Ilustrasi Rumah Panjang
Angin, yang halus perangainya setelah kenyang menghembus jutaan kerancang jala, mengerti
bahwa cemucut tak ingin diganggu.
Jadi disimpannya saja legenda cinta yang dipungutnya dari pasir dan gelombang samudera
Dalam ceruk antara batang pala,
Batang baya yang sabar menjulurkan dedahan ke langit, dan diam-diam berdoa
agar ular di antara akar-akarnya
tak menggigit bocah yang bermain di situ, setiap petang setelah mengaji. Lalu hujan pun rinai.
Hening bangkit dari bebatuan, dari kelokan jalan yang terdiam dan jendela madrasah yang dikunci,
Bertanya tentang suara dan hidup,
Ingin diyakinkan bahwa kehadirannya tak sia-sia.
Malam mengantar hujan keluar petarang kebun, mengecup atap seng tua tempat bayangan bulan memantulkan zikirnya,
Memberi isyarat abadi bahwa ia telah kembali.
Ada yang sedang lewat, dalam kelam menyusur rerumput, ke arah pelabuhan
Kau tak melihat jemarinya terkembang, telingamu tak menangkap langkahnya.
Tetapi ia ada.
Rumah Panjang, 11 Desember 2016
Btw...rumah panjang itu di mana kak @dianguci? 😊
Susoh dek. Rumah kami dulu