Pepatah kucing mengatakan bahwa semua botol sama gunanya tapi beda isinya. Mungkin pepatah ini baru namun artinya masih seperti dulu. Aku menganggap sobat sudah mengerti dan mendapatkan poin dari pepatah tersebut serta telah memahaminya. Jika belum, maka pahamilah! Walaupun pepatah tersebut kurang cocok untuk membuka tulisan ini setidaknya ada hal baru yang bisa di gali. Ya, semoga saja.

Orang bilang menulis itu ibadah. Ada yang bilang menulis itu candu. Temanku bilang menulis itu investasi. Teman yang satunya bilang menulis itu pembelajaran diri. Tetanggaku bilang menulis itu hobi. Tetangga yang satunya bilang menulis itu bakti. Mana benarnya? Entahlah! Aku juga berpikir kalau aku bisa membuat definisi ala kadar menurut pribadi yang gak terikat dengan berbagai definisi kaku seperti buku sekolahan. Menurut ku menulis itu jualan. Menurut kamu apa?

Menulis ibarat kita menawarkan produk kepada orang lain. Kita akan mengemasnya dalam kemasan yang keren. Menjelaskan kegunaan baik jangka panjang atau masa sekarang. Sampai meyakinkan pelanggan dengan berbagai argumen terkait produk yang kita tawarkan. Namun sangat disayangkan jika kita telah melalui berbagai proses negosiasi ternyata yang kita tawarkan adalah produk orang lain. Yang banyak untuk mbah nya produk itu, tapi kalo kena komplain barang rusak kita yang jadi bulan-bulanan. Boleh saja melakukan demikian kalau itu adalah sebuah pesanan.

Kemarin temanku menjual sebuah produk kerajinan tangan yang wah dan keren level 10. Penjelasan yang sangat meyakinkan ditambah lagi ada perangko yang tertempel di produknya itu. Maksudku ada label harga dengan kemasan yang menggoda. Kemudian dia mulai membuka brosur harga yang lumayan panjang dengan diskon beragam. Aku terkesima melihat dia melakukannya dengan sangat profesional nan meyakinkan layaknya salesman kelas bara kuda.

Setelah dia meyakinkanku dengan beragam penguatan berdasarkan brosur yang dia bawa lalu aku bertanya. Ini barang dagangan milik siapa? Dengan sigap dia menjawab, kalau yang ini milik pak Anto, tokonya ada di perempatan jalan itu. Kalau model yang satunya lagi milik pak Jojo, etalasenya juga berdekatan dengan toko pak Anto. Jadi bukan pruduk ini milik mereka toh? Ogah ah! Aku gak mau beli. Tadinya aku pikir ini hasil karya tanganmu sendiri.

Contoh di atas adalah rekaan semata. Semoga ada kecocokan ide atau mungkin memperparah arahnya. Sangat mudah menulis karya sendiri berdasarkan pendalaman atau berfikir tentang sesuatu kemudian membuatnya menjadi tulisan. Bagaimanapun hasilnya, itu adalah karya dan buah pikiranmu sendiri. Kita tidak tercipta sebagai pembaca buku orang selamanya. Benar menulis itu telah melalui proses membaca tulisan orang. Benar menulis itu butuh referensi tapi tidak lantas menulis isi referensi. Kita bisa mengembangkan melebihi dari yang sudah ada. Kita bisa membuat sebuah terjemahan baru untuk kata yang sama berdasarkan pengalaman dan berpikir mendalam. Bahkan kita bisa menuliskan yang baru untuk dibaca dan dijadikan referensi oleh orang lain.

Tidak mengapa tulisanmu fiksi, tidak masalah tulisanmu opini asalkan pruduk dalam negeri. Toh, kita juga tidak ditakdirkan untuk selalu menulis kutipan orang. Kita tidak akan bangga terhadap sinopsis keren yang kita buat dari sebuah drama populer karya orang lain? Kita tidak akan senang membuat suatu karya perbaikan dari referensi sepuluh karya orang lain? Adakah terpikir membuat karya baru. Yang berbeda dari yang sudah ada dan itu hasil karya mu sendiri. Kapan itu terjadi kalau kita menolak memulainya.

Akhirnya semua kembali kepada diri kita masing-masing. Aku telah berusaha menghasut semampuku! Semoga tulisan ini membingungkan dan mengacaukan pikiran kalian. Segala perbedaan adalah corak. Terlepas bagaimana kita menanggapi. Terima kasih telah membacanya. Jika sobat memiliki pandangan yang berbeda, silakan lengkapi di kolom komentar! Nanti dapat permen,wkwkwkwkk...Terima kasih unyu-unyu!