Nunu Wanita Iblis; story

in #story7 years ago

Boleh saja kau menggores luka asal jangan hatiku. Pinta johan pada Nunu. Nunu yang hobinya menyakiti setiap hati lelaki yang mencintainya. Delapan kali sudah pergantian musim, musim maulid, musim apam, khanduri ie bu dan musim puasa.

Beberapa pemuda mati bunuh diri dengan sikap Nunu di musim apam tahun lalu, ada juga yang menjadikannya sebagai pengalaman dalam percintaan dengan hadiah kenangan bersama Nunu. Dua pemuda mengancam akan membunuh Nunu sebagai balasan atas meninggal ibunya.

Pagi itu,Ibu Johan begitu bahagia. Jawaban dari pertanyaanya yang ditanyakan pada Johan sembilan tahun silam kini terjawab sudah. Memang tiada hari tanpa pertanyaan itu, saat Johan berada di rumah. Pertanyaan wajib yang ditanyakan oleh banyak ibu di daerah kami kepada anak laki-lakinya yang telah dianggap mapan dan berumur.

"Pajan kameukawen Gam?"(Kapan engkau berkeluarga nak)

**

Johan menatap wajah Nunu. Hatinya berkata, kaulah bahagian dari jawaban pertanyaan ibuku sembilan tahun lalu. Aku akan menikahimu Nunu sayang. Nunu memperhatikan keseriusan yang terpancar dari rona wajah Johan dan hatinya bergumang, jangan terlalu serius johan dengan hubungan kita ini, karena keseriusanmu akan memisahkan kita dan aku akan melambai tangan meninggalkanmu.

“Ada apa Johan?”tanya Nunu dengan serius.

“Aku mencintaimu nunu, kau juga mencintaikukan?

“Ya, sayang aku sangat mencintaimu.” Sedikit tersenyum. Nunu memeluk erat tubuh Johan. Hembusan angin laut di sore itu menyelimuti kabahagian hati Johan.

Keyakinan Johan pada Nunu, sebagai simpulan dari kisah petualangan cintanya semakin tinggi. Pagi itu Ibu Johan sedang memasak di dapur. Berlahan Johan mendekat, mengajak Ibunya untuk berbincang sebentar. Menurut Ibu Johan, ini hal yang sangat jarang dilakukan, mengajaknya berbicara, dan Ibu Johan menganggapnya penting. Ibu Johan menarik kursi di meja makan, Johan menduduki di kursi sebelah kanan.

“Lon, keuneuk meukawen mak.” (Saya mau menikah Ibu).

“Alhamdulillah ya Allah. Engkau kabulkan juga permintaanku selama ini. Amin.” Ucap Ibu Johan berulang kali. Dalam panjang lebar pembicaraan, sang Ibu menyarankan agar pernikahan segera dilaksanakan, Johan menyetujui atas rencana Ibunya.

“Mengingat umurmu nak.” Johan telah berumur tiga puluh delapan tahun dan baru kali ini jatuh cinta


Johan dan Ibu bersiap, menuju rumah Nunu. Pak Keuchik Dolah dan Tgk. Imum Muin, sudah menunggu mereka di luar, mobil rental telah disiapkan.

Laju mobil terus menuju kediaman Nunu. Ibu Johan tak henti berbicara. "Kamu masih ingat nak rumah calon menantuku?." Tanya ibu Johan dengan pancaran kecerian wajahnya yang mulai keriput. Selama menjalin hubungan, Johan baru sekali singgah di rumah Nunu, waktu itu hubungan mereka baru berjalan hitungan hari.


“Kita bertemu di mana sayang?” Suara lembut terdengar di lospiker HP Johan. Sejenak Johon berfikir, Johan sangat hati-hati mengatur acara pertemuan dengan seorang wanita, apalagi hubungan mereka baru beberapa hari berjalan. Johan tipe priya pemalu. Apalagi umurnya hampir mencapai empat puluhan. Bukan masalah Johan ngak laku, bukan pula ianya mengindap suatu penyakit kelainan, tapi dia memang tak pernah jatuh cinta. Entah bagaimana di awal pertemuan dengan Nunu, sehingga cinta Johan berlabuh pada Nunu menjadi cintanya yang pertama.

