Atlit Juara Akhirat Dari Aceh

in #life6 years ago (edited)

Capture.PNGSebuah perhelatan akbar kembali digelar. Tepatnya sebuah ajang lanjutan dari Asian Games yang dihelat beberapa waktu yang lalu. Bedanya, ajang ini merupakan ajang olahraga bagi para penyandang difabel atau mengalami cacat fisik. Ajang ini dinamakan Asian Paragames, dimana konsep dasarnya berasal dari Paralimpiade, hanya saja perhelatan ini diikuti oleh negara-negara yang berada di benua asia saja. Asian Paragames pertama kali digelar di Guangzhou, China pada tahun 2010 silam. Meski baru, ajang ini memiliki gengsi tersendiri bagi negara-negara di Asia.
Tahun ini Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah. Sebagai tuan rumah, tentunya Indonesia menaruh harapan besar kepada para atlit untuk meraih hasil maksimal dan memanfaatkan status tuan rumah agar meraih emas diberbagai cabang, tak terkecuali cabang Judo. Baru-baru ini atlit judo asal Aceh, menjadi sorotan setelah didiskualifikasi akibat menolak melepas hijab saat hendak bertanding. Tak ayal, pihak wasit kemudian mencoret namanya dan melarang ia tampil. Wasit pun memberikan kemenangan Walkover (WO) pada lawan asal Mongolia, Oyun Gantulga.
Peraturan wasit dan International Blind Sport Federation (IBSA) melarang setiap atlet judo yang bertanding pada cabang judo menggunakan hijab. Hal ini dikarenakan terdapat teknik berbahaya bagi pengguna hijab. Meski demikian banyak pihak menduga adanya upaya diskriminatif. Namun, penanggung jawab judo membantah terkait hal tersebut dan menjelaskan bahwa aturan ini sudah berlaku sejak 2012.
Teguh pada prinsip
Persiapan selama 10 bulan di pelatnas mungkin akan sia-sia bagi sebagian orang, apabila gagal meraih hasil maksimal apalagi gagal bertanding. Namun, beda halnya dengan Miftahul Jannah ia bangga karena berhasil melawan diri sendiri dan lebih mementingkan kehormatannya. Meskipun pada saat itu official sempat membujuknya melepas hijab demi bisa bertanding, namun ia bersikeras pada keteguhan prinsipnya. Gadis asal Abdya ini membuktikan bahwa Aceh masih layak disebut Serambi Mekkah, dimana ajaran islam masih mengakar kuat, menjadi cerminan bagi setiap perempuan muslim di tanah air. Miftahul menegaskan bahwa ia lebih memilih menjadi juara akhirat dibanding disanjung di dunia. Sebuah keteguhan hati yang jarang dimiliki saat ini. Meskipun pada dasarnya tidak terdapat upaya diskriminatif, Miftahul tahu bahwa hijab merupakan kewajiban dan itu harus menjadi komitmen dengan melawan keinginannya untuk meraih emas.
Keteguhan hati Miftahul Jannah mengingatkan kita akan kisah Siti Masyitah yang direbus hidup-hidup oleh Firaun karena keteguhan imannya. Kuburan beliau harum semerbak minyak kasturi sebagaimana yang dirawikan tatkala Rasulullah melakukan Isra’ Mi’raj. Begitulah kira-kira gambaran balasan Allah bila hambanya percaya akan kebesaran-Nya.
Sebagaimana firman ALLAH SWT dalam Q.S. Al-Ahzab : 59 “Hai Nabi ! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ’’. Dengan tegas Allah mewajibkan perempuan untuk menutup tubuh mereka dengan hijab. Hal ini supaya mereka terhindar dari dosa dan gangguan orang-orang fasik. Namun nyatanya, saat ini perempuan-perempuan mulai berani menampakkan aurat mereka. Seharusnya, aksi Miftahul Jannah menjadi tamparan keras bagi para perempuan yang berani menampakkan aurat mereka, baik secara langsung maupun pajangan foto-foto di media sosial. Sejatinya foto-foto di media sosial akan dilihat banyak orang dan tersimpan sampai kapan pun meskipun kita telah tiada. Apabila foto-foto tersebut menampakkan aurat, tentu dosa yang didapatkan akan terus mengalir.
Menjadi Inspirasi
Tren hijab di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Banyak dari kalangan wanita mulai tertarik mengenakan hijab, mulai dari kalangan artis, sosialita maupun profesi lainnya dan bahkan wanita biasa sekalipun. Tentunya hal ini sebuah pertanda bagus dan tentunya wanita mulai menyadari mengapa hijab memiliki keistimewaan bagi mereka. Hijab bukan hanya mempercantik wanita melainkan menjaga mereka dari hal-hal buruk yang bisa terjadi dari pandangan mata-mata jahat.
Perkembangan hijab di Indonesia sendiri saat ini mengalami tren positif. Ditandai dengan menjamurnya butik-butik dan melahirkan pengusaha-pengusaha muda melalui desain mereka yang cukup digandrungi remaja maupun wanita dewasa. Selain itu, hijab dan pakaian tertutup lainnya juga memiliki pasar tersendiri dan mulai diperagakan di peragaan busana. Bahkan desain-desain milik desainer Indonesia mulai merambah pasar internasional.
Meski perkembangan hijab yang begitu pesat. Masih banyak wanita-wanita yang tidak memiliki keistiqomahan dalam menjalankan kewajiban berhijab mereka. Berbagai macam alasan yang menyertai mereka; mulai dari rasa gerah, takut kehilangan pekerjaan apalagi yang berprofesi sebagai artis, belum sanggup atau semacamnya. Hal ini sangat disayangkan tentunya, rasa cinta akan dunia yang berlebihan dan rasa kurang percaya akan rezeki yang telah digariskan Allah membuat rela melepas hijab mereka.
Viralnya berita mengenai Miftahul Jannah diajang Asian Paragames tentu melahirkan satu pola pikir baru bagi kalangan wanita yang tidak sanggup istiqomah dalam berhijab. Banyak dari mereka mulai berkaca akan istiqomahnya Miftahul dalam mempertahankan hijabnya, apakah itu dari kalangan biasa maupun hingga kalangan artis sekalipun. Miftahul berhasil menginspisari banyak wanita agar mampu istiqomah dan menjadi teladan wanita Indonesia agar tidak ragu menjalankan kewajiban mereka.

