Nanowrimo (Because I Love to be a Winner)
Guys, I Win!
Karena sudah bisa klaim kemenangan per tanggal 20 November, maka saya pun melakukannya. Sertifikat di atas adalah hasil akhir dari perjalanan menulis 50.000 kata di Bulan November ini.
Sebetulnya pengen banget bikin grafiknya cantik seperti sepuluh hari pertama dengan mengikuti aturan main 1.600-an kata per hari. Tapi ... beberapa kesibukan kantor di pertengahan jalan sempat bikin cerita ini "macet". Nah ... daripada di ujung-ujung tambah macet lagi, akhirnya saya manfaatkanlah satu hari penuh di Hari Minggu untuk nulis non stop seharian, dan ... Alhamdulillah kelar!!!
Kebetulan, klaim kemenangan sudah bisa dilakukan per tanggal 20 November ini hingga 30 November nanti.
Rasanya gimana? Seru banget, cuy! Apalagi ada video juga dari tim Nano yang bikin kita tambah semangat dan bangga dengan pencapaian diri sendiri ini. Setidaknya, sudah ada catatan manis di web ini ;) Siapa tahu bisa ikut event-event berikutnya ...
Yeay, akhirnya bisa balik lagi lanjutin novel Ayana yang tertunda. Ada yang nungguin ndak, nih? Semoga bisa update beberapa hari ke depan, ehehehee ...
Sebelum lanjut Ayana, aku mau kasi sedikit Epilog (Bagian Terakhir) dari Novel Kirana yang di update di Nanowrimo (biar kaga dikira Hoaks menangnya, wkwkwk)
Enjoy!
Tak ada yang bisa dilakukan. Jangankan kekuatan penyembuhan Kirana yang hanya setengah dari penguasa tujuh lapis langit beserta bumi tersebut, sang pemilik kekuatan penuh dari penyembuhan itu sendiri tak sedikitpun bisa meredakan sakit yang dideritanya.
“Aku sudah sampai pada waktunya,” lirih makhluk bersayap delapan itu. Dia masih berada di singgasananya tanpa sedikitpun merebahkan badan.
“Apa ini semua karena aku, Bu?” tanya Kirana sembari bangkit berdiri dan berjalan menuju singgasana Mahadewi.
Malaikat lainnya masih berdiri di posisi mereka, tanpa berani bergerak sedikitpun. Seluruh pasukan mahadewi tersebut merupakan malaikat yang sedari diciptakan Tuhan hanya melakukan apa yang diperintah Tuhannya, yaitu menerima titah Mahadewi.
“Tidak, ini sudah takdir. Aku akan menunggumu di tempat yang disediakan pencipta kita usai hiruk pikuk kiamat berakhir nantinya.”
“Apa itu kiamat, Bu?’
“Serangkaian peristiwa besar yang bahkan aku pun tak akan sanggup untuk menjalaninya. Ini takdir kita, kau memiliki potensi untuk menjadi lebih berkuasa daripada diriku. Kekuatanmu melingkupi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, pastilah kau akan mampu melalui peristiwa akhir zaman tersebut.” Mahadewi mengangkat tangan kanannya dan disambut segera oleh putrinya yang masih menangkupkan keempat sayap yang berbeda warna dengannya itu.
Belum lagi Kirana sempat bertanya lebih lanjut, tangan sang ibu dirasakannya begitu dingin. Gadis itu memberanikan diri menyingkap sedikit penutup kepala sang ibu yang selama ini bahkan menutupi kedua matanya hingga tak ada yang tahu, apakah makhluk terkuat di langit itu sedang dalam keadaan bangun ataukah tertidur.
Tetesan air mata tercurah tanpa henti usai memastikan sosok di hadapannya telah menutup mata. Ini bukan tidur, melainkan tidur panjang untuk selama-lamanya.
Tak lama kemudian, sosok Mahadewi berubah perlahan menjadi butiran debu yang langsung lenyap tertiup angin.
Source
“Aku tak pernah menyangka, dunia akan begitu indah terlihat dari sini,” gumam Kirana.
“Apa kau akan meneruskan tradisi Mahadewi untuk turun ke dunia tiap enam bulan sekali?” tanya Azrael yang berdiri tegap di belakang singgasananya.
“Tak usah. Kita biarkan saja setiap orang berjalan dengan takdirnya masing-masing. Aku akan membutuhkanmu suatu hari nanti, saat peristiwa besar yang diceritakan ibunda telah datang.”
“Baiklah. Tapi, apa kau tak khawatir atas campur tangan iblis yang terkadang mempercepat kematian manusia?”
“Aku bisa memantau pergerakan mereka dari sini. Tenang saja.”
“Apa …” Azrael menggantung pertanyaannya.
“Kau ingin tahu apakah aku bisa melihat Kimaris atau tidak, iya kan?” tembak sang dewi yang kini menjadi penguasa atas tiga dunia.
“Maafkan aku karena tak bisa menahan rasa ingin tahu ini.”
“Aku belum berhasil menemukannya. Biar saja begini, akan lebih baik jika aku tak pernah melihatnya lagi untuk selama-lamanya,” ucap Kirana dingin.
Azrael tak bisa membaca arti pernyataan wanita di depannya itu. Sejak naik ke langit ketujuh dan menjadi penghuni tetap di tempat yang luar biasa indah ini, kekuatannya semakin lama semakin memudar. Hingga ketika Kirana menaiki singgasana Mahadewi, dia sama sekali tak bisa membaca hati Kirana lagi. Justru sebaliknya, saat ini, gadis itu yang bebas menelusuri isi hati dan pikirannya.
“Baiklah. Katakan saja kepadaku kapan kau bosan dan ingin sejenak bermain-main ke dunia.”
Kirana memalingkan wajah dan tersenyum menatap lelaki terdekatnya saat ini.
“Kita akan main bersama ke dunia jika kudengar hatimu memintanya.”
Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/11/20/nanowrimo-because-i-love-to-be-a-winner/
Wah, hebat Kak @diyanti86. Selamat ya :)
Makasi kk 😘
Semua yang bisa nyelesaikan 50.000 kata di Nanowrimo adalah pemenang, dan aq seneng banget bisa jadi bagian daripadanya 😊🤗
Keren,,,
Selamat kakak sayang....
Makasi kk 😘🤗😊
Posted using Partiko iOS
Selamat! Keren euy!
Makasi kk 😘😍🤗
Wow, luar biasa. So proud of you, Kak! Keteguhan tekad untuk tetap konsisten berujung kemenangan. Selamat yaaa!
Alhamdulillah ... makasi dukungannya kk 😘🤗😍
Keren mbak...
Congratzsss
Makasi kk 🙏🏻🤗
Alhamdulillah. Selamat ya Mbak @diyanti86 😍
Hehehe ... makasi kk 😘
salut, selamat ya mbak yu, salam sukses selalu dan selalu
Makasi 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😁🤗
Congratulations @diyanti86! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard: