Meningkat, korban tewas Palestina terkait protes Kedubes AS di Yerusalem
Dalam bentrokan paling mematikan di Gaza sejak perang pada tahun 2014, pemerintah Palestina mengatakan tentara Israel telah membunuh 55 orang dan melukai 2.700 lainnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tentaranya bertindak untuk membela diri dari kelompok Islamis yang menguasai Gaza, Hamas. Ia mengatakan kelompok tersebut berniat menghancurkan Israel.
Pemimpin Otoritas Nasional Palestina mengecam hal yang disebutnya sebagai "pembantaian"; sementara PBB berbicara tentang "pelanggaran HAM yang keterlaluan".
Kekerasan terjadi bersamaan dengan pembukaan secara resmi Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem, Senin (14/05).
Peresmian tersebut memicu kemarahan warga Palestina karena dilihat sebagai dukungan Amerika Serikat terhadap penguasaan Israel atas seluruh kota Yerusalem, yang bagian timurnya diklaim Palestina sebagai teritorinya dan rencananya akan menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan.
Israel juga menyambut 70 tahun negara Israel, yang didirikan 15 Mei 1948 yang oleh rakyat Palestina justru dianggap hari malapetaka, Nakba.
Apa yang terjadi di perbatasan Gaza?
Warga Palestina telah berunjuk rasa selama enam pekan, sebagai bagian dari protes yang disebut "Pawai Besar untuk Pulang". Protes ini dipimpin oleh Hamas.
Namun, aksi protes pada hari Senin – dan yang direncanakan pada Selasa – adalah puncaknya, menandai hari berdirinya Israel pada 1948 dan hal yang disebut rakyat Palestina sebagai Nakba atau Malapetaka. Istilah tersebut mengacu pada ratusan ribu rakyat Palestina yang melarikan diri atau terusir dari rumah mereka dalam perang yang menyusul.
Haris Senin juga bertepatan dengan upacara peresmian Kedutaan Besar AS.
Militer Israel mengatakan 40.000 warga Palestina ikut serta dalam 'kerusuhan dengan aksi kekerasan' di 13 lokasi di sepanjang pagar perbatasan di Jalur Gaza.
Warga Palestina melempar batu dan perangkat pembakar sedang militer Israel melemparkan gas air mata serta mengerahkan penembak jitu.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membela aksi militernya, dengan mengatakan: "Setiap negara berkewajiban untuk melindungi perbatasannya.
"Organisasi teroris Hamas mendeklarasikan niatnya untuk menghancurkan Israel dan mengirim ribuan orang untuk menerobos pagar pembatas demi mencapai tujuan ini. Kami akan terus bertindak dengan ketetapan hati untuk melindungi kedaulatan dan rakyat kami."
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan tentara menembak mereka yang terlibat dalam "aktivitas teroris dan bukan pengunjuk rasa, yang dibubarkan dengan cara-cara biasa, seperti gas air mata, dan sesuai dengan aturan keterlibatan".
Presiden Otoritas Palestina Presiden Mahmoud Abbas mengumumkan waktu berduka selama tiga hari. "Hari ini sekali lagi, pembantaian terhadap rakyat kami berlanjut."
Bagaimana reaksi komunitas internasional?
Sejumlah tanggapan yang muncul sangat bertentangan:
Juru bicara Gedung Putih Raj Shah berkata: "Tanggung jawab atas kematian tragis ini sepenuhnya berada di tangan Hamas... Hamas secara sengaja dan sinis memprovokasi respon ini"
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan pemerintah Inggris meminta kedua pihak menahan diri
Jerman mengatakan Israel berhak untuk mempertahankan diri namun harus melakukannya secara wajar
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengecam kekerasan yang dilakukan militer Israel terhadap para pengunjuk rasa
Turki berkata AS juga bertanggung jawab atas "pembantaian kejam" dan menarik duta besarnya dari AS dan Israel
Salah satu pernyataan paling kuat datang dari Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Ra'ad al-Hussein, yang mengecam "pembunuhan yang mengejutkan terhadap puluhan orang, dan ratusan orang yang terluka oleh tembakan Israel"
Afrika Selatan juga memanggil kembali duta besarnya untuk Israel, seraya mengecam "serangan terbaru Israel yang membabi buta dan tidak pandang bulu"
Apakah kekerasan ini terkait dengan pembukaan kedutaan besar baru AS?
Terjadi bentrokan antara polisi Israel dan pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Palestina di luar kedutaan besar baru di Yerusalem. Beberapa pengunjuk rasa telah ditahan.
Hamas mengatakan bahwa unjuk rasa di perbatasan memang akan ditingkatkan pada Senin dan Selasa, tapi tanggapan Presiden Mahmoud Abbas terhadap kepindahan Kedubes AS menunjukkan kemarahan di antara rakyat Palestina.
Ia berkata: "Kami dengar hari ini mereka membuka kedutaan besar. Itu pendudukan, bukan Kedubes. Pendudukan AS di Yerusalem Timur."
Suasana di upacara peresmian jelas sangat kontras dengan suasana di perbatasan Gaza.
Presiden Donald Trump mengirimkan pesan video ke acara tersebut, mengatakan bahwa Israel "berhak untuk menentukan ibu kotanya sendiri".
Putri Trump, Ivanka, menyingkap logo Kedubes, dan suaminya, Jared Kushner, berkata dalam sambutan: "Ketika Presiden Trump membuat janji, ia menepatinya."
PM Netanyahu berkata: "Presiden Trump, dengan mengakui sejarah, Anda telah mencatat sejarah."
Kenapa kepindahan kedutaan besar AS begitu kontroversial?
Status Yerusalem terkait dengan inti konflik Israel-Palestina.
Kedaulatan Israel atas Yerusalem tidak diakui secara internasional dan, menurut perjanjian damai Israel-Palestina 1993, status final Yerusalem seharusnya dibicarakan pada tahap akhir perundingan damai.
Israel telah menduduki Yerusalem Timur sejak perang Timur Tengah pada 1967. Israel telah secara praktis mencaplok wilayah tersebut, tapi hal ini tidak diakui oleh negara manapun sampai deklarasi Presiden Trump pada Desember 2017.
Sejak 1967, Israel telah membangun puluhan permukiman, rumah bagi 200.000 warga Yahudi, di Yerusalem Timur. Permukiman tersebut dianggap ilegal oleh hukum internasional, meski Israel membantahnya.
Berbagai negara pernah membuka kedutaan besar di Yerusalem namun banyak dari mereka pindah setelah Israel mengeluarkan undang-undang yang secara formal menjadikan Yerusalem sebagai ibu kotanya pada 1980.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://news.detik.com/bbc-world/d-4021498/israel-membela-diri-soal-bentrokan-dengan-warga-palestina-di-gaza