Me and Juha
Terkadang ada rasa trauma ketika mendengar nama negara USA di punyung ku ini. Aku teringat ketika kalah seleksi dalam babak penyisihan untuk program Summer Holiday Camp 14 tahun lalu. Bukan sedikit perjuanganku untuk memenangkan seleksi itu. Selama sepuluh hari kami di karantina demi melaksanakan sebuah seleksi yang super ketat. Dari uji fisik hingga intelektualitas.
Aku tak tahu harus menyalahkan siapa. Tapi harus ada yang harus disalahkan. Apalagi kekalahanku disebabkan oleh kecurangan yang terpampang di depan mataku. Namun karena saat itu aku hanya orang kecil, ya sudahlah. Biarkan saja. Sekarang timbul masalah baru lagi. Setelah 14 tahun berlalu, ternyata aku masih orang kecil juga. Lihat di foto bagaimana bisa aku seperti berdiri di samping tower.
Kemarin giliran konsulat jenderal USA untuk Sumatera Mr. Juha Salin berkunjung dengan program YES - nya. Ya, YES (Youth Exchange Study). Ada pula program YESALI (Youth Exchange Study Asian Leadership Initiative). Otomatis ini mengingatkanku pada peristiwa mengecewakan itu. Sulit untuk menghilangkan perasaan negatif itu. Semangat turun seketika.
Mendengar beberapa fakta yang dipaparkan oleh beliau tentang perkembangan muslim Amerika akhir-akhir ini, agak sedikit lega rasanya. Berbanding terbalik dengan statement-statement presiden Donald Trump yang terkesan memusuhi Islam. Dengan jumlah populasi muslim sebanyak 3,5 juta jiwa di Amerika, mudah-mudahan saudara-saudara kita disana baik-baik saja. Semoga disana ada toleransi yang luas seluas-luasnya terhadap pemeluk agama. Apalagi dengan isu teroris yang mencuat tajam akhir-akhir ini.