STORY OF MY TOUR TO BENGKULU

in #travel7 years ago (edited)

Ini cerita pertama perjalanan yang tuliskan tentang misi kemanusiaan,karena aku merupakan salah seorang relawan PMI Daerah Aceh. Mulainya sebuah cerita saat aku mendapat Surat Perintah Tugas dari PMI Daerah Aceh untuk mengikuti S PENYEGARAN SERTA SIMULASI LOGISTIK dan POSKO REGIONAL SUMATERA yang disponsori oleh PMI PUSAT dan sebagai panitia pelaksana yang diselenggarakan oleh PMI Daerah Bengkulu berlokasi di Kabupaten Muko-muko.

Sesuai surat keputusan dari PMI PUSAT bahwa, untuk delegasi setiap masing-masing daerah harus mewakili 4 pesertanya dan harus melakukan perjalanan darat baik itu dari Provinsi Aceh maupun seluruh Provinsi Regional Sumatera,karena PMI PUSAT ingin melihat berapa lama waktu yang ditempuh oleh relawan melalui transportasi darat.
Inilah perjalanan yang ku nanti-nantikan,kalau untuk perjalanan via udara mungkin terlalu mainstream buat kita semua.

Aku pun belum bisa membayang bagaimana perjalanan ku nantinya. Untuk berangkat ke Bengkulu saja tidak tau pakai uang dari mana,karena waktu itu aku sedang tidak bekerja,walaupun aku bekerja paling cukup untuk pengeluaran sehari- hari. “Bagaimana aku bisa kesana ” Tanya dalam hati ku ,aku pun mencari cara untuk bisa memenuhi undangan yang di amanahkan dari PMI Aceh kepada ku. Seperti kata orang jaman dulu “ banyak jalan menuju roma ” akhirnya aku menemukan cara yaitu dengan menggadaikan sepeda motor jadul ku merek Honda Astrea Impressa tahun rakitan 1996 dan aku menggadaikannya kepada teman ku,pada saat itu dia pun membantu ku karena dia suka dengan cara ku mengabdi kepada organisasi kemanusiaan ini.

Uang sudah ada di dalam saku ku,tinggal sekarang aku harus membeli tiket bus ke terminal Bathoh jurusan Bengkulu,setelah sampai di loket ku tanya kan kepada petugas loket “ jurusan ke Bengkulu ada kak” dan kakak itu pun menjawab “mohon maaf bang untuk jurusan ke Bengkulu ga ada, yang ada jurusan ke padang “ku tanya kan lagi “jadi kami harus transit dimana tu kak“ dan kakak ku itu pun menjawab “abang ini harus transit ke medan dulu di terminal daerah setia budi, setelah itu konfirmasi lagi ke loket,jangan lupa bawa tiketnya supaya bisa di cetak ulang sekaligus penempatan bus yang mana.” “oooohh” pikir ku dalam hatiku. Aku pun mengganggukkan kepala seolah sudah mengerti (bahasa tubuh). Setelah obrolan singkat dengan kakak itu, akhirnya tiket pun aku beli dengan harga Rp.450 ribu dari Provinsi Aceh ke Padang untuk satu orang jadi sisa uang ku tinggal Rp.550 ribu.

PART 1 – BERMALAM DI BUS YANG MENYAKITKAN

Perjalanan ku di mulai pada hari kamis malam pukul 20.00 WIB. Perlengkapan semua nya sudah terpacking rapi di dalam tas carrier 50 liter yang ku pinjam dari adik letting ku di Korps Suka Relawan Unit 06 Perguruan Tinggi Serambi Mekkah. Sebelum berangkat, ku sempatkan untuk ngopi dengan teman-teman relawan sebagai tanda perpisahan dan ini bisa jadi kopi aceh terakhir yang ku cicipi,karena disana mungkin susah di temui warung kopi seperti di aceh yang bertebaran di setiap sudut kota maupun di desa-desa. Obrolan bersama teman - teman relawan pun sangat inspiratif, mereka hanya berpesan “ jaga diri baik-baik dan jangan mencemarkan Aceh dengan sikap kalian” jangan lupa oleh - oleh kata satu orang teman ku,aku hanya bisa mengangguk-angguk saja. Waktu berjalan begitu cepat tanpa kusadari ternyata waktu sudah menunjukan pukul 20.30 WIB,aku terkejut karena jadwal keberangkatan di tiket tertera pukul 20.00 WIB. Aku pun bergegas menuju ke terminal dengan di antar oleh adik letting yang ku sebutkan tadi (pemilik tas carrier).

