Cot Lamkuweuh
Cerpen : Saiful Bahri
Kubuka kembali catatan duka itu setelah kupendam 2,5 tahun lebih sedikit. Ada yang kutoreh pada lembar 27 Desember 2004 menjelang siang itu, ketika kuarungi lautan puing kehancuran sebuah peradaban, menyisir lautan mayat yang bertebaran, tumpang tindih, tersangkut-sangkut, terhimpit-himpit di antara sampah dan reruntuhan, untuk menujumu Cot Lamkuweuh.
Berat nian perjuanganku masa itu menujumu Cot Lamkuweuh. Usahlah kukabarkan bagaimana carut-marut wajah dan derita Blang Padang, Punge, Blang Oi dan Lambung hari itu. Karena yang ingin kutahu hanya tentangmu Cot Lamkuweuh, maka merayap-rayap kususur jalan raya bergunung puing sampah dan mayat-mayat itu, setelah kemarin kuyup disiram air hitam dan lumpur asin hangat yang dikirim laut.
Cot Lamkuweuh, hampir sore sampaiku di kaki bak geulumpang penanda sisa petamu. Nanar, pilu, haru, ngilu kutatap ujung ke ujung. Kosong, mati, rata, hampir bersih segalanya. Selingkup alam mengeram ditangkup kabut kelabu. Langit terasa rendah sekali. Uap bau asin laut itu menyegat keras sekali. Kerdil sekali aku berdiri di sini, di tengah sempurnanya kehancuranmu Cot Lamkuweuh.
Tak tahu apa yang harus kuperbuat, apa yang harus kupekik, kusesali, kucaci-maki, kubenarkan dan kusalahkan, kuagungkan dan kulecehkan. Aku gamang, aku bodoh, luluh lantak dalam lautan puingmu, ketika langit semakin rendah yang mendadak mengirimkan hujan penyiram bala sore itu.
Masih kuterpaku di kaki bak geulumpang penanda sisa petamu Cot Lamkuweuh. Kucoba mereka-reka sudut-sudut kenangan kemarin dulu, yang kemarin pagi tersentak koyak, lalu tersapu tergulung-gulung, lalu punah! Lalu, sore ini, di bawah renyai hujan tak dingin ini kucoba memaknai punah atas segalamu Cot Lamkuweuh.
Dalam nanar, pilu, haru, ngilu sore itu kutangkap suara-suara kemarin dulu yang kini ngiangnya senyap menjauh. Tak ada. Tak ada lagi gelak tawa, canda ceria, resah gelisah, duka cita, suka cita dan remeh temeh gebalau kehidupan saudara-saudara kecil mudaku, saudara-saudara besar tuaku, saudara dekat dan jauhku, saudara se-Cot Lamkuweuh-ku. Tak ada lagi harum lorong Lampoh Bungong, hamparan Blang Raya, cericit burung dan ceria tupai berkejaran di dahan Lampouh Sukoun, Lampouh Trung, Lampouh Roumpun dan Lampouh Yee. Pupus segala misteri Jeurat Pouk-Pouk, Jeurat Raya dan Meunasah Pie.
Tak ada lagi saksi kenangan masa kecilku di Paya Lhok kala teumaren udang di sela-sela akar bakau yang merangas sepanjang tambak itu. Tak bisa kureka dimana Tumpouk Bineh Paya, arah Meunasah dan lorong ke Lamjabat. Juga tak kulihat lagi rimbun bak mee sepanjang pelataran jalanmu Cot Lamkuweuh. Pupus juga segala wangi bhoi ungkout, haluwa meuseukat dan dodoi, yang bau itu kemarin-kemarin dulu lamat-lamat sering kuraup dari bawah bak geulumpang ini, ketika angin memburainya dari Lambung kampung sebelah.
Di kaki bak geulumpang penanda sisa petamu, luruhlah aku dalam haru memuncak karena remukmu Cot Lamkuweuh!
Hampir pagi di Gue Gajah. Di sisa usia luput dijemput bala, di beranda sempit itu beberapa anak kecil dan perempuan paruh baya terlelap lelah dalam tidur buramnya. Di luar, di sepanjang lorong kampung orang-orang hilir-mudik, melangkah bingung tanpa arah. Ramai sekali. Seperti riuh malam lebaran. Ada geliat lapar, ketika bau garing ikan asin dan harum gelegak kuah Indomie menyeruak dari gardu pos jaga tengah kampung, yang mendadak dijadikan dapur umum sore kemarin.