Pelajaran Berharga
Didiskualifikasinya Miftahul Jannah memang menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan. Hal ini tak lepas dari peran Indonesia sebagai tuan rumah. Terlepas dari itu semua, kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. Kita dapat bercermin bagaimana sikap kita saat ini, apakah kita memiliki keteguhan hati dan juga iman yang kuat dalam menghadapi retorika kehidupan ini, apakah kita akan mengedepankan duniawi dibanding ukhrawi. Miftahul mengajarkan kita keteguhan iman tak hanya mencakup bagi wanita saja melainkan juga para pria, bagaimana bersikap dalam mempertahankan sebuah kebenaran.
Di era saat ini dimana prinsip dan keyakinan terhadap agama mulai mengendur, Miftahul telah membuktikan dan membuat bangga masyarakat aceh dengan memperlihatkan karakter orang aceh yang sebenarnya. Semua tahu bahwa Aceh merupakan daerah yang menerapkan syariat Islam dan menjunjung tinggi norma agama. Hal ini tentu menjadi pelajaran bagi kita masyarakat aceh agar senantiasa berpegang teguh pada keyakinan dan percaya pada kebenaran.
Miftahul telah mempertegas bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita saleha yang menjaga diri dari mata-mata yang tidak berhak. Oleh sebab itu, diutusnya Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah mengubah akhlak manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Aku diutus tak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R. Bukhari). Dengan datangnya Rasulullah, perempuan-perempuan terangkat derajat mereka dan mengubah tatanan kehidupan jahiliyah dimana saat itu wanita diperlakukan bagaikan binatang.
Satu hal yang pasti, Miftahul telah benar-benar mengajarkan kita menjaga diri dari kecintaan terhadap dunia, mengajarkan para perempuan untuk senantiasa menjaga diri mereka dari fitnah-fitnah akhir zaman. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Sort:  

Hello, hai @zairbond.. Selamat ngumpul di Steemit! Suka melihat anda kumpul.. diupvote ya.. :) (Sebiji kontribusi kami sebagai witness untuk komunitas Steemit Indonesia.)

hai kembali. terimakasih atas supportnya