MENJADI MANUSIA ABAD 21
Saya berasal dari sebuah negeri yang resminya sudah bebas buta huruf, namun yang dipastikan masyarakatnya sebagian besar belum membaca secara benar—yakni membaca untuk memberi makna dan meningkatkan nilai kehidupannya. Negara kami adalah masyarakat yang membaca hanya untuk mencari alamat, membaca untuk harga-harga, membaca untuk melihat lowongan pekerjaan, membaca untuk menengok hasil pertandingan sepak bola, membaca karena ingin tahu berapa persen discount obral di pusat perbelanjaan, dan akhirnya membaca subtitle opera sabun di televisi untuk mendapatkan sekadar hiburan.
― Seno Gumira Ajidarma, Trilogi Insiden.
Bangsa dan negara ini memiliki semangat sporadis dalam mengejar ketertinggalan berbagai bidang dengan bangsa dan negara di dunia. Baik masyarakat dan pemerintah tengah berusaha mencari sebuah harta karun yang tertimbun di sebuah gurun. Harta karun tersebut dapat ditemukan jika dapat membaca peta dengan tepat. Peta yang kemudian menghubung-hubungkan garis sebuah peradaban yang dapat dijawab dengan kualitas karakter, literasi dasar, dan kompetensi.
Koichiro Matsuura (Direktur Umum UNESCO, 2006), menegaskan kemampuan literasi baca-tulis adalah langkah pertama yang sangat berarti untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Sebab literasi baca-tulis merupakan pintu awal minat baca masyarakat dengan syarat tersedia bahan bacaan berkualitas. Selain itu, baca-tulis merupakan salah satu literasi dasar yang disepakati Forum Ekonomi Dunia 2015. Sedangkan lima literasi dasar lain yang harus menjadi keterampilan abad 21, terdiri dari; literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.
Mengingat perubahan global yang sangat cepat, warga dunia dituntut memiliki kecakapan atau keterampilan berupa literasi dasar, karakter, dan kompetensi. Ketiga keterampilan yang ditegaskan dalam Forum Ekonomi Dunia 2015 tersebut memantik bangsa-bangsa di dunia untuk menyesuaikan dan merumuskan mimpi besar pendidikan abad dua puluh satu. Karakter yang disepakati dalam forum tersebut meliputi; nasionalisme, integritas, mandiri, gotong royong, dan religius. Sedang kompetensi sebuah bangsa yang harus dimiliki, yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.
Baca lengkap pada tautan: https://raamfest.com/menjadi-manusia-abad-21/