Luka yang Tak Terlihat
Tangan kecil itu gemetar saat direntangkan. Ia tidak menangis, tidak juga berteriak. Hanya matanya yang berbinar, penuh ketakutan, menatap penggaris plastik yang kini terangkat di udara.
"Ini pelajaran untukmu," suara tegas itu terdengar. Seketika, benda itu mendarat di pergelangan tangannya, meninggalkan garis merah yang perlahan memudar, tapi tidak pernah benar-benar hilang dari ingatannya.
Dunia di sekitarnya terus berjalan seperti biasa. Anak-anak lain mungkin sedang bermain, tertawa, atau mengerjakan tugas mereka. Tapi bagi anak ini, waktu terasa berhenti di satu titik yang penuh rasa sakit dan ketidakadilan.
Bukan fisiknya yang paling terluka, melainkan hatinya. Luka itu tidak akan terlihat dari luar, tapi ia tahu, perasaan takut itu akan menemaninya bertahun-tahun ke depan.
Di dalam dirinya, ia berjanji: jika suatu hari ia tumbuh dewasa, ia tidak akan pernah melakukan hal yang sama kepada siapa pun. Karena ia mengerti bagaimana rasanya—dipukul bukan untuk belajar, tapi untuk diam.
Warning,
This user was downvoted or is blacklisted likely due to farming, phishing, spamming, ID theft, plagiarism, or any other cybercrime operations. Please do your due diligence before interacting with it.
If anyone believes that this is a false flag or a mistake, consider reaching the watchers on Discord.
Thank you,