Mutiara hati
Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang gadis kecil bernama Aisyah. Ia adalah anak yang penuh kasih, selalu tersenyum, dan memiliki hati yang lembut seperti mutiara. Sejak kecil, Aisyah diajarkan oleh ibunya bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta, tetapi pada ketulusan hati dalam membantu sesama.
Setiap pagi, sebelum berangkat ke madrasah, Aisyah selalu menyempatkan diri membantu ibunya menyiapkan makanan. Ia juga sering membawakan sarapan untuk seorang nenek tua di ujung desa yang hidup sebatang kara. "Hati yang tulus adalah mutiara sejati," kata ibunya setiap kali Aisyah melakukan kebaikan.
Suatu hari, sekolah Aisyah mengadakan perlombaan menulis tentang "Mutiara Hati." Aisyah menuliskan kisah tentang seorang anak yang belajar berbagi dan mencintai sesama. Ia menuliskan betapa kebahagiaan sejati datang dari hati yang penuh ketulusan, bukan dari kemewahan dunia.
Saat pengumuman pemenang, Aisyah tak menyangka bahwa tulisannya terpilih sebagai yang terbaik. Guru-gurunya memuji pemikiran Aisyah yang sederhana namun penuh makna. Dengan senyum bahagia, Aisyah berlari pulang dan memeluk ibunya. "Bu, mutiara hati yang sesungguhnya adalah ibu. Ibu yang mengajarkanku kebaikan dan kasih sayang."
Ibunya tersenyum haru, menyadari bahwa kebaikan yang ia tanam dalam hati putrinya telah berbuah manis. Sejak hari itu, Aisyah semakin bersemangat dalam menebar kebaikan, menjadi cahaya bagi sekitarnya, dan membuktikan bahwa hati yang tulus adalah mutiara yang paling berharga.