“Kita bertemu di kantin depan pendopo, aja ya..?”

“Baik. Bang Johan tunggu di sana ya..! Nunu akan kesana.” Johan yang menggunakan angkot dari kediamannya menunju kantin depan pondopo, dan Nunu mengenderai kereta. Mata Nunu tak henti-hentinya menatap wajah Johon yang ganteng, tampan dan gagah. Tak terhitung kalimat love dan sayang diucapkan, Johan hanya terkekeh-kekeh mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nunu. Mentari hendak menyelesaikan tugasnya menyinari alam jagat raya ini, panorama indah pantai pelangi menjadi indah pertemuan mereka. Hanya baru sebentar mereka menikmati indahnya pantai, Nunu mengjak Johon, kekediamannya

“Hari sudah mulai gelab bang. Kerumahku yuk..! Siapa tau nanti kalau kapan-kapan Abang kerumah untuk melamarku, abang sudah tau alamatnya.”

Wanita Iblis.jpg

Tanpa basa-basi Johan bersedia ke rumah Nunu. Rumah Nunu berada dipinggiran jalan Merdeka, Lorong Teranianyanomor dua satu. Suasana rumah Nunu sepi, pembantunya Yani, hanya bekerja disiang hari. Pintu di buka, suasana rumah dengan perabotan sederhana menghiasi sudut-sudut ruangan. Stelah Nunu menyilakan Johan duduk di ruang tamu dan dihidupkannya TV dengan lagu “Bukan salahku bukan pula salahmu”, Nunu membuka jeket Johan lalu di Kursi tamu. Johan membakar rokok, tapi belum ada minuman dimeja tamu yang akan diminum Johan. Sekira dua puluh menit, Nunu keluar dengan tubunya yang hanya ditutupi handuk, dibawanya dua cangkir munuman.

“Maaf. Sedikit lama bang Johan.” Johan kaget melihat tampilan Nunu yang sangat seksi dengan gayanya yang menggoda. Nunu terus berjalan mendekati Johan.

“Hei.. Bang Johan kok melamun, ada apa..?”

“Penampilan Nunu, kok begitu..?” Tanya Johan berlahan

Nunu meletakkan dua cangkir minuman di depan Johan. “Emangnya kenapa..?, Bang Johan Mau.!” Tanya manja Nunu kepada Johan, sambil menarik sedikit handuk yang hanya di atas lututnya. Dilanjutkan dengan cerita latar belakang keduanya.

Johan membakar rokok dan menghabiskan minuman yang dihidangkan Nunu, lalu minta pamitan Nunu mencoba beberapa kali menghalangi kepergian Johan, hingga kain handuk terlepas dari badan Nunu. Johan terjatuh dan pingsan. Nunu tersenyum dan bergumam dalam hatinya “Oh... Rupanya obat penenag bekerja dengan baik.”


"Iya.Ingat bu, sopir belok kiri dan lurus ya. Nunu tinggal bersama pembantunya di rumah bu. Kedua orang tuanya telah meninggal waktu ia masih berumur sebelas tahun." Jelas Johan kepada ibunya.

"Setelah engkau menikah. Kita akan tinggal bersama dan ajak dia tinggal di rumah kita ya... Nak. "

"Em.. Baik bu."

Ihsan memaggil yeni, memintanya untuk membeli mi goreng Teungku Raman, lalu Ihsan kembali ke kamar melanjutkan cumbunya bersama Nunu yang dari tadi berdiam diri di kamar. Ihsan pacar Yeni yang baru. Sudah tabiat Nunu setiap lelaki yang baru dipacari di bawa ke kamar rumahnya.