Sesampainya aku di terminal bus,ternyata bus yang ingin ku naiki telah berangkat, aku dan teman-teman ku pun mulai panik dan gelisah. Seorang petugas menghampiri ku, “ada apa bang?” lalu aku menjawab “ bus kurnia plat BL 8991 PA (bukan yang asli) sudah berangkat ya bang?” petugas pun menjelaskan bahwa bus tersebut singgah di Lampeuneurut yang berjarak sekitar 2 kilometer dari terminal Bathoh. Aku pun bergegas kesana bersama adek leting ku. Setiba di lokasi,aku menghampiri petugas bus sambil menunjukan tiket yang ku bawa lalu memasukan tas carrier ku ke dalam bagasi bus tersebut.

Akhirnya aku bisa mengikuti pelatihan yang di selenggarakan oleh PMI Daerah Bengkulu. Supir bus mulai memainkan perannya dengan membunyikan klakson yang fenomenal “ KLAKSON TELOLET “ menandakan bahwa bus akan berangkat. aku menyempatkan diri untuk menghampiri adik letting ku, bersalaman sebagai tanda terima kasih karena sudah bersedia mengantar ku. Begitu senangnya aku lupa bahwa aku belum makan nasi (supaya tidak berangin dalam lambung), karena menurut artikel yang ku baca bahwa apabila isi lambung kosong bisa mengakibat pusing dan mual di tambah lagi AC di dalam bus terlalu dingin untuk tubuh ku.

Maklumlah aku hanya seorang relawan yang selalu bekerja dibawah terik matahari,tubuh ku tidak terbiasa menerima hal yang baru seperti AC yang begitu dingin ini tapi untunglah di dalam bus ini disediakan selimut tebal (Alhamdulillah) ucap ku dalam hati. Didalam bus yang kunaiki ini masuk kedalam kategori super eksekutif jadi di sediakan segalanya kecuali kantin. Bus-bus di aceh memang masuk kedalam kategori bus termewah se-Indonesia sehingga harganya relative mahal dibandingkan dengan bus- bus yang ada di luar Aceh.


(sumber dari google)

Malam pun semakin larut,pak supir pun menghidupkan musik sebagai pengganti temannya di kesunyian malam,sesekali aku pun terbangun dari tidur ku, maklumlah aku harus beradaptasi dengan bangku bus ini. Mulai perasaan ku tidak enak,itu terjadi pada pukul 00.00 WIB tengah malam karena perut ku mulai kosong. Aku hanya memakan sebungkus roti harga seribu yang di bagikan oleh petugas mobil tadi. Lambung ku pun mulai berulah seakan tidak terima dengan keadaannya. Kepala ku mulai pusing serta perut ku mulai mual, kurang lebih itu terjadi pada pukul 01.30. Mual pun semakin memuncak tak bisa ku tahan lagi,akhirnya aku pun pergi secepat mungkin ke kamar kecil. Mulailah isi dalam perut ku itu keluar tanpa batas,setelah mendingan aku kembali ke bangku semula. Sekitar 10 menit aku duduk, perut ku mulai berulah dan aku kembali ke kamar kecil yang tidak aku sukai ini.

