Majelis Seniman Aceh (MaSA) dan Seni yang Murni (Bolehkah Seniman Berpolitik?)
Ada yang mempertanyakan, ketika melihat ada di antara orang yang telah dinyatakan sebagai pengurus atau tokoh di Majelis Seniman Aceh (MaSA), terlibat dengan partai politik atau politik praktis.
Pertanyaan itu untuk sekedar tahu atau dengan dugaan seakan-akan seni itu suci dan terpisah dari politik yang dianggap kotor seolah cela. Mungkin ada orang yang berpendapat begitu.
Namun, kami meyakini, sesungguhnya, seni dan politik itu sesuatu yang netral, tentang apakah ia akan baik ataukah ia akan buruk itu tergantung pada senimannya atau pada politisinya.
Di dalam kepengurusan dan perjalanan MaSA, siapapun yang terhubung dengan dunia seni, boleh melibatkan diri, termasuk para politisi yang juga seniman dari partai mana saja. Namun, ada aturan keras di sini, yang kita sepakati secara tulus.
Bahwasanya di dalam rapat atau kegiatan MaSA, kita tidak akan bicara tentang politik. Tidak sama sekali. Jika ada yang bicara politik dalam rapat dan kegiatan MaSA, akan kita tendang pantatnya (Haha).
Kita mengharapkan, kepada seluruh handai taulan seniman, untuk segera bergabung ke dalam MaSA, supaya data seniman di Aceh kita punya, supaya kita terorganisir.
Blang meuateung, ureung meupeutua.
Banda Aceh, 20, Feburary, 2018.
Thayeb Loh Angen (@peradabandunia) , satu dari beberapa orang inisiator, juru komunikasi organisasi di MaSA.
Hanya aku sedih kalau politikus, memakai sastra untuk jalannya menuju kekuasaan.