Hak seorang bawahan
Alkisah. Beberapa kali perayaan hari ibu yang lalu, saat saya masih bekerja pada sebuah perusahaan swasta. Sehari - hari saya bekerja dibawah tekanan dengan pekerjaan yang begitu banyak, dan tentunya salary yang kurang sesuai seperti apa yang saya harapkan. Masalah yang dirasakan oleh hampir semua "buruh" baik
"kasar" maupun " halus" di negeri gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ini. Hasrat hati ingin berhenti namun perut butuh diisi. Saya tetap bertahan dalam beberapa waktu sembari mencari pekerjaan lain yg lebih sedikit berisi.
Pada suatu pagi, atasan saya meminta mempersiapkan bahan untuk dipresentasikan pada sebuah acara sosialisasi. Segera saya persiapkan powerpoint sesuai dengan arahan dan petunjuk beliau. Kemudian saya meminta salah seorang pekerja untuk mencetak dokumen tersebut dan menggandakannya untuk kemudian saya serahkan kepada atasan saya. Dia memang memiliki jobdesk yang seperti itu.
Lama saya menunggu, dia tidak kembali juga. Atasan saya sudah menanyakan hasil pekerjaan saya untuk dia pelajari. Menit berlalu begitu cepat, si tukang print dan fotocopy belum juga kembali. Saya telpon berkali-kali tidak diangkat. Atasan saya sudah naik darah, nada bicaranya sudah tak enak lagi. Singkatnya, saya terlambat menyerahkan dokumen dan atasan saya memarahi saya tanpa peduli alasan yang saya kemukakan. Imbasnya, saya juga melakukan hal yang lebih parah kepada tukang fotocopy tanpa menberikan dia kesempatan bicara sedikitpun. Huhh.. tinggal ngeprint dan fotocopy aja bisa lama. Keluh saya berkali-kali.
Saya tarik nafas yang begitu dalam, mencoba untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Berpikir pelan - pelan dengan akal yang lebih baik. Kemudian berjalan ke pantry untuk mengambil minuman. Perasaan saya seketika menjadi lebih baik.
Ketika berjumpa dengan tukang print dan fotocopy saya sudah tak marah lagi. Namun, dia seperti masih merasa bersalah. Saya bertanya kenapa tangannya kotor penuh bekas tinta. Ternyata karena memperbaiki printer yang rusak. Printernya macet dan tidak bisa mencetak dokumen ketika saya memintanya mencetak dokumen tadi. Lantas dia coba memperbaiki printernya hingga tangannya belepotan dengan tinta. Kemudian dia berangkat ketempat fotocopy. Banyak antrian karena dikerumuni oleh mahasiswa yg sedang memfotocopi bahan kuliah. Ketika pulang dia harus mengisi bbm kenderaannya, karena mesin motornya mati kehabisan bensin. Panjang dia bercerita membuat saya sangat kecewa pada diri sendiri.
Saya duduk lalu menyadari bahwa setiap bawahan memiliki hak untuk didengar penjelasannya. Bahwa bahawan terkadang sudah mengerahkan segala daya yang dia punya dan mengorbankan dirinya demi memenuhi tanggung jawab kepada atasan. Bahwa terkadang bawahan rela menyelesaikan masalah yang bukan tanggung jawabnya agar dia bisa memberikan pelayanan terbaik kepada atasannya.
Banyak hal negatif yang sebenarnya bisa dihindari jika saja kita sedikit sabar dalam mendengar dan mampu mengontrol emosi dengan baik.
Diupvote yah..
Terima kasih :)