Perjuangan Seorang Ibu
Dalam kehidupanku tidak pernah terbayangkan sedikitpun kehilangan sosok seorang ayah. Ayah yang sangat saya cintai dan sayangi, dia menjadi sosok pelindung serta pemimpin bagi keluarga kami. Sungguh diluar yang kami bayangkan ternyata Allah SWT sangat sayang pada ayah dengan lebih dahulu "memanggil ayah" untuk selama-lamanya.
Kejadian itu terjadi ketika saya masih berusia 10 tahun, waktu itu saya masih duduk di kelas 3 SD. Karena sakit yang dialami oleh ayah, akhirnya beliau meninggal setelah dirawat di rumah sakit. Aku, adiku dan kakaku menjadi anak yatim. Saat itu ibu berjuang sendiri untuk menghidupi ketiga anaknya.
Ibu saya seorang guru SD ditempat kami tinggal, dengan penghasilan sebagai guru SD beliau berjuang sendirian untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang yang tinggi. Saat itu saya berfikir Allah SWT tidak adil terhadap keluarga saya, kebahagiaan yang kami rasakan begitu cepat berlalu. Padahal waktu itu kami masih membutuhkan belaian, kasih sayang, bimbingan, nasehat, perhatian dan rasa cinta dari sosok ayah.
Dengan sisa-sisa tenaga ibu berjuang untuk menyekolahkan kami mulai dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perkuliahan. Kami 3 bersaudara menjalani proses sekolah dengan penuh keprihatinan, berbeda dengan anak-anak lain yang mempunyai orang tua lengkap serta keadaan ekonomi yang berkecukupan.
Dari jenjang SD, SMP sampai SMA Alhamdulillah kami bisa melaluinya dengan lancar. Tahun 2007 hambatan mulai terjadi ketika saya dan adik saya memasuki jenjang perkuliah, biaya kuliah yang mahal menyebabkan diantara kami berdua harus ada yang mengalah untuk tidak melanjutkan kuliah. Akhirnya adik saya yang mengalah untuk tidak melanjutkan kuliah dan saya yang lebih dahulu untuk melanjutkan pendidikan perkuliahan di perguruan tinggi swasta yang ada di semarang dengan mangambil jurusan keguruan.
Sebagai anak yatim yang hidup merantau untuk menuntut ilmu, saya harus hidup prihatin. Selama kuliah, saya bekerja apapun mulai dari pelayan di warung penyetan, pelayan di hotel, buka prin-prinan dan usaha yang lainnya yang penting bisa mendapatkan penghasilan tambahan asalkan pekerjaan itu halal. Tidak ada yang lain tujuannya supaya tidak memberatkan orang tua dalam membiayai hidup saya selama kuliah.
Ketika saya kuliah, adik saya ikut dengan kakak saya yang saat itu bekerja di bogor. Sedangkan ibu sendirian dirumah. Saya bisa merasakan apa yang ibu saya rasakan ketika ditinggal anak-anaknya merantau. Ketika kita sedang berkumpul dirumah, saya memberanikan diri bertanya pada ibu.
Pertanyaannya sangat simpel "ketika kami bertiga pergi merantau, apa yang ibu rasakan?"
Tiba-tiba ibu meneskan air mata, lalu dengan suara lirih beliau berkata "ketika kalian pergi merantau ibu sangat kehilangan kalian, kadang ibu menangis ketika ingat kalian, sambil nyuci baju ibu menangis, sambil nyapu halaman ibu mengis, menangis karena kangen sama kalian, klo hujan ibu merasa kesepian dan ketakutan". Mendengar jawaban ibu, saya langsung memeluk ibu dan meminta maaf pada ibu kalau selama ini saya sering meninggalkan ibu tapi hal itu harus saya lakukan demi masa depan yang lebih baik.
Tahun 2008 adik saya masuk perguruan tinggi negri di semarang dengan mengambil jurusan keguruan, memang kami berdua tertarik dengan jurusan keguruan karena cita-cita kami berdua dari kecil ingin menjadi seorang guru sama seperti ibu. Ibulah yang selalu memberikan pengertian pada saya, bahwa menjadi seorang guru itu adalah pekerjaan yang mulia karena ketika ilmu yang kita berikan pada siswa bisa dirasakan manfaatnya berarti pahala akan mengalir pada kita dan menjadi seorang guru itu awet muda karena yang dihadapi itu makhluk hidup yang bisa membuat kita senang.