Saking jengkelnya aku kepada keadaan ini,terpaksa aku harus berdiam diri di kamar kecil ini selama kurang lebih 1 jam lamanya yang tak pernah aku rasakan selama hidup ku. Hati ku mulai gelisah dan logika ku tak bisa ku gunakan,lama aku berdiam diri dan aku pun mengambil sebuah kesimpulan, bahwa aku harus duduk di bangku paling belakang supaya aku lebih leluasa untuk ke kamar kecil ini. Menurut ku “ kamar kecil ini adalah kamar yang tersetia di dunia ” ,karena ia bersedia saat aku ingin buang isi perut ku yang hanya tersisa air putih bercampur warna kuning. Duduk di bangku belakang rupanya membuat ku nyaman,karena AC disini tidak begitu dingin dikarnakan beradu dengan panasnya suhu mesin bus tersebut. Akhirnya aku pun bisa tidur dengan tenang walau tanpa selimut tebal yang berada di bangku tempat duduk ini.

Tiba-tiba aku terbangun dari tidur ku dan aku melihat jam telah menunjukan pukul 04.00 pagi, dalam hati ku bertanya “ kapan ya mobil ini berhenti “,karena isi perut sudah terlalu kosong. Aku pun mulai beranjak ke bangku pertama ku dan berharap mungkin ada sedikit makanan yang dibawa oleh teman yang duduk di samping ku ini. Alhamdulillah ternyata dia membawanya, tanpa berlama-lama aku pun membukanya dan bisa menjadi pengganjal isi perut yang telah kosong.Setelah selesai memakannya, barulah aku bisa tidur dengan tenang. Setelah beberapa lamanya aku tidur dan tanpa ku sadari bahwa kami sudah sampai di kota Medan sekitar pukul 07.00 WIB dan kami pun menikmati sedikit keindahan di kota Medan di pagi hari dan tak lama kemudian sampai lah kami di terminal kota Medan di jalan setia budi pukul 08.00 WIB.

PART 2 – BUS LEMARI ES

Setelah kami sampai, aku langsung turun dan menuju ke loket untuk check in. Setelah itu barulah aku tahu bus mana yang akan membawa aku beserta teman-teman ke tujuan selanjutnya yaitu Provinsi Sumatera Barat . Setelah selesai semua administasi di loket tersebut, aku mencari warung nasi terdekat dan akhirnya ku temukan warung nasi tersebut. Ternyata yang jualan nasi ini adalah orang Aceh, Mereka menyapa ku “ Dari Phat Bang,Hoe Meujak ? ’’ (darimana bang, mau kemana?) dan aku menjawab “ Dari Banda Pak, Meujak U Bengkulu ” . “ Peu buet keudeh” (ngapain disana ) tanya bapak itu lagi “ meujak ikot pelatihan bak PMI BENGKULU “ (mau mengikuti pelatihan yang dselenggarakan oleh PMI BENGKULU) jawab ku, setelah selesai ngobrol. Aku pun memesan nasi dan teh panas manis. Selesai makan baru lah kami menuju terminal untuk persiapan keberangkatan menuju Provinsi Sumatera Barat.

Di dalam bus ini,aku tidak dapat fasilitas seperti yang ku dapatkan di bus asal Aceh,jadi memang benar seperti yang ku liat di televisi Trans 7 ON THE SPOT maupun di sosial media baik itu Facebook atau di Instagram memang benar adanya. Bus mulai jalan, hati ku mulai gelisah yaitu masalah AC, ini sudah tersugesti dalam pikiran ku seperti yang terjadi pada malam hari di bus Aceh tujuan ke Medan. Aku mulai menyusun strategi supaya tidak pusing atau mual dan muntah,caranya adalah jangan sampai perut ku kosong ( itulah salah satu solusi) pikir ku dalam hati.

Jadi setiap ada pemberhentian aku harus makan,tak akan ku sia-siakan waktu berharga ini walaupun cuma semenit (saking takutnya muntah). Sebelumnya aku sudah bertanya kepada pak supir, apakah kita ada pemberhentian untuk makan? Pak supir menjawab “ada”. Hati ku pun tidak gelisah lagi walau uang yang ku bawakan tadi tinggal 500 ribu lagi,tidak masalah nanti aku pikirkan cara bagaimana bisa kembali ke Aceh. Didalam bus ini pun tidak kalah menariknya dengan bus yang ada di Aceh,kalau di bus Aceh fasilitasnya lengkap sedangkan di bus Medan tujuan Padang ini luarbiasa.

