2 KEINDAHAN ALAM TEMPAT OBJEK WISATA
PANTAI WISATA LAMPUUK
Pantai Lampuuk adalah salah satu pantai terkenal di daerah Aceh Besar yang selalu padat dikunjungi oleh pengunjung dari daerah di sekitarnya yaitu Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe dan daerah disekelilingnya. Tidak kalah dari pemandangan pantai Bali, Aceh juga mempunyai pantai yang bisa dibilang menyaingi pantai di Bali. Ya, Pantai Lampuuk ini menjadi andalan warga dan Provinsi Aceh. Oleh karena itu Pantai ini juga dijuluki dengan nama Pantai Kuta nya Aceh.
Pantai ini adalah salah satu primadona Provinsi Aceh sebelum terjadinya Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Saat tsunami terjadi Pantai Lampuuk juga terkenal gelombang besar sehingga penginapan maupun hotel disekitar pantai mengalami kerusakan termasuk keindahan panorama pantai.
Namun, setelah 11 tahun lebih berlalu, pantai ini kembali menampakkan keindahan panorama alamnya bahkan hampir menyami Pantai Kuta Bali. Walaupun keindahannya berkurang karena pengaruh gelombang besar tsunami, kini telah kembali dan siap dijadikan sebagai destinasi wisata di Provinsi Aceh dan Banda Aceh secara khususnya.
Objek Wisata Saksi Sejarah Tsunami Aceh
Pengaruh gelombang besar dari laut yaitu tsunami yang terjadi di Aceh khususnya daerah Aceh Besar atau Banda Aceh memberikan efek yang luar biasa kepada kota-kota disekitar serta objek wisata di sekitar Banda Aceh. Hal ini sempat membuat pantai ini tertutup untuk aktivitas ekonomi maupun pariwisata. Trauma terhadap ancaman tsunami datang kembali membuat masyarakat dan wisatawan cukup takut untuk datang ke pantai ini, selain karena banyaknya pohon pinus yang tumbang dan puing-puing sisa tsunami.
Keindahan Pantai Lampuuk
Pantai Lampuuk memiliki garis pantai yang panjang, yaitu sepanjang 5 km dari selatan ke utara dengan pasir putih lembut dan tebing bebatuan karang di ujung pantai. Banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan di pantai ini mulai dari berjemur, berselancar, berenang dan juga bermain banana boat. Selain itu juga ada kegiatan unik lainnya yang dapat kita lakukan yaitu pelepasan hewan lindung yaitu penyu. Karena di pantai ini juga ada tempat penangkaran penyu yang dapat Anda kunjungi disana. Sehingga menjadikan Pantai Lampuuk sebagai destinasi Wisata yang harus Anda kunjungi sebagai seorang traveler sejati.
Jika berkunjung ke Pantai Lampuuk ini ada banyak cottage untuk beristirahat dipinggir pantai. Juga sangat banyak pedagang ikan bakar atau makanan ringan yang ada disekeliling pantai khususnya pada saat musim liburan serta ditemani dengan air kelapa muda yang segar.
Wahana wisata yang bisa Anda kunjungi di Pantai Lampuuk, diantaranya :
• Ombak tinggi untuk berselancar
• Berjemur panas pantai
• Penangkaran atau konvervasi Penyu
• Banana Boat
• Air pantai untuk berenang dan mandi
• Kios-kios seafood pinggir pantai
Akses Lokasi Objek Wisata Pantai Lampuuk
Pantai Lampuuk berada di Desa Meunasah Masjid, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten/Kota Aceh Besar. Harga tiket masuk objek wisata ini hanya dengan 3.000 Rupiah saja. Namun juga sering di tagih biaya parkir untuk wisatawan yang membawa kendaraan. Ada empat jalur masuk yang bisa dilalui oleh para pengunjung untuk menuju lokasi pantai dari tempat yang berbeda, yaitu jalur Babah Satu, Jalur Babah Dua, Jalur Babah Tiga, dan Jalur Babah Empat. Masing-masing pintu masuk dinamai berurutan sesuai posisinya, urutannya yaitu dari yang paling selatan ke yang paling utara. Sedangkan jalur yang banyak dilalui oleh para pengunjung lokal umumnya adalah jalur Babah Satu dan jalur Babah Dua. Turis asing biasanya datang dari jalur Babah Tiga karena mereka mencari lokasi surfingnya.
