10 April; Mengenang Sosok Kahlil Gibran
Oleh: Denni Taufiqurrahman
Dalam sepekan terakhir, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan karya sastra kontroversi berjudul "Ibu Indonesia". Sehingga muncul kecaman dari publik, di samping banyak juga yang membalas dengan puisi bahkan berupa caci maki.
Karena itu, saya menangkap ada energi puitis dari warga Indonesia, meskipun puisinya hanya sekedar luapan emosi bukan isi hati. Begitu juga selama ini peminat dunia sastra atau sastrawan(i) tidak begitu banyak di negeri ini.
Tapi dalam tulisan ini, saya tidak membahas karya sastra kontroversi tersebut. Akan tetapi, tulisan ini membahas sosok Kahlil Gibran, seorang sastrawan, penyair sekaligus filsuf dunia yang wafat pada 10 April 1931, bertepatan dengan hari ini atau 87 tahun lalu.
Karena itu, sebagai alarm sejarah sekaligus penikmat karya-karyanya. Saya menulis sebuah "tembang kenangan" sebagai penghormatan mengenang karya-karyanya dalam menghidupkan filosofi dunia sastra.
Kahlil Gibran merupakan penyair Arab Lebanon perantauan terbesar abad 19-20. Bahkan mungkin sampai abad mendatang. Ungkapan-ungkapannya begitu penuh makna dan merupakan simbol perpaduan antara kecerdasan intelektual, kedalaman moral, dan kepekaan hati nurani.
Kita akan menemukan betapa ungkapan-ungkapannya mampu melampaui imajinasi saat membaca karyanya berupa pendalaman tentang cinta. Ungkapannya terkesan melampaui imajinasi karena terinspirasi konsep filsafat Ibn Al-'Arabi, di mana potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menangkap dan memahami segala hal yang tidak bisa dipahami oleh akal.
Setiap membaca karya sastranya, Gibran selalu mengajak pembaca menjelajahi "dunia asing" yang bernama spiritualitas untuk kemudian kembali ke dunia nyata dan menyampaikan pengalaman kita dari dunia spiritualitas itu untuk membangun dunia nyata yang penuh kedamaian dan kasih sayang di bawah cahaya Tuhan.
Salah satu ungkapan Gibran yang paling fenomenal adalah "Baru kemarin Aku pikir diriku sebuah fragmen bergetar tanpa irama dalam ruang kehidupan. Kini kutahu bahwa Akulah ruang, dan semua kehidupan adalah fragmen-fragmen bernyanyi yang bergerak dalam hatiku.
Gibran adalah sosok penyair produktif kelahiran Lebanon. Selain menulis dalam bahasa Arab, ia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya setelah berhijrah ke Boston, Amerika Serikat, sehingga melahirkan beberapa karya sastranya dalam bahasa Inggris.
Di antara karya-karya yang fenomenal antara lain: Sang Nabi, Pasir dan Buih, The Spirit of Love, Broken Wings, The Madman, Twenty Drawing dll.
Sebagai "tembang kenangan", barangkali tulisan singkat ini tidak cukup mewakili cerita hidup dan jasa-jasanya dalam dunia sastra. Akan tetapi, setidaknya penulis berusaha menghadirkan kenangan sekaligus penghormatan terhadap karya-karyanya dalam menghidupkan nilai-nilai spiritualitas, cinta dan perdamaian dalam dunia sastra.