Penyesalan Wisnu

in #steemexclusivelast month

black-professional-4334648_1280.jpg

Wisnu duduk termenung di bangku taman yang mulai sepi. Angin sore berhembus pelan, membawa suara burung-burung yang kembali ke sarangnya. Namun, pikirannya terus dihantui oleh satu hal—penyesalan.

Dulu, Wisnu adalah seseorang yang sangat ambisius. Ia terlalu sibuk mengejar kesuksesan hingga lupa dengan orang-orang di sekitarnya. Ia jarang pulang untuk menemui orang tuanya, bahkan sering mengabaikan pesan ibunya yang hanya ingin tahu kabarnya. "Nanti saja," selalu begitu jawabannya setiap kali ibunya menelepon.

Hingga suatu hari, kabar buruk datang. Ibunya jatuh sakit, dan Wisnu terlambat menyadarinya. Saat ia akhirnya memutuskan pulang, semuanya sudah terlambat. Ia hanya bisa berdiri di samping ranjang rumah sakit, menggenggam tangan ibunya yang lemah. Dengan suara lirih, ibunya berkata, "Nak, ibu selalu bangga padamu... Jaga dirimu baik-baik." Setelah itu, ibunya pergi untuk selamanya.

Sejak hari itu, Wisnu dihantui oleh penyesalan yang tak berujung. Ia menyesal karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa bahwa waktu bersama orang yang dicintai adalah sesuatu yang tak bisa dibeli. Ia merindukan suara ibunya, masakan hangatnya, dan senyumnya yang selalu menenangkan.

Kini, Wisnu berjanji untuk berubah. Ia mulai meluangkan waktu untuk keluarganya, mengunjungi ayahnya lebih sering, dan tidak lagi menunda kebersamaan dengan orang-orang yang ia sayangi. Ia sadar bahwa penyesalan tak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa menjadi pelajaran untuk masa depan.

Sambil menatap langit yang mulai gelap, Wisnu berbisik, "Maafkan aku, Bu... Aku akan menjadi anak yang lebih baik." Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa sedikit lebih tenang.