Contoh Teks Eksposisi

Eksposisi

Literasi dan Demokrasi

Poin ketiga sumpah Pemuda 1928 menjadi acuan pertanyaan “Benarkah bahasa Indonesia sekarang adalah pemersatu bangsa? Benarkah bahasa Indonesia telah mendorong Indonesia pada praktik demokrasi sejati?”

Mukadimah
Budaya membaca dan menulis masih menjadi persoalan dalam dunia pendidikan Indonesia. Programme for International Student Assessment (PISA) merilis hasil penelitiannya terhadap kemampuan membaca anak Indonesia pada 2018 yang menempatkan Indonesia di posisi 74 dari 79 negara peserta anggota OECD. Penelitian tersebut secara gamblang membuktikan persoalan literasi Indonesia.

Mencari sebab
Sebab-sebab rendahnya tingkat literasi Indonesia bervariasi. Dalam kesempatan ini, penulis menyajikan dua sebab yang paling lumrah dan umum.
Keterpurukan tingkat literasi Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah keterbatasan sarana literasi. Dalam survei yang sama, PISA mendata bahwa pelajar dengan nilai tinggi umumnya berasal dari sekolah yang sama. Pelajar dengan nilai rendah pun umumnya berasal dari sekolah yang sama. Data ini menunjukan adanya pengklasteran kemampuan literasi ditentukan oleh tersedianya sarana literasi.
Jumlah dan kualitas pengajar pun menjadi salah satu sebab mengapa kemampuan literasi Indonesia lemah. Data PISA menunjukan adanya perbedaan dalam jumlah pengajar antara sekolah unggul (advantaged school) dan sekolah tidak unggul (disadvantaged). Sekitar 65% pengajar di sekolah unggul dan 44% di sekolah tidak unggul adalah pengajar tersertifikasi. Gap yang besar ini menjadi indikasi lemahnya kemampuan literasi.

Demokrasi dan Literasi
Timbul pertanyaan mengapa Indonesia perlu menggalakan literasi. Kemampuan berliterasi sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengorganisasi ide, kemampuan menyampaikan ide secara baik dalam bahasa tulis maupun lisan, dan kemampuan berpikir kritis serta logis. Semua nilai tersebut dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara seperti Indonesia yang menjalankan demokrasi.
Dalam Bukuku Kakiku, Daoet Joesoef (2004) menjelaskan kaitan erat antara praktik demokrasi dan praktik membaca. Terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Daoet menulis “demokrasi hanya dapat berkembang apalagi survive di suatu masyarakat yang para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang merasa perlu membaca, bukan sekadar pendengar dan gemar berbicara.”
Praktik demokrasi bukan saja menuntut kesetaraan hak tetapi juga kemajuan dalam berpikir nalar dan kritis. Pemerintahan yang demokratif saja tidak akan membawa suatu negara pada kesejahteraan dan kemakmuran. Pendapat ini mirip dengan Plato (472-347 SM) yang mencap demokrasi sebagai biang petaka yang rentan akan anarkisme dalam The Republic.

Penutup
Meningkatkan kemampuan literasi Indonesia seharusnya tidak dipandang remeh melainkan sebagai salah satu tujuan esensial dalam kehidupan bernegara. Negara demokrasi seperti Indonesia membutuhkan ketajaman berpikir dan bernalar dalam mengatur kehidupan perpolitikannya yang dicapai dalam berliterasi. Dalam rangka mencapai itu semua, dibutuhkan konsistensi tiap lini baik terutama pemerintah dan masyarakat.

Referensi:
Joesoef, Daoed. 2004. Bukuku Kakiku. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Plato. 1970. The Republic. London: Oxford University.

PISA. https://www.oecd.org/pisa/publications/PISA2018_CN_IDN.pdf.
PISA RESULT FOR PISA 2018.6 Desember 2021. 16.20.

Sort:  

This is a one-time notice from SCHOOL OF MINNOWS, a free value added service on steem.
Getting started on steem can be super hard on these social platforms 😪 but luckily there is some communities that help support the little guy 😊, you might like school of minnows, we join forces with lots of other small accounts to help each other grow!
Finally a good curation trail that helps its users achieve rapid growth, its fun on a bun! check it out. https://plu.sh/somland/