Hasil tidak akan menghianati proses, akhirnya perjuangan seorang ibu berbuah manis ketika ketiga anaknya bisa lulus kuliah. Anak pertama Siti Mutmainah ST (lulusan UII yogyakarta dengan mengambil jurusan teknik kimia),anak kedua Akhmad Maulana, S.Pd (lulusan IKIP PGRI Semarang jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan/BK), anak ketiga Akhmad Syarifudin, S.Pd (lulusan UNNES Semarang jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga). Semua diraih berkat perjuangan, kerja keras, doa, kasih sayang, rasa cinta dan bimbingan ibu. Bahkan setelah lulus kuliah kami tidak melamar pekerjaan melainkan kami ditawari pekerjaan dari sekolahan yang kami tempati sekarang, pihak sekolah beralasan karena kami aktif di desa dan terbiasa dengan berbagai kegiatan yang ada di desa bahkan adik saya punya lisensi wasit sepak bola tingkat provinsi yang menjadikan dia seorang wasit di tingkat provinsi, makanya sekolah menawarkan pekerjaan pada kami.
Kami bersyukur sekali dengan apa yang sudah kami raih saat ini, kami meyakini semua ini berkat ikhtiar dari seorang ibu. Bagi kami ibu adalah segalanya yang ada didunia ini, beliau bisa merangkap sebagai ayah bagi kami. Ketika kami terjatuh dan terpuruk, ibulah yang "meraih dan membangunkan kami".
Tidak sedikit masyarakat yang menilai ibu itu manusia yang luar biasa, walaupun ibu sendirian tapi dia berhasil berjuang untuk menyekolahkan ketiga anaknya sampai ketiganya mendapatkan gelar sarjana. Sehingga masyarakat menjadikan ibu menjadi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di desa. Masyarakat menilai bahwa ibu saya pantas untuk dicontoh oleh wasyarakat luas bahwa walaupun sendirian ibu bisa sukses mendidik anak-anaknya. Pelajaran dari perjuangan ibu bahwa "selagi kita punya niat yang baik, Insya Allah rejeki akan mengikuti niat kita".
Itulah sekelumit cerita tentang perjuangan ibu yang berjuang sendirian untuk mewujudkan masa depan yang cerah bagi anaknya. Mari sayangi orang tua kita, terutama ibu kita. Karena kedudukan ibu 3 tingkat lebih tinggi dibandingkan ayah.
Dari (HR Al.Bukhari)
Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak diperlakukan dengan baik? Nabi Muhammad SAW menjawab:Ibumu.
Lalu siapa lagi? Nabi Muhammad SAW menjawab:Ibumu.
Lalu siapa lagi? Nabi Muhammad SAW menjawab:Ibumu.
Lalu siapa lagi? Nabi Muhammad menjawab:Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.
Semoga bermanfaat
Brebes, 3 Juni 2018
Jadi terharu, Sebuah perjuangan yang luar biasa, sekaligus pengorbanan dan kasih sayang ibu yang tiada tara.
Sangat menginspirasi Bang @aa31.
Semoga kesehatan selalu menyertai sang ibu..
Aamiin, terimakasih Teh @ettydiallova atas doanya.
Semoga segala kebaikan selalu menyertai Teteh @ettydiallova. Aamiin
Pengorbanan seorang ibu memang luar biasa.
Betul sekali,oleh karenanya kita harus patuh terhadap apa yg diperintahkan oleh ibu hehehe
Pengorbanan seorang ibu memang luar biasa.
Jadi terharu membacanya dan teringat ibu saya sendiri yang saat ini terpisah jarak dengan saya.
Maafkan saya ibu yang belum bisa memberikan kebahagiaan yang sempurna
Semoga ibu kita selalu diberikan kesehatan dan kelancaran rejeki. Aamiin
Beneran terharu baca postinganmu bang
Terimakasih bang @lusanamaya sudah mampir.
Salam kenal dan sukses untuk abang
Wuikh...saya belum berkumis...liat dulu account saya baru dech tau manggilnya apa?
Semoga Ibu Anda selalu dalam lindungan Allah SWT..
Postingan yang menginspirasi teman
Terimakasih Abang @harferri sudah mampir.
Semoga kita digolongkan anak yg sholeh. Aamiin
Ibu adalah keramat di dunia.
Luar biasa drok-dok, kata-kata keramatnya itu loh hehehehe
Biasa di luar...he hw
Semoga ibu Pak Aa di panjangkan umurnya..
Amiennn
Dan di sehatkan umurnya..
Teeimakasih doanya bang @totobungsu15
Aamiin,terimakasih doanya bang @imam03
Sama-sama sodaraku..😊