Painting Master Reyes (Bilingual)
In the town of Seloka, everyone looks happy. If anyone is sad, it may just be a girl who is walking lethargic on the edge of the highway in the middle of town, near where Mr. Reyes and his friends who work as street painters.
as usual, in July, the days in town were always sunny with lots of pedestrians passing by, plus flowers blooming by the wayside. And the birds that fly in the sky.
the girl was wearing a bright white shirt and a brown hat that covered her straight black hair glistening. Occasionally there are also pedestrians who are fascinated by the beauty of women. She is a typical cosmopolitan teenage girl in general.
He sits in an unusual way. in a very graceful way, even the graceful word alone does not adequately describe its elegant gracefulness.
"Do it fast!" The girl asked Reyes. although 41 years old, the ability of Mr. Reyes in painting is still very qualified and like a professional artist who has eaten acid salt life. It's just that he is still alone, and still trying to find a woman he deserves to love. it may be said that he has a principle that is held seriously, as an artist who has a strong idealism.
"Good. You're as beautiful as ever, "Mr. Reyes said with the intention of entertaining his customers.
Oh, my God. What kind of art is so torturous? on every scratch of his canvas, every pull of Mr. Reyes's hand when he painted the girl as there was a boost from another power that transcends herself.
Beyond his subconscious. This is the second time. even with the nervousness of the game, because the wonderful masterpiece of God in front of him is not something that can be described with playfulness-like painting others-whose numbers may be incalculable.
This is a work that has been passed down for 3 generations. yes, besides also because of fate, he can what else if his artistic soul passed down by his parents already mendarahdaging like that? The answer is all out of love.
Yes, yes very love painting. Especially when he painted the people he loves. That girl, whatever her name is. Mr. Reyes is like being in the seventh heaven, of course.
The first time he painted the girl was during the New Year on days when people were happy with family, friends and spouses. yes, at that moment, the girl brought her spouse-who seemed to be a know-it-all and had a bad way of talking. From that point on Mr Reyes liked the girl, as his art object, as ah, it was so hard to explain.
The second time he painted the girl was when, ... right now. the girl staring blankly, sadly, as if she had just lost her favorite shoe that she kept and guarded carefully.
"Why do you look so sad?" Asked Mr. Reyes breaking the silence.
"Birthday." The girl replied briefly. like wanting to hide the sadness that looked so sad.
"What's wrong with your birthday? Is it today or tomorrow? "Asked Mr. Reyes again.
"Today."
Poor fairish girl. Why birthday is so important in this mortal life. as age increases, age decreases, you should celebrate in a way that eats good food or walks to a beautiful place. but, ah, a young girl must have a sentimental side and a feeling that men like Mr. Reyes can not understand, in whose minds there is only "art" that is of no use in this civilization of mankind or not.
"This is his painting ready. Just accept it, do not pay. this is a birthday present for you. But as a fee, can I know what your name is? "
Di kota Seloka, semua orang tampak bahagia. Kalau pun yang ada yang sedih, itu mungkin hanya seorang gadis yang sedang berjalan lesu di pinggir jalan raya di tengah kota, di dekat tempat tuan Reyes dan teman-temannya yang bekerja sebagai pelukis jalanan.
Seperti biasanya, pada bulan juli, hari-hari di kota itu selalu cerah dengan banyak pejalan kaki yang berlalu-lalang, ditambah bunga-bunga yang mekar di pinggir jalan. Dan burung-burung yang beterbangan di langit.
Gadis itu menggunakan baju berwarna putih cerah dan topi berwarna coklat yang menutupi rambutnya yang hitam lurus berkilau. Sesekali ada juga pejalan kaki yang terpesona akan kecantikan perempuan tersebut. Ia tipikal gadis remaja kosmopolitan pada umumnya.
Ia duduk dengan cara yang tak biasa. Dengan cara yang sangat anggun, bahkan kata anggun saja tidak cukup menggambarkan keanggunanannya yang sudah luar biasa anggun.
“Kerjakan dengan cepat!” pinta gadis itu kepada tuan Reyes. Meski sudah berumur 41 tahun, kemampuan tuan Reyes dalam melukis masih sangat mumpuni dan laiknya seperti seniman profesional yang sudah makan asam garam kehidupan. Hanya saja ia masih sendiri, dan tetap berusaha mencari perempuan yang layak ia cintai. Boleh dikatakan ia punya prinsip yang dipegang dengan sungguh-sungguh, sebagai seniman yang mempunyai idealisme yang kuat.
“Baik. Kau cantik seperti biasanya,” puji tuan Reyes dengan maksud untuk menghibur pelanggannya.
Ya Tuhan. Seni macam apa ini yang begitu menyiksa? Pada setiap goresan kanvasnya, setiap tarikan tangan tuan Reyes ketika melukis gadis itu seperti ada dorongan dari kekuatan lain yang melampaui dirinya sendiri.f
Melampaui alam bawah sadarnya. Ini untuk kedua kalinya. Meski pun dengan keadaan gugup bukan main, karena mahakarya Tuhan yang sangat indah yang ada di depannya bukan hal-hal yang bisa dilukiskan dengan main-main--seperti melukis orang lain—yang jumlahnya mungkin sudah tak terhitung.
Ini adalah pekerjaan yang sudah diturun temurunkan selama 3 generasi. Ya, selain juga karena takdir, ia bisa apa lagi kalau jiwa seninya yang diturunkan oleh orangtuanya sudah mendarahdaging seperti itu? Jawabannya semua karena cinta.
Ya, iya sangat cinta melukis. Apalagi ketika ia melukis orang yang ia cinta. Gadis itu, entah siapa namanya. Tuan Reyes seperti berada di surga ke tujuh, tentu saja.
Pertama kali ia melukis gadis itu adalah ketika tahun baru pada hari-hari dimana orang-orang berbahagia dengan keluarga, teman dan pasangannya. Ya, pada saat itu, gadis itu membawa pasangannya—yang kelihatannya terlihat sok tahu dan punya gaya bicara yang buruk. Sejak saat itulah tuan Reyes menyukai gadis itu, sebagai objek seninya, sebagai ah, ini begitu sulit dijelaskan.
Kedua kali ia melukis gadis itu adalah ketika, ... sekarang ini. Gadis itu dengan tatapan yang kosong, sedih, seperti baru saja kehilangan sepatu kesayangannya yang ia simpan dan jaga dengan baik-baik.
“Kenapa kamu tampak begitu sedih?” tanya tuan Reyes memecah keheningan.
“Ulangtahun.” Jawab gadis itu singkat. Seperti ingin menyembunyikan kesedihannya yang sudah tampak sangat menyedihkan itu.
“Ada apa dengan ulangtahunmu? Apakah hari ini atau besok?” tanya tuan Reyes lagi.
“Hari ini.”
Gadis cantik yang malang. Kenapa ulangtahun jadi begitu penting di kehidupan yang fana ini. Ketika usia bertambah, umur berkurang, sebaiknya rayakan saja dengan cara yang makan makanan enak atau jalan-jalan ke tempat yang indah. Tetapi, ah, gadis muda pastilah punya sisi sentimentil dan rasa yang tak bisa dipahami oleh laki-laki seperti tuan Reyes, yang di pikiran-pikirannya hanya ada “seni” yang entah ada gunanya di dalam peradaban umat manusia ini atau tidak.
“Ini Lukisannya sudah siap. Terima saja, tidak usah bayar. Ini kado ulangtahun untukmu. Tapi sebagai bayarannya, bolehkah aku tahu siapa namamu?”