Semua Belum Usai
Angin sore berhembus lembut, menggoyangkan ranting pohon di halaman rumah tua itu. Fajar duduk di bangku kayu yang sudah mulai lapuk, menatap kosong ke arah jalanan yang perlahan sepi. Hatinya penuh dengan perasaan yang tak menentu. Ia pikir, setelah bertahun-tahun berjuang, semuanya akan berakhir dengan baik. Tapi ternyata, kenyataan berkata lain.
Hari ini, ia baru saja pulang dari kantor pengacara. Sidang terakhir yang seharusnya menjadi penutup dari segala permasalahan justru membuka babak baru yang lebih rumit. Warisan ayahnya yang ia kira akan mudah diselesaikan kini menjadi sengketa yang melibatkan pihak yang tak terduga. Saudara tirinya, yang selama ini tak pernah menunjukkan kepedulian, tiba-tiba muncul dengan klaim atas sebagian harta yang ditinggalkan.
Fajar menarik napas panjang. Ibunya selalu berkata bahwa kehidupan tak pernah berjalan seperti yang kita rencanakan, dan kali ini, ia benar-benar merasakannya. Semua usaha yang telah ia lakukan, semua kompromi yang ia coba bangun, rasanya sia-sia.
Namun, di dalam dirinya, ada suara kecil yang menolak menyerah. Hidup tak pernah mudah, tapi bukan berarti ia harus berhenti berjuang. Malam ini, ia akan merenung, menyusun kembali langkah-langkahnya. Karena meskipun semuanya terasa berat, ia tahu satu hal pasti: semua belum usai.
Esok hari, ia akan kembali berdiri, menghadapi dunia dengan keyakinan baru.