merasakan saat-saat lebaran ketika rasanya sangat berat menerima tamu. Jangankan memberi uang saku buat anak-anak yang bertamu, untuk anak sendiri saja tidak ada. Setiap pengeluaran berada pada kondisi kritis.
Mereka yang sebenarnya kita-kita juga. Kaum rata-rata, kaum menengah yang hidupnya sudah cukup berat terbebani dengan tuntutan lingkungan sosial. Mereka yang kita-kita juga, yang berusaha meyelamatkan harga diri dengan susah payah.
Mereka yang sebenarnya kita-kita juga. Yang serba salah menyambut lebaran, diam-diam akhirnya memilih menutup pintu karena tak ingin dituduh pelit padahal memang tidak punya. Yang akhirnya tidak bergembira saat lebaran. Yang dengan sedih justru lega setelah lebaran usai.
Ah, saya ingat bagaimana menyenangkannya saat dapat uang lebaran, mengumpulkannya untuk beli bakso, merasa hebat karena akhirnya punya uang sendiri.
Tapi pengalaman membuat saya mengerti, ada hal-hal di balik layar yang kita tidak tahu. Pengalaman yang membuat saya selalu menitipkan pesan pada anak-anak kami saat pagi lebaran "Nak, jangan minta uang waktu bertamu ya. Kalau dikasih alhamdulillah, kalau tidak juga alhamdulillah. Mungkin saudara kita itu sedang tidak ada uang."
Nanti setelah anak-anak lebih besar penjelasannya akan ditambah soal rezeki, memuliakan orang lain, dan tidak menjadikan diri kita beban bagi saudara kita. Tapi untuk saat ini. Cukuplah mereka menerima yang lebih sederhana.
Begitulah. Bagi saya, sebatas yang saya ingat, tak ada yang salah dari tulisan Jangan Jadikan Anak 'Pengemis' Saat Lebaran.
Mungkin sedikit emosi kita hanya karena kata pengemis itu. Walaupun kalau mau jujur, saat kita menganggap memberikan uang lebaran saat bertamu adalah wajib, wajar tanpa pengecualian, kita mungkin memang sudah mengajarkan anak-anak untuk terbiasa meminta-minta.
Image source pixabay.com
Dahsyad.. Tulisan pemecah senyap dalam ramai
Tks sudah berbagi
Hahaha tersandung kami.
Aku sepakat dengan tidak mengajari mengemis bg. Aku juga diajari begitu, sampe dimarahi dulu kalo ngikut cara anak2 lain minta uang. Minta uang ke Orangtua sendiri ditengah keramaian pun gak boleh apalagi pada orang lain. Tapi zaman sekarang semua serba dinilai dengan uang, yg ngasi paling banyak dianggap paling baik. Dan bla bla bla
Udahlah kalau anak2nya yg begitu. Nah ini orang tuanya pula.