"Etimologi Buah Simalakama"

in #steemit7 years ago (edited)

"BUAH SIMALAKAMA"
buah simalakama.jpg

Pertunjukan yang dilaksanakan di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam, menyuguhkan penampilan Teater yang berjudul “BUAH SIMALAKAMA”.
Pertunjukan Teater dengan ringkasan cerita “bagaimana kita menjaga keseimbangan alam, apabila keseimbangan alam terganggu akan muncul malapetaka.
Aku bukan hendak mengajari ayah, tapi aku benar-benar khawatir.
Kebetulan kuliahku mempelajari tentang alam yang merupakan sebuah mata rantai keseimbangan, Bila salah satunya dirusak maka akan terjadi bencana”.
Pementasan yang di suguhkan dalam beberapa adegan, adegan yang disuguhkan kepada penikmat seni pun di sertakan juga dengan Suasana pendukung dalam cerita.
Suasana yang dihadirkan didalam penampilan malam itu, diperjelas lagi dengan lighting yang menginterpretasikan peristiwa yang mengharukan.

Setting yang dihadirkan pun mendeskripsikan keadaan di lingkungan perkampungan, Diatas panggung dihadirkan dua buah settingan, settingan yang pertama terlihat sebuah gubuk tua yang di depannya ada beberapa pagar dari bambu-bambu yang sudah di potong kecil-kecil.
Dan sebuah bangku panjang yang sudah kelihatan lapuk dimakan usia.
Settingan yang kedua yaitu sebuah bukit tempat dimana ayahnya mencari rupiah demi kelansungan hidup anak dan istrinya. Dikaki bukit inilah nanti ayahnya mati ditimpa reruntuhn batu perbukitan.

Cerita yang dihadirkan sangat sesaui dengan fakta yang sebenarnya terjadi didalam kehidupan masyarakat yang hidup dengan mata pencarian sama dengan ayah dari tokoh didalam cerita.

Naskah lakon dengan judul “BUAH SIMALAKAMA”, dimaikan oleh beberapa actor yaitu ayah, ibu, anak, dan orang-orang desa.
Cerita yang berkisah tentang seorang anak yang dikuliahkan oleh orang tuanya dengan menjadi buruh dikaki bukit tuih.
Ayahnya yang sudah tua rentah masih sanggup berjalan dari rumah ke kaki bukit tuih demi mencari rupiah untuk kelansungan hidup istri dan anaknya yang sedang berkuliah di sebuah perguruan tinggi di kota.
Meskipun ayahnya sudah sakit-sakitan beliau masih saja bekerja tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi kepada dirinya dan keluarga yang ia tinggalkan untuk pergi bekerja.
Pada suatu hari anaknya pulang dari tempat ia berkuliah mengunjungi ayah dan ibunya dikampung.
Ia datang dengan wajah yang sangat bersemangat dengan membawa sejuta ilmu yang ia dapat ketika kuliah.
Sesampainya anak ini dirumah, ia disambut oleh ayahnya yang sedang duduk beristirahat di depan rumah sambil mengisap sebatang rokok.
Ia menatap ayahnya dengan ekspresi yang sangat iba, karena lelaki yang tua itu sudah sakit-sakitan demi mencarikan ia uang untuk kuliah.
Si anak pun mulai sedikit demi sedikit menjelaskan apa yang ia dapat selama menuntut ilmu di tempat kuliahnya.
Namun si ayah berusaha mengalihkan pembicaraan anaknya yang berbunyi “ yah, apa ayah harus bekerja mencari batu ke bawah kaki bukit tuih itu? Disana sangat berbahaya dan tinggi sekali resiko kecelakaannya yah.

Sang ayah masih saja mencoba mengelak dari pembicaraan si anak.
Anaknya berkata lagi, “ penyakit ayah akan bertambah parah lagi jika ayah masih saja bekerja disana”.
Ayahpun menyuruh anaknya untuk masuk kedalam rumah menemui ibunya, karena si ayah tidak bisa menerima apa yang dijelaskan oleh anaknya tentang resiko yang akan terjadi apabila kaki bukit itu terus-terusan diambil untuk dijadikan rupiah.
Keesokan harinya si ayah berangkat bekerja lagi tanpa memikirkan kembali apa yang di sampaikan oleh anaknya itu.
Ia meminta kepada istrinya agar tidak memberitahu anaknya kalau ia masih saja tetap pergi bekerja kebawah kaki bukit tuih itu.

