Yuk Kenali "AMBISI"
Salam Ramadhan semuanya....
Sahabat....pergerakan warna realitas semakin hari semakin beragam dan kompleks.
Ilustrasi: pixabay.com
Warna warni dan carut marut realitas menjadi ladang yang tak pernah habis diuraikan kembali sebagai bahan bacaan publik oleh para penulis produktif, termasuk penulis musiman dan pemula dengan gaya menulis dan sudut analisis masing-masing.
Terkait realitas, kali ini saya bercerita sekilas menurut ranah afeksi dan konasi yang dilakonin manusia yang terwujud dan tersirat dalam realitas nyata, kemudian dituangkan dalam perilaku nyata dikenal publik dengan istilah ambisi.
Ambisi berorientasi pada ranah emosi yang merupakan penguat ego dalam analisis Freud. Ambisi boleh dikatakan pemicunya urat semangat manusia dalam upaya mempresentasi diri di realitasnya.
Karena itu, untuk memahami ambisi perlu diketahui pergerakan dan ambisi berproses dalam diri manusia secara empirik, baik positif maupun negatif.
Ambisi positif biasanya disalurkan melalui cara dan strategi yang sehat untuk menggapai tujuan diinginkannya, seperti kerja keras, belajar yang tekun, dan cara-cara positif lainnya dalam kehidupannya.
Di sisi lain, ambisi juga berproses secara negatif dalam diri manusia. Ambisi negatif lazim disalurkan orang sesuai kemauan waktu melalui cara dan taktik yang tidak sehat.
Ambil contoh, seseorang belajar sampai pagi karena akan menghadapi ujian esok, atau bermuka manis dan rela memberikan bantuan karena suatu tujuan yang ingin diwujudkan; akan maju dalam pilkada atau pemilu sebagai anggota dewan, kesiapan bekerja serius demi mencitrakan diri sebagai individu yang bersih atau mempuni, dsb.
Ilustrasi:cyberdakwah.com
Nah, bila pergerakan ambisi model pertama, sungguh tidak bisa diketahui orang karena berproses sesuai bisikan ego dan mempertimbangkan saran super ego sehingga ambisi dalam diri seseorang sukar ditebak orang lain karena tak tampak secara dhahir dan tidak muncul secara sporadis, baik dalam sikap dan perilaku manusia. Itulah yang disebut cita-cita.
Sementara model ambisi kedua, terjadi karena semata-mata penyaluran kehendak id dan ego hingga sipemilik ambisi ini sangat mudah ditebak orang lain, penampilan arah sikap dan perilaku langsung terbaca orang lain.
Cara-cara yang dilalui ambisi negatif seringkali mengabaikan logika, etika dan estetika. Ambisi negatif berusaha menyiasati kesempatan sebagai kondisi penting, misalnya seseorang merasa "berkewajiban" memperbaiki realitas karena dipahami sebagai keadaan gamang hingga mengabaikan aturan baku yang berlaku dalam realitas.
Karena itu, tuntutan id dan ego yang saling memaksa manusia untuk meloloskan kemauan ambisi negatif ini acap kali orang tak perduli dengan waktu, tenaga atau bahkan hartanya rela dikorbankan untuk sebuah ambisinya.
Ilustrasi: vebma.com
Mengapa orang rela dengan semua itu, karena ada harapan bahwa apa yang sudah dilakukan akan dapat diambil kembali nantinya. Jadi, keadaan emosi yang antusias ini dinamakan dengan istilah ambisius...
Demikian sekilas kondisi empirik ambisi manusia ketika keinginan butuh penyaluran di realitas ini.
Semoga bermanfaat......!