Kekuatan dalam Diam
Nadia menghembuskan napas perlahan, matanya fokus pada samsak yang tergantung di depannya. Ia menarik tangan ke belakang, menyeimbangkan tubuhnya, lalu—bam!—sebuah tendangan keras menghantam samsak, mengguncangnya dengan kuat. Keringat mengalir di pelipisnya, namun ia tidak berhenti. Tinju demi tinju, tendangan demi tendangan, ia terus melatih dirinya.
Ini bukan sekadar latihan bagi Nadia. Ini adalah pelarian, tempat di mana ia melepaskan semua beban yang selama ini menghimpitnya. Setiap pukulan yang ia layangkan adalah bentuk perlawanan terhadap keraguan diri. Setiap tendangan adalah caranya untuk mengusir ketakutan.
Dulu, ia adalah gadis yang sering ragu, terlalu peduli dengan pendapat orang lain. Tapi setelah bertahun-tahun belajar bela diri, ia menemukan sesuatu yang lebih berharga dari sekadar fisik yang kuat—kepercayaan diri. Sekarang, ia bukan lagi gadis yang takut melangkah. Ia adalah seseorang yang berdiri tegak, menghadapi hidup dengan kepala tegak.
Hari ini bukan tentang menjadi yang terkuat, melainkan tentang menjadi lebih baik dari kemarin. Dan Nadia tahu, selama ia terus bergerak, ia akan selalu menang—bukan atas orang lain, tapi atas dirinya sendiri.