Abu Ibu, Si Kucing Petualang
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hamparan sawah dan pepohonan rindang, hiduplah seekor kucing bernama Abu Ibu. Bulu Abu Ibu berwarna abu-abu dengan corak belang hitam di punggungnya. Matanya bulat seperti kelereng, selalu penuh rasa ingin tahu.
Abu Ibu bukan kucing biasa. Ia suka menjelajah dan bertualang ke tempat-tempat yang bahkan manusia jarang datangi. Setiap pagi, setelah pemiliknya, Mak Minah, memberinya sarapan ikan bakar, Abu Ibu akan berangkat menjelajahi desa.
Suatu hari, Abu Ibu melihat seekor burung kecil terjebak dalam jaring di kebun belakang rumah Pak Leman. Burung itu berkicau ketakutan, sayapnya mengepak-ngepak berusaha melepaskan diri. Dengan hati-hati, Abu Ibu menggigit ujung jaring dan menariknya perlahan. Setelah beberapa kali usaha, jaring itu akhirnya robek dan burung kecil itu terbang bebas.
Burung kecil itu tidak melupakan kebaikan Abu Ibu. Keesokan harinya, saat Abu Ibu sedang beristirahat di bawah pohon mangga, burung kecil itu datang membawa sebutir biji di paruhnya. Ia menjatuhkan biji itu di dekat Abu Ibu, seolah berterima kasih.
Hari demi hari berlalu, dan Abu Ibu semakin dikenal di desa. Ia pernah membantu anak Pak Ujang menemukan sandal yang hilang, mengusir tikus dari lumbung padi Mak Minah, dan bahkan menggonggong—atau lebih tepatnya, mengeong—saat melihat seseorang hendak mencuri ayam di kandang belakang rumah Pak Leman.
Kini, Abu Ibu bukan sekadar kucing biasa. Ia adalah legenda kecil di desa, si penyelamat berbulu abu-abu yang selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan.
Dan begitulah, petualangan Abu Ibu terus berlanjut, dengan kejutan dan cerita baru setiap harinya.