SANG OEMAR PADA SUATU PERTEMUAN (Bagian 1)
Jikapun sang Oemar harus mengayuh sepedanya dengan menuruni tujuh bukit, ia dengan rela menempuhnya. Ia tidak segan-segan menikmati setiap persimpangan seperti ketika pertama kali berangkat demi sebuah pencarian. Mulai dari pertigaan mimpi hingga lampu ruh Dewantara menyala di sebuah pemberhentian.
Bertemu dengan beragam pemikiran orang-orang yang membicarakan hal-hal teknis dan strategi dalam menjaring guru kehidupan. Mencari sosok-sosok terbaik dalam memberi pengaruh baik terhadap lingkungan terdekatnya. Berada dalam lingkaran asing dengan frekuensi vertikal. Biasanya, gelombang bergemuruh secara horizontal. Berusaha memintal percakapan pikir dan batin yang seimbang. Tidak sekadar membicarakan mimpi tanpa realita. Membuka kesempatan luas pada setiap orang untuk membuka peluang. Siapa pun dapat melakukan praktik baik di sekitar lingkungan hidupnya. Tanda seseorang dikatakan terbaik, yaitu diakui oleh orang-orang terdekatnya. Siapa pun akan matang dengan memiliki banyak pengetahuan setelah melakukan perjalanan jauh. Tidak sekadar bolak-balik di tempat itu-itu saja. Jadi, terus berjalan semampu dan sekuat-kuatnya. Pada akhirnya, seorang musafir akan semakin tahu bahwa tidak ada batas akhir sepanjang hayat.
Menyelamatkan diri atau terombang-ambing gelombang, pasrah diantarkan kehendak angin atau melawan dingin, dan diam atau bergerak karena bisikan batin. Tidak serta-merta mengambang di atas permukaan. Cobalah berkecipak! Gerakan kedua lengan dan kedua kaki untuk menentukan arah. Terjemahkan arah mata angin dengan peta hati. Sedikit demi sedikit, barangkali daratan terlihat. Paling tidak pendaran mercusuar menyambutmu di tengah keputusasaan. Sebentar! Awali dengan bahasa ketenangan. Biarkan tubuh menanggapi tantangan tekanan air. Ia akan beradaptasi setelah lama meronta-ronta. Kendalikan emosi karena tenaga habis sewaktu-waktu. Sisakan energi pada detik-detik terakhir. Pada akhirnya, keputusan tepat perlu kecerdasan. Meskipun, harapan tinggal sepinggan. Ataupun, tenaga yang tersisa tidak sepadan. Bukan seberapa kuat ototmu menempuh ribuan kilometer perjalanan. Akan tetapi, kerja sama naluri, pikiran, dan perasaan benar-benar kompak hingga satu suara. Tidak sekadar bernada sama, tetapi menciptakan harmoni di tengah suasana. Menjadi paduan suara, bersama gemuruh ombak, angin, dan hantaman gelombang pada karang. Masa depan itu tidak cerah, jika hari kemarin tidak menjadi pelajaran, dan jika hari ini tidak ada perubahan. Oleh sebab itu, pintalkan seluruh peristiwa agar memperkuat alasan. Meyakinkan pencarian pada sebuah jawaban untuk terus berenang atau tenggelam.
Baca lengkap pada tautan: https://raamfest.com/sang-oemar-pada-suatu-pertemuan-bagian-1/