Longing letters for the Palestinians (Billingual)

Mungkin kata rindu dan ingin berada disekitaran rakyat palestina yang pantas diucapkan untuk mengukap kan perasaan yang kini tertahan di dalam dada , tak lama ini saya kekampus kebetulan saya melintasi jalan nasional medan-banda aceh, tepatnya didesa paloh kota lhokseumawe saya melihat sebuah bendera palestina yang bergibar gagah di salah satu tiang penerang jalan dijalan tersebut, mungkin 11 bulan yang lalu tepatnya di akhir bulan 3 2017
saya pun menyempatkan datang ketanah arab untuk beribadah, tepatnya di kota mekkah awal mula cerita di mulai, disaat itu saya dan sanak keluarga sedang beribadah di mekkah, saya pun sedang menunggu salah seorang saudara di sekitaran masjidil haram, tak sengaja ada seorang pemuda menghampiri saya untuk memintak alakadar uang untuk sesuap nasi,
sempondan saya pun mengambil duit didalam dompet, rupanya pemuda itu warga negara palestina, saya pun berantusias untuk mengajak pemuda itu kepenginapan saya tempati saat itu di mekkah, didalam perjalanan kepenginapan saya, banyak cerita yang kami bicarakan didalam perjalanan menuju ke penginapan,
yang cukup membekas di pikiran dan benak saya, rakyat palestina tidak akan pernah melupakan jasa rakyat indonesia khususnya aceh yang telah banyak membantu rakyat palestina, luapan air mata pun tak terbentung dimata saya, hingga saya menulis artikel ini tetesan air mata pun tak mampu saya bentung mengingat perjuangan saudara yang sedang berjuang di palestina , ya mungkin luapan emosional terhadap rakyat palestina sangat besar saya rasakan,

ENG

Perhaps the word longing and want to be surrounded by the people of Palestinians who deserve to be spoken to memukap feelings that are now stuck in the chest, not long ago my accidental coincidence I crossed the national road aceh banda, precisely in the village paloh lhokseumawe I saw a palestina flag that bergibar dashing in one of the street poles of the street, maybe 11 months ago exactly at the end of the 3rd month of 2017 I also took time to arab to pray, precisely in the city of mecca the beginning of the story begins, at that time me and relatives are worshiping in mecca ,
I was waiting for one of the siblings around the holy mosque, unintentionally there was a young man approached me to ask alakadar money for a bite of rice, I also took the sprinkle money in the wallet, apparently the young man was a Palestinian citizen, I was enthusiastic to invite the young man kepenginapan I lived at that time in mecca, on the way kep my story, many stories we talked about on the way to the inn, which is quite imprinted on my mind and mind,
the people of Palestina will never forget the services of the people of Indonesia, especially Aceh that has helped the Palestinian people, tears are not stuck in my eyes, until I write this article droplets of tears I can not afford to bury considering the struggle of a brother who was struggling in the palestina, yes maybe emotional outbursts on the people of Palestine very big I feel,