Di beranda sempit itu, kami masih berbagi kenangan tentang Cot Lamkuweuh dua hari yang lalu, sebelum tersobek-sobek, tergulung-gulung, terbanting-banting, diremas-remas hingga luluh oleh amarah laut. Bersama Ibuku, Lukman, Anen, Johan, Neh, Din, dan beberapa kerabat, anak-anak kecil serta perempuan-perempuan paruh baya yang gelisah lelapnya; dalam semesta pilu, haru, ngilu, kami susuri kembali jejakmu Cot Lamkuweuh.
Banda Aceh, 13 Juli 2007
Catatan :
Cot Lamkuweuh adalah sebuah kampung kecil, ± 300 meter dari pesisir pantai Ulee Lheue - Banda Aceh. Saat tsunami 26 Desember 2004, Cot Lamkuweuh luluh lantak, bersih rata dengan tanah.
Blang Padang : lapangan tempat keramaian, alun-alun di tengah kota Banda Aceh
Bak Geulumpang : Sejenis pohon yang menghasilkan kapas/kapuk. Sering juga disebut Bak Panjo.
Punge, Blang Oi, Lambung : Nama Desa di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh yang turut disapu tsunami
Lampouh Bungong, Blang Raya, Lampouh Sukoun, Lampouh Trung, Lampouh Roumpun, Lampouh Yee, Jeurat Pouk-Pouk, Jeurat Raya, Meunasah Pie, Paya Lhok, dan Tumpouk Bineh Paya adalah nama-nama tempat yang ada dalam wilayah Kampung Cot Lamkuweuh.
Teumaren : suatu cara menangkap udang dengan menggunakan lidi kelapa yang diujung lidi diikat surai putih benang dari kulit pelepah batang pisang. Surai itu dibuat melingkar lalu diikat diujung lidi. Cara menggunakannya adalah memasukkan lingkar bulatan surai itu ke mata udang, lalu diputar sampai mata udang melekat di ujung lidi.
Meunasah : adalah surau/langgar tempat beribadah umat Islam yang ada di kampong-kampung di Aceh.
Lamjabat : nama kampung yang berdekatan dan bersebelahan dengan Kampung Cot Lamkuweuh.
Bak Mee : Pohon Asam Jawa
Bhoi Ungkout, Haluwa Meuseukat, Dodoi : adalah jenis kue-kue tradisional Aceh. Dodoi dalam bahasa Indonesia adalah dodol.
Gue Gajah : Sebuah kampung tua di kaki gunung Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Ketika Tsunami, Gue Gajah berhiruk pikuk menampung ribuan pengungsi, termasuk dari orang-orang Pulo Aceh (sebuah pulau kecil di ujung Sumatra yang bisa dilihat dari ketinggian Glee (gunung ) Pancu).
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://hikayataceh.com/catatan-duka/
It is true the story with this title I have published in
https://hikayataceh.com/catatan-duka/. And that writing is the true story I write. Only on the site the title was replaced by admin into a Grief Note. so my clarification. thanks.
Saleum Bang. Alhamdulillah akhirnya sudah bisa posting. Semoga lancar ya Bang . Selamat bersteemit. Sukses selalu. Saleum Ana untuk keluarga .
Terima kasih willyana @willyana. Semoga semakin lancar, sebagaimana lancarnya silaturrahmi pada malam itu ketika bicara steemit di pelataran dua tiang depan TIM Jakarta.
Sama-sama Bang . Amin.
Congratulations @sisaifulbahri! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
thankyou very much.
bang pul, tulisan ini ada dikomen sama si cheetah, harus di klarifikasi tu bang, kalau itu tulisan asli punya abang bukan plagiat. biar jangan di turunkan level.
caranya?
Sudah saya klarifikasi, ya Ody. Terima kasih sudah diingatkan.
Congratulations @sisaifulbahri! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Salam jumpa lagi Bang @sisaifulbahri. Semoga akan menjadi persahabatan yang indah. Jangan lupa "lubuk kecil banyak buaya"... hahaha....
oya, kopinya kemaren terima kasih ya, dan kenikmatannya membuat dia sudah habis diserbu kawan-kawanku
Jumpa lagi Pak @emongnovaostia. Masih ingat saya tentang "lubuk kecil, buaya banyak" itu. Dan ada lagi ide "Gubuk Lapuk, Buaya Mabuk"....hehehe. Semoga silaturrahmi kita terus berlanjut. Merdeka!
Congratulations @sisaifulbahri! You have received a personal award!
1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.
Congratulations @sisaifulbahri! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!