Anehnya lagi mata ku cuma terfokus pada AC bus ini. Coba kalian bayangkan AC nya ini tidak bisa di setel atau di matikan dengan sistem katup buka tutup yang dapat memudah kita untuk mengatur suhu. Bus ini hanya punya AC central saja dan cara hidup dan matiin hanya tergantung kapan mobil ini hidup dan mati, gila gak tuh? Suhu AC nya setelah aku cek pada siang hari ternyata mencampai 16 Derajat Celcius malahan bisa lebih kalau cuaca hujan dan malam hari. Kita disini di ibaratkan seperti ikan yang di simpan dalam lemari es,begitulah ibaratnya.

PART 3 – TITIK KUMPUL DI KOTA BUNGA RAFFLESIA

Hanya berbekal keyakinan kepada ALLAH semoga sampai ke tujuan dalam keadaan sehat. Perjalanan dari Sumatera Utara ke Sumatera Barat menghabiskan waktu 2 hari 1 malam yang membuat pinggang serasa mau patah. Akhirnya aku tiba di terminal kota Padang pada pukul 16.30 WIB. Selesailah perjalanan ku dengan bus lemari es (kami menyebutnya seperti itu). Di terminal bus pinggiran kota Padang ini berbeda seperti yang ku pikirkan,karena terminal bus hanya berbentuk ruko (rumah toko) dua pintu dan itu pun letaknya di pinggiran jalan.


(Sumber dari google)

Aku berjalan menyusuri pinggiran kota padang ini bersama teman-teman relawan ku untuk mencari terminal bus yang menuju ke Bengkulu. Setelah ku cari-cari dan bertanya kepada masyarakat setempat,rupanya tidak ada bus seperti yang ku inginkan, yang ada hanya mobil - mobil rental terparkir rapi di jalanan, langsung ku hampiri abang yang berdiri di mobil itu “ bang, mobil menuju ke Bengkulu yang mana ya? ” tanya ku, abang itu pun menjawab “ untuk berapa orang dek ” dan aku menjawabnya “ untuk empat orang bang ” setelah percakapan yang panjang akhirnya abang itu pun menunjukan dimana loket itu berada. Setelah sampai ke loket travel aku menanyakan berapa tarif satu orang ke Bengkulu tepatnya di Kabupaten Muko-Muko, “ tarif satu orang ke muko-muko 150 ribu dek ” kata abang di loket mobil travel itu. Ku mencoba nego,karena uang yang ku punyai sekarang tinggal 350 ribu. “ Kalau 150 ribu berarti uang ku tinggal 200 ” pikir ku dalam hati.

Akhirnya kami pun bersedia di antar ke Kabupaten Muko - Muko dengan tarif 150 ribu, perjalanan kesana pun sungguh indah di pandang mata,setiap kali kami bertanya kepada supir tentang daerah yang tidak kami ketahui, dengan senang hati supir tersebut menjelaskannya.


(Sumber dari google)

Salah satu yang membuat kami terkesima adalah Pelabuhan Teluk Bayur yang menyuguhkan suasana yang khas dengan kapal-kapal tanker, pantai, sunset serta angin menyapa kami dalam kelelahan. Perjalanan dari Padang ke Bengkulu memakan waktu sekitar 8 jam lamanya. Perjalanan panjang ini pun berakhir pada pukul 02.00 WIB,setiba di daerah yang di tujukan oleh PMI PUSAT melalui Google Maps. Sampailah kami, kontigen dari PMI Daerah Aceh di Kabupaten Muko-Muko setelah PMI Daerah Sumatera Utara. Panitia dari PMI Daerah Bengkulu menyambut kami dengan hangat.

BERSAMBUNG…!

Terima kasih sudah bersedia membaca cerita perjalanan ku ini.

Nantikan Part selanjutnya.

Salam Terhangat Untuk Keluarga Indonesia
Salam Kemanusiaan @fajriazhar