KEPALAUAN RAJA AMPAT
![Sejarah-Raja-Ampat.jpg]
()
Asal usul Raja Ampat tak bisa dilepaskan dari suku asli yang mendiami pulau terbesar di Raja Ampat, Waigeu. Yakni suku Maya. Hingga saat ini suku asli Raja Ampat ini masih berdiam di pulau Waigeu.
Namun mereka tidak tinggal di Waisei yang merupakan Ibukota Kabupaten Raja Ampat, suku maya memilih tetap tinggal di pedalaman.
Menurut Yohanes yang kini menjabat sekretaris dewan adat suku maya, kisah asal usul Raja Ampat tak bisa dipisahkan dari cerita munculnya raja-raja dari suku maya.
Terdapat beberapa versi cerita mengenai asal-usul nama Raja Ampat yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi di dalam kehidupan masyarakat asli kepulauan Raja Ampat. Salah satu versi dari cerita ini adalah sebagai berikut:
Raja Ampat ditinjau dari sisi Sejarah
Di tinjau dari sisi sejarah, Kepulauan Raja Ampat di abad ke 15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku.
Untuk menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Tidore ini menunjuk 4 orang Raja lokal untuk berkuasa di pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool yang merupakan 4 pulau terbesar dalam jajaran kepulauan Raja Ampat sampai sekarang ini. Istilah 4 orang Raja dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Raja Ampat.
Kabupaten yang memperingati Hari Ulang Tahun setiap tanggal 9 Mei ini sekarang merupakan sebuah Kabupaten di Propinsi Papua Barat yang dimekarkan dari Kabupaten Sorong pada tahun 2003. Bila kita lihat peta Propinsi Papua Barat maka letak Kabupaten ini terletak di kepulauan sebelah barat paruh burung pulau papua.
Kabupaten Raja Ampat terdiri dari kurang lebih 610 pulau yang memiliki panjang total tepi pantai 753 km. Pusat pemerintahan dan sekaligus Ibukota bagi Kabupaten Raja Ampat adalah sebuah kota yang terletak di Pulau Waigeo, yaitu kota Waisai. (gorajaampat).
Asal Mula Nama Raja Ampat Menurut Mitos
Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur.
Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Telur-telur tersebut disimpan dalam noken (kantong) dan dibawa pulang, sesampainya di rumah telur-telur tersebut disimpan dalam kamar.
Ketika malam hari mereka mendengar suara bisik-bisik, betapa kagetnya mereka ketika mereka melihat di dalam kamar ternyata ke-lima butir telur telah menetas berwujud empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, semuanya berpakaian halus yang menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan raja.
Sampai saat ini belum jelas siapa yang memberikan nama kepada anak-anak tersebut tapi kemudian diketahui bahwa masing-masing anak bernama :
- War menjadi Raja di Waigeo.
- Betani menjadi Raja di Salawati.
- Dohar menjadi Raja di Lilinta (Misool)
- Mohamad menjadi Raja di Waigama (Batanta)
Sedangkan anak yang perempuan (bernama Pintolee), pada suatu ketika anak perempuan tersebut diketahui sedang hamil dan oleh kakak-kakaknya Pintolee diletakkan dalam kulit bia (kerang) besar kemudian dihanyutkan hingga terdampar di Pulau Numfor.
Satu telur lagi tidak menetas dan menjadi batu yang diberi nama Kapatnai dan diperlakukan sebagai raja bahkan di beri ruangan tempat bersemayam lengkap dengan dua batu yang berfungsi sebagai pengawal di kanan-kiri pintu masuk bahkan setiap tahunnya dimandikan dan air mandinya disiramkan kepada masyarakat sebagai babtisan untuk Suku Kawe. Tidak setiap saat batu tersebut bisa dilihat kecuali satu tahun sekali yaitu saat dimandikan.
Oleh karena masyarakat sangat menghormati keberadaan telur tersebut maka dibangunlah sebuah rumah ditepi Sungai Waikeo sebagai tempat tinggalnya dan hingga kini masih menjadi objek pemujaan masyarakat.
Di tinjau dari sisi sejarah, Kepulauan Raja Ampat di abad ke 15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku.
Untuk menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Tidore ini menunjuk 4 orang Raja lokal untuk berkuasa di pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool yang merupakan 4 pulau terbesar dalam jajaran kepulauan Raja Ampat sampai sekarang ini. Istilah 4 orang Raja dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Raja Ampat.