Jangan Cepat Menilai, Sekalipun Anda Melihatnya [Inspirasi]

in #motivation7 years ago (edited)


Sumber

Sahabat Stemians, pernahkah Anda merasa sangat mengenal seseorang, namun sebenarnya Anda belum mengenalnya sama sekali? Sebenarnya, ada kisah menarik di balik pertanyaan saya ini. Kisah ini mengajarkan saya agar tidak terlalu cepat merasa tahu atau memahami sesuatu. Apa lagi terlalu cepat memberi nilai.

Kisah ini juga mengajarkan saya untuk tidak terlalu cepat menghakimi sesuatu yang belum benar-benar jelas duduk persoalannya. Karena sering kali apa yang kita lihat, justru menipu diri kita. Kita langsung menghakimi apa yang kita lihat tersebut, karena terlalu yakin pada pandangan mata.

Bayangkan, apa yang kita lihat dengan kedua mata kita saja belum tentu begitu faktanya, konon bila orang lain yang lihat kemudian ia berusaha menjelaskan hal tersebut pada kita. Pastilah semakin parah nilai akurasinya. Karena itu sekali lagi mari kita selalu bersaikap tenang, tidak over responsif apa lagi bersikap dini dalam menilai sesuatu.

Kisah ini menjadi pelajaran penting bagi saya ketika saya membaca sebuah artikel tentang perilaku buruk yang gemar menilai sesuatu yang belum dipahaminya. Dalam artikel tersebut dikisahkan tentang seorang remaja yang duduk bersama seorang ayahnya di dalam sebuah kereta api. Usia remaja ini sudah melebihi 20 tahun. Mungkin sekitar 24 atau 25 tahun.

Namun sepanjang perjalanan, ia tampak seperti anak seuusia 6 tahun. Atau mungkin lebih kecil dari itu. Ketika ia melihat deretan pohon di luar kereta, ia langsung menjerit. “Ayah, pohon-pohon itu berjalan. Tapi ia kalah cepat dengan kareta ini,” serunya.

Ayahnya memegang tangan putranya dan memberikan sebuah senyuman indah. Remaja ini pun menatap bahagia pada sang ayah. Ia benar-benar bahagia. Berselang beberapa saat, remaja ini kembali berucap. Setengah berteriak ia berkata, “Ayah, awan-awan di atas mencoba mengejar kereta ini,” katanya. Ayahnya kembali tersenyum sambil menatap wajah putranya yang memandang ke arahnya.

Tak jauh dari kursi mereka, ada seorang penumpang lain yang sedari awal memperhatikan tingkah remaja ini. Lelaki berstelan rapi dengan kemeja dan dasi ini seperti heran dengan tingkah pemuda tersebut yang berperilaku seperti anak kecil. Entah karena perasaan jengkel, sebelum kereta tiba di terminal, ia berujar pada sang ayah pemuda itu.

“Kenapa Anda tidak membawa putra Anda ke dokter jiwa?,” katanya dengan nada datar. Pria tua yang diberi pertanyaan menusuk hati itu menjawab dengan sabar, “Kami baru pulang dari rumah sakit untuk sebuah operasi besar. Anak saya buta sejak lahir. Bulan lalu ada pendonor mata yang mau mendonorkan sepasang matanya. Ia baru bisa melihat hari ini,” katanya sembari menatap ke arah lelaki itu.

Jawaban ini tentu saja mengujam begitu kuat. Tak dinyana, ternyata pemuda itu sebelumnya buta. Sepanjang hidupnya baru bisa melihat. Karena itu ia belum paham tentang apa yang ia saksikan sebelumnya.

Inilah pelajaran yang bisa dipetik, bahwa kita tak perlu menilai sesuatu yang kita belum pahami benar. Kita tidak boleh menghakimi sesuatu yang kita belum tahu persis duduk perkaranya. Jangan latah dalam bersikap, bila kita tidak ingin dikejutkan dengan fakta yang sesungguhnya.

Semoga menginspirasi.

Salam, @zainalbakri

Sort:  

sedih om @zainalbakri bacanya.
itulah om zaman now, suka nyeletuk aja..
gk tau inti masalah..

bless me fam

sudah di upvote yahh

Sebuah cerita yang penuh pelajaran pak @zainalbakri. Sangat memberi inspirasi

artikel yang sangat inspiratif.. intinya tetap berbaik sangka terhadap orang yang kita jumpai..
terima kasih sudah berbagi..
salam kenal..

Postingan yang menarik dan penuh pesan moral
Apik dan mengharukan

Sangat inspiratif. terimakasih @zainalbakri, sukses selalu. Salam KSI

Sangat inspiratif, ..
kadangkala mata memang organ pertama kali yang menghakimi, dilanjutkan dengan lidah, barulah otak dan hati bertindak....

I don't understand your language but I love that picture!

Sebuah pelajaran yang sangat berharga sekali untuk kita semua, khususnya saya pribadi dari postingan anda @zainalbakri , semoga kedepannya kita lebih memahami lagi dari segi kehidupan orang lain.