Sebelum ayah pergi ia menanyakan kepada istrinya, apakah anak kita bilang kalau ia membutuhkan uang untuk kuliahnya? Sang istri menjawab ia yah.
Ayah pun menyuruh ibu untuk menjual emas yang ia belikan dulu untuk biaya kuliah anaknya.
Ayahnya pun pergi meninggalkan rumah untuk bekerja, sang anak keluar dari rumahnya menemui ibunya yang sedang duduk didapan rumah.
Ia menanyakan apakah ayah sudah berangkat bekerja bu? Ibu pun menjawab sudah nak.
Tak lama kemudian pembicaraan sang anak mengarah kepada permasalah yang akan terjadi apabila ayah terus-terusan mengambil batu kebawah kaki bukit tuih itu bu.
Sang ibu mencoba untuk memberikan penjelasan untuk anaknya, kalau tidak dari batu itu lantas mau dari mana lagi kita akan mendapatkan uang demi melangsungkan kehidupan dan perkuliahan kamu.

Anaknya pun mencoba memberikan solusi kepada ibunya, dengan mencarikan ladang baru untuk di gali dan di ambil hasil buminya.
Asalkan jangan kaki bukit itu lagi, karena menggali batu dibawah kaki bukit tuih itu sama dengan “BUAH SIMALAKAMA” apabila penggalian di berhentikan maka gas untuk ibu memasak akan ikut berhenti pula.
Itu sama artinya dengan Sesuatu keadaan atau suasana dimana seseorang tidak mampu untuk membuat suatu keputusan berdasarkan akal dan pikiran karena apapun yang dikerjakan akan mendapat resiko besar sebagai akibat dari perbuatan tersebut, sementara keadaan tersebut harus dijalani.

Ibu hanya bisa diam mendengar penjelasan yang disampaikan oleh anaknya itu.
Datanglah salah seorang anak dari teman ayahnya dengan muka lusuh dan pakaian yang robek ingin menumpang makan dirumah si anak ini.
Sang ibu menanyakan kepada anak tersebut bagaimana keadaan keluarganya, anak itu menceritakan tentang ayahnya yang jatuh sakit dan tidak bisa pergi bekerja untuk mencari sesuap nasi.
Ibu ini memberikan semangat kepada anak tersebut dan menyuruh anak itu masuk kedalam rumah untuk memakan apa yang sudah ia masak pada pagi hari itu.
Ibu pun melanjutkan pembicaraannya dengan anaknya itu dan sang ibu mencoba untuk menjelaskan bagaimana keadaan keluarganya kepada anak semata wayang nya itu.

Setelah obrolan ibu dan anak itu terhenti karena ibu hendak ke pasar dengan tujuan menjual emas yang dibelikan suaminya dulu untuk biaya kuliah anaknya itu.
Tanpa memberitahukan apa tujuannya kepasar kepada anaknya sang ibu lalu pergi dan meninggalkan rumah menuju pasar.
Anak dari salah satu warga keluar dari rumah Karen perutnya sudah kenyang, dan anak dari ibu tadi menanyakan beberpa pertanyaan kepada anak tersebut tentang masalah sekolahnya.
Setelah itu anak itu mengajak anak warga tersebut untuk jalan-jalan melihat lereng bukit tempat ayah nya mencari sesuap nasi dengan wajah yang penuh semangat dan cemas akan keselamatan ayahnya saat bekerja.

Keesokan hari anaknya berangkat ke kota untuk melanjutkan perkuliahannya demi mencapai gelar S1.
Dua hari sebelum anaknya wisudah ayahnya terkena musibah, yaitu ditimpa reruntuhan batu ditempat ia bekerja dan tewas diempat.
Ibunya sangat terpukul dengan kematian suaminya yang mengenaskan itu dan membertahukan kepada warga agar tidak menyampaikan, berita kematian suaminya kepada anaknya di kota karena itu akan membuat anaknya terpukul dan tidak bersemangat untuk mengejar apa yang dicita-citakan oleh ayahnya.
Setelah dua hari ayahnya di makamkan, pulanglah anaknya dari kota dengan membawa ijazah hasil dari 4 tahun ia berkuliah.

