Si Mbah Dalam Barisan Antrian

in #sosial3 years ago

Semua makhluk hidup memiliki sifat dasar yang melekat dipikiran dan jiwa mereka, sifat dasar tersebut antara lain rasa simpati dan empati. Manusia sebagai makhluk yang dianggap superior dari makhluk lainnya dengan atau tanpa aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia baik itu secara komunal dan individu seharusnya mereka tidak akan pernah membenarkan membunuh ataupun menyakiti makhluk lainnya. Sifat dasar inilah yang dimaksud sifat alami manusia.

Sifat alami ini memiliki form yang sangat unik dan sangat fleksibel, pada dasarnya manusia akan melakukan sesuatu itu untuk menggapai kebaikan dan menghindari segala sesuatu yang merugikan dirinya ataupun manusia lainnya. sifat alami ini akan menjadi pengendali dan penilai untuk mengambil keputusan apakah sesuatu ini pantas untuk dilakukan atau harus dihindari. Sebagai pusat kendali, sifat alami yang dimotori oleh pikiran bawah sadar yang telah dirancang oleh Sang Pencipta telah ditanamkan aturan baku bahwa manusia seharusnya lebih memihak kepada kebaikan dan menghindari sifat buruk. Dari sifat alami ini maka akan lahir sebuah partisi-partisi yang menyaring segala fenomena dan keputusan yang akan diambil oleh manusia, atau lebih mudahnya dalam melakukan sesuatu tindakan pikiran tersebut akan diolah dan disaring dengan berbagai pertimbangan, antara lain.

  1. Tujuannya apa,
  2. Bagaimana melakukannya,
  3. Bagaimana dampaknya.

3 pertanyaan di atas dapat digunakan lagi ketika mengolah dan menjawab pertanyaan point 2 dan 3 misalnya, dalam menjawab bagaimana melakukannya, objek yang telah diketahui tersebut akan diolah kembali dengan pertanyaan, apa tujuannya, bagaimana melakukannya, bagaimana dampaknya. Misalnya saya memberikan gambaran di kehidupan sehari-hari yaitu.

Dalam memilih untuk sekolah.

  1. Tujuannya apa, dijawab Untuk memperoleh ilmu
  2. Bagaimana melakukannya, jawaban tekun belajar dan mengikuti apa yang guru ajarkan,
  3. Dampaknya apa, jawabannya akan menjadi orang berilmu dan dapat bermanfaat baik untuk hal yang non profit maupun segala hal yang ada profitnya.

dapat diperhatikan bahwa dalam setiap pertanyaan di atas terdapat jawaban, di mana jawabannya masing-masing antara lain:

  1. Untuk memperoleh ilmu.
  2. Tekun belajar dan mengikuti apa yang guru ajarkan
  3. akan menjadi orang berilmu dan dapat bermanfaat baik untuk hal yang non profit maupun segala hal yang ada profitnya

dari tiga jawaban diatas telah diperoleh jawaban, untuk nomor dua dapat lagi kita turunkan di mana:

  1. Tekun belajar dan mengikuti apa yang guru ajarkan (2). maka akan muncul lagi pertanyaan
    a. Tujuannya apa?
    b. Bagaimana melakukannya?
    c. Bagaimana dampaknya?

begitu juga dengan jawaban nomor 3, akan muncul lagi pertanyaan di atas.

Dari contoh di atas yang dimaksud adalah, dari berbagai macam jawaban yang diolah pikiran akan terus diolah hingga mencapai kesadaran alami atau sifat alami manusia, seharusnya pertanyaan Tujuannya apa?, Bagaimana melakukannya?, bagaimana dampaknya? akan dijawab dengan pertimbangan apakah itu baik atau perlu dihindari.

Tentunya kesadaran ini tidak akan mudah untuk diakses apabila, sebelumnya selama hidup seorang manusia tersebut menyerap semua yang ada di luar dirinya tanpa melakukan pemilihan yang berdasarkan azas apakah itu baik atau buruk, dan tanpa perenungan serius apakah ini enak atau baik, atau enak tapi tidak baik. Akibat dari proses menyerap sudut pandang dari luar diri seperti ini, akan menenggelamkan sifat alami manusia yang cenderung memilih kebaikan dan menghindari keburukan. Hal inilah yang berujung kepada penurunan kemampuan dan penuruan kesadaran seorang manusia dalam memahami mana itu baik dan mana itu yang tidak baik.

Akibat dari polemik ini, akhirnya pada suatu komunal menciptakan norma dan hukum, yang mana norma dan hukum itu bertujuan untuk menjadi titik ikat bakau bagaimana seharusnya individu yang ada di dalam komunal tersebut berpikir dan bertindak. Dengan adanya norma dan hukum yang ada di sebuah komunal ini dapat menjadi bukti praksis bahwa manusia sejatinya memiliki sifat alami yang salah satunya berpikir dengan pertimbangan berdasarkan mana itu kebaikan dan keburukan. Kalau kita berimajinasi apakah mungkin awalnya Tuhan percaya kepada manusia bahwa manusia seharusnya dapat menjadi makhluk yang adil dan beradab tanpa harus diberikan panduan-panduan secara tertulis atau dapat dipahami bahwa aturan-aturan Tuhan tersebut telah tertanam di dalam diri manusia.

Tanpa maksud untuk justifikasi, kita dapat melihat pada era sekarang ternyata manusia tidak dapat dipercaya seperti itu layaknya dulu lagi, semakin maju era semakin mundur tingkat kesadaran manusia untuk menjadi manusia, akhirnya Tuhan mengutus wakilnya dan mengumumkan secara formal , Manusia untuk taat kepada waklinya untuk memandu manusia agar hidup secara seimbang yang harus memihak kepada kebaikan yang mana tata caranya diatur di dalam kitab-kitab suci agama.

Terlepas dari sisi mistik dan metafisika keagamaan tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari agama ialah untuk menjaga kita sebagai manusia untuk tetap berpikir dengan seimbang dan tidak tercemar oleh nafsu-nafsu merugikan yang bersemayam di jiwa manusia yang menggiring kepada keburukan.

Ternyata kesadaran sejati tersebut telah tenggelam di tempat yang tidak lagi diketahui dan tidak dapat diakses lagi oleh banyak manusia, dan pada akhirnya tidak lagi kita heran melihat manusia-manusia kota tidak memberikan antrian pertama kepada Mbah-mbah yang tua renta ketika antri untuk mendapatkan tiket bis kota.