Mengadu Nasib di Lubang Cacing Emas Gunung Simpang Tiga

in #steemit7 years ago (edited)

IMG_20180409_140013.png

Alhamdulillah! Sekarang tidak pernah lagi kita mendengar ada masyarakat menjadi korban jiwa timbunan saat sedang melakukan penambang emas tradisional di Gunung Simpang Tiga, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan.

Jika dahulu (2015 - 2017), kabar prihatin sebentar-bentar sering terdengar. Menangis terseduh-seduh dan ramai-ramai datang hadiri takziah kematian di rumah duka, tapi anehnya, insiden pengalaman korban jiwa seperti itu, bukan membikin kecut masyarakat. Malahan esok harinya, warga semangkin berbondong-bondong nekad membikin lobang cacing menembus perut Gunung Simpang Tiga. “Dalam benak cari emas untuk dijual.

FB_IMG_1523249542196.jpg

Inilah potret corat marit ekonomi saudara kita (masyarakat). Ril dan fakta, keberanian itu sangat teguh dan kuat, semata hanya ingin ‘memenuhi kebutuhan ekonomi’. Setiap tulang punggung keluarga, nekad mengambil resiko menggali tanah, bahkan mencapai tembus kedalaman 100 meter, padahal resikonya bisa meninggal di tempat, bahkan ada yang jasad tidak dapat ditemukan lagi, karena telah terlalu dalam masuk menggali serta timbun tebal tidak mampu diangkat lagi.

Hal itu, semata hanya ingin membahagiakan istri dan anak di rumah. Biar anak tidak menangis dan istri tidak ada raut mengambek factor ekonomi. Bahkan ada anak yang berbhakti, bercita-cita mulia memberangkatkan orang tua ke tanah suci. Sangat kompleks alasan keberanian mereka untuk ‘nekad’ masuk ke ratusan lubang gelap itu.

FB_IMG_1523249656140.jpg

Gunung Simpang Tiga itu, memang gunung yang mengandung logam mulia emas, tapi setiap masyarakat yang mengais emas, tidak seluruhnya mujur memperoleh emas. Tergantung nasib baiknya, jika lagi “anda lagi beruntung”, dalam sehari mampu mencapai puluhan gram emas murni terkumpul, tapi jika lagi apes, meskipun rajin memahat tanah, batu besi, serta batu karang, tetap nihil memperoleh emas.

Alat yang digunakan masyarakat menambang emas, tergolong sangat tradisional. Mengandalkan cangkul, skop, pahat, palu, bor, tembilang, dan goni, sedikit demi sedikit menggerogoti lubang cacing menyerupai sumur, tanpa terasa, mampu menembus puluhan meter tubuh kokoh gunung Simpang Tiga.

Supaya struktur tanah tidak longsor, setiap 10 meter penggalian, warga akan naik ke atas untuk membelah batang kayu (menyerupai papan) sekitar gunung. Papan tersebut dipasang persegi empat untuk menopang tanah agar tetap kokoh. Jika telah menjumpai humus tanah keras, maka penambang berganti alat menggunakan pahat atau bagi orang yang memiliki sedikit modal, mampu membeli bor.

FB_IMG_1523249663033.jpg

Bongkahan batu hasil pahat yang diyakini mengandung logam mulia emas, dimasukan kedalam goni ukuran 15 Kilogram untuk dinaikan keatas. Setiba dilokasi pengindangan emas, penambang belum boleh senyum legah, karena harus kembali ‘berdoa’ supaya mujur memperoleh butiran emas kecil-kecil.”Jika beruntung anda dapat, jika tidak beruntung gigit jari saja.

Bagi masyarakat yang masih menambang emas di Gunung Simpang Tiga, saya harapkan tetap mengikuti anjuran yang diberikan pawing lubang, supaya menghindar menjadi korban kecelakan saat menggali. “Ada pantangan anjuran dari pawang disitu, tak boleh bawa telur dan mie instan kedalam lubang. Satunya lagi, tidak boleh terlalu ceria, niatkan semata untuk mencari rezeki,” itu pesan dari tetua setempat.

FB_IMG_1523249644111.jpg

Alhamdulillah, meskipun penambangan emas tradisional masih ada di Gunung Simpang Tiga, namun mulai jarang terdengar jatuh korban jiwa. Bahkan kini, penambang tidak seramai dahulu lagi. Jika dahulu (2015 - 2017), saat malam hari, area gunung itu akan terlihat layaknya pasar malam gempita lampu penerangan, disana-sini. Orang dilokasi itu, ramainya mencapai ratusan jiwa, tapi yang terlihat di atas hanya puluhan orang menjaga bibir lubang.

Hanya suara ketukan nyaring ‘ting-ting’ menggema terdengar saling menyahut satu sama lain, rupanya “si tulang punggung keluarga” sedang focus mengais secuil harapan debu-debu emas. Semoga penambang tradisional Simpang Tiga tetap diberikan kemujuran, agar tetap mampu menafkahi keluarga di rumah. TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI REPORTASI SAYA, SI ANAK ACEH
SELATAN.

FB_IMG_1523249573384.jpg

FB_IMG_1523249694168.jpg

FB_IMG_1523249680240.jpg

IMG-20180407-WA0008.jpg

Sort:  

Sungguh sedih melihat nasib anak bangsa, hanya jadi pembantu di negri sendiri sedang kan yang menjadi bos adalah orang orang asing

Andaikan masyarakat Menggamat lebih terbuka matanya untuk tidak mengekploitasi alam secara berlebih, namun dialihakan untuk bersahabat dengan menerapkan konsep ekowisata, aku rasa hal ini sungguh luar biasa, mengingat Menggamat mempunyai potensi ekowisata berupa gunung dan sungai yang luar biasa.

Betul sangat kak, andai itu diterapkan keindahan alam sangat berfungsi bagi kita kak. 😁😁😁 Terimakasih telah berkunjung kak @yellsaints

Sungguh sangat memprihatinkan😞

Emas nya mahal itu. Cukup buat modal nikah😄