Novel Intan ... halaman 8
(Selalu dalam Kenangan) ... Satu detik bersamamu sangat berarti.
Agar tahu pentingnya waktu 1 tahun, tanyakan pada murid yang tinggal kelas.
Agar tahu pentingnya waktu 1 bulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi premature.
Agar tahu pentingnya waktu 1 minggu, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu 1 jam, tanyakan pada para kekasih yang menunggu untuk bertemu.
Agar tahu pentingnya waktu 1 menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang.
Agar tahu pentingnya waktu 1 detik, tanyakan pada orang yang saja terhindar dari kecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu setengah detik, tanyakan pada peraih medali perak olimpiade.
Bagiku menunggu untuk bisa bersamamu sudah bertahun-tahun, bayangkan bila waktu untuk menunggu itu tidak berarti sama sekali dalam hidupku. Setengah detik saja waktu sangat berharga apalagi bertahun-tahun. Aku tidak pernah memaksamu untuk menghargai semua waktu yang telah kuhabiskan untukmu, aku tidak pernah memintamu untuk membayar dengan harga seribu rupiah untuk satu jam waktu yang telah terlewati bersamamu, itu karena bersamamu adalah bahagiaku, satu jam bersamamu itulah kesuksesan terhebat dalam sejarah cintaku.
Aku bercerita panjang lebar tentang waktu-waktu terindah bersamanya sebelum kami benar-benar berpisah. Kadang aku berpikir semua waktu bersamanya adalah sia-sia, semua kenangan indah itu ingin kubenci, canda tawanya ingin ku capik-capik dalam memori hatiku, menyesal telah peduli padanya suara itu berdesir dalam dadaku. Ah .. betapa bodohnya aku telah berhenti bergerak karena sangat cinta padanya.
Bayangkan mulai dari detik pertama sang fajar aku sudah mulai memikirkannya, bahagiakah dia hari ini atau apa aku melakukan kesalahan hingga dia membenciku. Pikiran ini membelenggu jiwaku ketika aku tidak bisa mendengar suara merdunya setelah shalat shubuh pagi itu. Biasanya setelah shalat shubuh meskipun lewat telpon kami membaca surah Al-Muzammil sama-sama, tapi pagi itu, tepatnya 06 Januari 2016 ku hubungi dia 23 kali tidak ada jawaban, kukirim 12 sms juga tidak ada balasan. Aku berpikir jangan-jangan dia belum bangun karena malam itu kami bercerita tentang keinginanku pergi ke Filipina hanya untuk makan ‘balut’ atau dia tersinggung karena menurut dia makanan yang aku impikan itu tidak enak hingga pagi ini dia mengabaikanku (bersambung ...