Johan dan rombongan sampai di rumah nunu. Pintu rumah Nunu di gedor.
"Coba abang buka pintu, yani di luar! " Pinta Nunu pada Ihsan. Ihsan yang hanya menggunakan anduk, bangkit menuju arah pintu dan di bukanya.

Begitu terkejutnya Johan melihat seorang lelaki yang membuka pintu. Bukan Nunu yang dibayangkannya. Hati Johan bergumam ‘Bukankah, yang ada di rumah ini hanya Nunu dan Yeni, tapi kok seorang lelaki dengan hanya menggunakan handuk yang membukakan pintu, sipa dia..?’

"Nunu... Coba kemari sayang, kamu lihat siapa yang datang. Saya tak mengenal mereka." Teriak Johan.

"Johan....! " Wajah Nunu mendadak pucat.

"Ya. Ini ibuku. Kami kemari hendak melamarmu untuk menjadi isteriku. "

"Bussyeet...!"

“Apa katamu!”

"Nunu. Kamu mengenal mereka?" Tanya Ihsan dengan tajam.

"Ia.. Aku mengenalnya beberapa tahun yang lalu. Tapi kami tidak ada hubungan apa-apa. "
Johan geram mendengar jawaban Nunu. Jemari tangan diremasnya berlahan. Lalu ibu Johan jatuh tersubgjur di tanah.
Dokter keluar menemui Johan. Menjelaskan bahwa

"Maafkan kami pak Johan! Ibu anda Meninggal, Ibu tak bisa diselamatkan, beliau serangan jantung."
Berlahan lutut Johan, terjatuh ke lantai. Johan seolah tak mampu menerima kenyataan ini.

“Nunu.. Haramjadah.”


“Maafkan saya bu.” Ucap Ihasan.

“Emang kenapa nak?”

“Nunu yang saya ceritakan pada ibu, kemarin adalah Nunu wanita iblis.” Ikhsan menceritakan semuanya atas apa yang pernah dilakukan Nunu terhadap Johan dan beberapa pemuda lainnya. Ibu Ihsan, terkejut dan berlahan ia jatuh.

“Bagaimana dok?”

“Maaf Pak Ihsan, ibu anda tidak dapat diselamatkan, dia terkena serangan jantung.”

Ihsan meremas kepalanya, satu dua kali meninju dinding ruang rumah sakit. “Nunu, Jahnnam. Nunu Haramjadah, Nunu penjahat.”


Pada suatu malam, Ihsan menyelinap masuk ke Rumah Nunu. Pintu kamar Nunu di gedor. Johan sejak dari tadi bersembunyi di belakang kolkas dengan sebilah pisau di tangan. Dalam remang ruangan tamu Johan melihat pria yang menggodor pintu, dua menit mata Johan melihat pria itu baru ia mengenal.

“Hei.. Ihsan..! Ihsan.” Johan memanggil berlahan. Ihsan tersentak kepalanya di arahkan beberapa kali kekiri dan kanan, keringat dingin di dahi dan bajunya basah, mencari sumber suara.

“Ini, aku Johan. Aku ada di belakang kolkas, kamu kok disini.”

“Aku ingin membunuh wanita jalang itu, lalu kamu sendiri..?”

“Ya. Aku juga hendak menghabisinya.”

Dengan sepontan kedua mereka berucap. “Ya. Tujuan kita sama.”

“Ya. Ayo kita lakukan.”

Pintu kamar Nunu di gedor beberapa kali, menunggu beberapa menit tak ada yang membuka. Mereka mendobrak. Alangkah terkejutnya Johan dan Ikhsan, didapati Nunu bersama seorang pria. Tanpa pikir panjang keduanya, langsung menancapkan pisau beberapa kali ke tubuh Nunu dan pria yang ditidurinya, Ihsan mengahnatam beberapa kali kepala Nunu dengan linggis yang di bawanya. Lalu pergi meninggalkan linggsi dan pisau di atas manyat Nunu dan pria setengah telanjang itu[].

Follow; @jabal.bluek
Untitled.jpg