Ikan depik penghuni lut tawar
Bagi traveller yang akan berkunjung ke daratan tinggi gayo ada baiknya menambahkan daftar mencicipi ikan depik favorit masyarakat gayo. Karena musiman, ikan depik sedikit agak mahal dari ikan biasa, dan sering salah pemahaman bahwa ikan depik bisa didapatkan tiap hari di danau lut tawar. Ikan depik dari segi fisik hampir mirip dengan ikan relo dan ikan eyas, pembeli yang tidak teliti akan sulit membedakan antara ikan depik dan ikan relo. Ikan relo dan ikan eyas bisa didapatkan setiap hari di pasar ikan takengon, sedangkan ikan depik hanya bisa dipatkan saat musim depik tiba.
Ikan Depik memiliki ciri-ciri pada bagian belakang atau punggung ikan Depik berwarna hitam; tubuh ikan Depik berbentuk lonjong; bagian bawah atau bagian perut ikan Depik berwarna putih lembut. Sedangkan ikan relo memiliki ciri-ciri lebih kecil dari ukuran ikan Depik, kemudian warna ikan Relo agak kuning keemasan. Sedangkan ikan Eyas memiliki ciri-ciri fisik sedikit lebih besar namun sisi sampingnya terlihat ramping dari ikan Depik, dan tidak memiliki warna hitam dibagian punggungnya.
Musim ikan Depik ditandai dengan gejala-gejala alam seperti hujan gerimis disertai angin kencang dan suhu udara rendah (dingin), adanya gelombang besar di danau Orang Gayo biasa menyebutnya dengan gelumang kul, gelombang tersebut datang dari arah barat ke arah timur. Saat musim ikan Depik Gunung Kelieten atau Burni Kelieten tertutupi oleh awan tebal. Musim ikan Depik ditandai dengan gejala-gejala alam seperti hujan gerimis disertai angin kencang dan suhu udara rendah (dingin), adanya gelombang besar di danau Orang Gayo biasa menyebutnya dengan gelumang kul, gelombang tersebut datang dari arah barat ke arah timur. Saat musim ikan Depik Gunung Kelieten atau Burni Kelieten tertutupi oleh awan tebal.
Memang ikan Depik selalu dikaitkan dengan Burni Kelieten dan Orang Gayo menyakini hal tersebut. Tidak sedikit pula orang menganggap cerita ini sebagai mitos dan sekedar legenda saja, tetapi tidak ada salahnya kalau cerita ini terus bertahan dan diyakini oleh sebagian besar Orang Gayo. Karena mitos dan legenda yang ada pada Orang Gayo merupakan kekayaan budaya. Sejarah ikan Depik yang berkembang di kalangan Orang Gayo memiliki banyak versi. Versi pertama, bermula dari beberapa orang yang merantau dari Blangkejeren menuju ke kampung Bintang, sebelum sampai ke tempat tujuan mereka berteduh di kaki gunung Burni Kelieten. Disaat berteduh tersebut mereka memasak nasi untuk makan siang, dan saat nasi yang dimasak tadi mendidih seorang dari mereka mengambil kayu untuk mengaduk nasi. Kayu yang tidak sengaja diambil untuk mengaduk nasi yaitu ranting dari pohongeluni item. Setelah nasi matang, warna nasi tersebut menjadi hitam dan saat dimakan nasi tersebut terasa pahit. Karena rasa nasi yang pahit kemudian mereka memutuskan untuk membuangnya ke danau dan nasi tersebut dibawa arus danau ke dalam gua di dasar danau di bawah Gunung Burni Kelieten. Dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa nasi tersebut menjelma menjadi ikan Depik. Cerita ini merupakan folkloreyang beredar di masyarakat Gayo khususnya di daerah Takengon secara turun temurun.
Versi kedua, ikan Depik berasal dari Gunung Kelieten “burni kelieten”. Di burni kelieten ada tujuh telaga. Lalu datang tujuh pemuda ke telaga tersebut, tidak lama kemudian mereka memasak nasi karena hanya ada pohon geluni di sekitar telaga tersebut. Maka mereka memanfaatkan kayu geluni sebagai alat untuk mengaduk nasi yang mereka masak. Kayu geluni memiliki sifat apabila terkena air maka air akan berubah warna menjadi hitam, nasi yang dimasak oleh pemuda tersebut juga berubah warna menjadi hitam. Karna warna nasi berubah menjadi hitam maka pemuda-pemuda tersebut membuang nasi ke Telaga Tujuh, dan nasi yang dibuang tersebut menjelma menjadi ikan Depik.
Versi ketiga, ikan Depik muncul di Danau Laut Tawar bermula dari seorang pemuda Gayo dari Takengon yang merantau ke daerah pesisir Aceh. Pemuda tersebut merantau dalam waktu yang lama, sampai-sampai pemuda tersebut lupa akan kampung halaman dan bahasa asalnya yaitu bahasa Gayo. Lalu dia kembali ke kampung halaman dan meminang seorang gadis Gayo, dan pinangannya diterima pernikahan pun dilaksanakan dengan pesta besar. Setelah pesta selesai pengantin wanita melihat tandatanda di tubuh pengantin pria yang mirip dengan tanda-tanda yang diceritakan oleh ibunya. Dan ternyata yang menikahinya adalah abang kandungnya. Karena malu dan merasa kejadian tersebut adalah aib maka wanita tersebut berlari ke danau dan menaiki perahu dan sampai ke tengah. Seorang pengasuhnya bernama Bunga (bunge) melihat dan ikut menceburkan diri ke danau. Anggota kerabatnya merasa sedih dan sangat berduka lalu mereka membuang semua nasi dan sayur ke dalam danau. kemudian nasi tersebut menjadi ikan Depik dan pengantin wanita menjelma menjadi Peteri ijo (Putri Hijau).
Orang Gayo percaya bahwa sesekali peteri ijo mengganggu para pemancing dengan memutuskan tali pancing. Dan saat hari sangat panas dan disertai hujan gerimis orang Gayo menyebutnya serlah kemudian muncul pelangi (kelamun) di atas Danau Laut Tawar, disaat itulah peteri ijo muncul dari tengah permukaan danau dalam wujud manusia wajahnya mirip dengan pengantin lalu menghilang lagi. Ikan Depik yang tidak muncul di Danau Laut Tawar dipercaya hidup di danau lain. Danau lain tersebut adalah danau yang berada di bawah Burni Kelieten. Gunung Kelieten terletak di selatan danau yang konon dikawal oleh Tengku Burni Kelieten yang keramat. Belum pernah ada orang yang melihat danau di bawah Burni Kelieten tersebut.
So, kalian yang kebetulan sedang merencakan traveler ke daratan tinggi gayo, jangan lewatkan kuliner favorit ikan depik yang satu ini. Salam
http://acehplanet.com/ikan-depik-ikan-lengendaris-penghuni-danau-lut-tawar/
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://acehplanet.com/ikan-depik-ikan-lengendaris-penghuni-danau-lut-tawar/