Sesampainya dirumah ia memanggil ibu dan ayahnya, hanya ibunya yang keluar dari rumah dan menyambut kedatangan anaknya itu.
Sang ibu keluar dengan wajah yang penuh memendam air mata karena ia tidak bisa lagi menahan kesedihannya.
Sang anak pun dengan bersemangat menunjukan kepada ibunya ijazah yang ia dapat, dan tiba-tiba sang anak menanyakan keberadaan ayahnya.
Ibupun berusaha menjelaskan kepada anaknya, ketika anaknya tahu kalau ayahnya ternyata sudah meninggal dunia sang anak berlarian ke pemakaman ayahnya dengan membawa ijazah yang ia dapatkan itu dan meratapi kepergian ayahnya bersama dengan ibunya.

Pertunjukan naskah lakon dengan judul “BUAH SIMALAKAMA” ini merupakan karya dari salah seorang dosen yang bernama bapak Adward Zebua beliau adalah dosen di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, dengan dibantu oleh asisten sutradara oleh Zhulhijasri mahasiswi jurusan seni teater.
Actor yang diperankan oleh mahasiwa dan mahasiwi dari jurusan seni teater dari berbagai angkatan.
Proses penggarapan yang cukup lama untuk latihan sehingga bisa ditampilkan didalam Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam ini diapresiasi oleh banyak orang yang menonton.
Tidak hanya dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi saja tetapi juga dari kalangan orang-orang yang bukan dari seni juga menyempatkan untuk datang mengapresiasikan pertunjukan yang berlansung pada kamis, 26 April 2018 pukul 20:00 WIB.

Bapak Adward Zebua bukan hanya dosen yang hebat ternyata beliau juga seorang pecipta seni yang mahir dalam menuangkan hasil dari pikiran-pikirannya menjadi sebuah naskah lakon yang beliau beri judul “BUAH SIMALAKAMA”.
Naskah lakon ini memilki alur maju karena terlihat jelas dari cerita yang dimainkan dan disampaikan oleh para pemain dari naskah lakon tersebut.

Setelah saya menonton pertunjukan naskah lakon “BUAH SIMALAKAMA” saya tidak mendapatkan sebuah integritas dari perspektif penonton.
Ekspresi yang dihadirkan oleh para pemain diatas panggung sudah sampai kepada penonton, namun penjiwaan dari masing-masing tokoh belum begitu jelas.
Sehingga saya sebagai penonton tidak bisa bersimpati dengan peristiwa yang digambarkan diatas panggung.
Hanya itu saja yang membuat saya tidak bisa merasakan larut dalam cerita yang disuguhkan pada malam kamis, 26 April 2018 itu. Yang lainya saya menyukai, dari setting yang dihadirkan dan suasana yang di sampaikan.

Video yang ditampilkan lewat proyektor menambah roh dari pertunjukan pada malam itu, biasanya pertunjukan Teater tidak di selingi dengan pemutaran video pada saat drama berlansung namun pada malam itu saya menyaksikan sendiri itu di tampilkan.
Hal itu memberikan estetika tersendiri bagi penonton terutama saya juga.
Saya sangat kagum dengan karya yang diciptakan oleh bapak Adward Zebua ini, bilau sangat mengikuti pekerbangan zaman dan teknologi yang ada pada saat sekarang ini.
Dengan menghadirkan apa yang tidak terpikirkan oleh para pecipta lakon yang lain.

Menurut saya agar pertunjukan dari naskah lakon “BUAH SIMALAKAMA” ini menjadi pertunjukan yang berkesan bagi
penonton untuk pertunjukan yang akan datang mungkin berikutnya lebih menambah lagi kejiwaaanya dalam bermain bagi para tokohnya.
Agar para penonton bisa bersimpati terhadap penampilan yang disuguhkan. Hanya itu sedikit saran dari saya sebagai perwakilan sudut pandang penonton pada malam itu kamis, 26 April 2018 pukul 20:00 WIB.
Disini saya tidak menyalahkan tetapi hanya memberikan kritik dan saran saya terhadap apa yang saya tonton dan yang saya rasa kurang dari pertunjukan malam itu.