Riwayat hidup sahabat

in #life7 years ago

Selamat malam kawan
Saya @andrysteem
Sedang membaca kitab

image

Abu Ali Ad-Daqaq berkata: "Suatu ketika aku datang mengunjungi salah seorang saleh yang sedang sakit Dia temasuk salah seorangmayayikh besar. Saat itu, ia dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis. Dia seorang syekh yang telah lanjut usia. Dalam kondinya yang kritis itu aku bertanya: "Wahai tuan, mengapa Anda menangis?Apakah ada urusan mengenai persoalan dunia? Dia menjawab "Bukan itu penyebabnya, tetapi karena shalatku yang terbengkelai. Aku kembali bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi, padahal Anda adalah orang yang rajin menjalankan shalat?" Dia menjawab: "Tidakkah Anda melihat kondisiku saat ini aku terbaring tidak dalam keadaan bersujud, aku tak dapat mengangkat aut kepala dan kesadaranku tak terkonsentrasi mengingat Tuhanku, aku ya tengah dalam kelalaian. Sementara saatini adalah detik-detikkekritisanku uk yang akan mengantarkan aku dalam kematian dalam keadaan lengah Selanjutnya ia mendesah dan bersyair: Aku merenungkan kondisiku, saat dihalau di hari kiamat saat dibaringkannya pipiku di alam kubur seorang diri, yang sebelumnya mulia dan berderajat tinggi dosa-dosaku tergadaikan, sedangkan aku berbantal tanah liat. Aku merenungkan tentang panjang dan luasnya hisab tentang kehinaan kedudukanka, saat menerima kirab catatan amalku Tetapi harapanku kepada-Mu ya Tuhan yang mencipta Hendaklah kiranya Engkau mengampuni dosa-dosaku, ya llahi. Di dalam kitab Uyunul Akhbar disebutkan bahwa Syaqiq Al Bulkhi berkata: "Manusia mengucapkan tiga hal, tetapi mereka benar-benar mengingkari apa yang diucapkannya itu dalam perbuatanya." Mereka berkata: "Kami adalah hamba-hamba Allah." Tetapi perbuatan mereka seperti perbutan orang-orang yang merdeka. Yang demikian ini, adalah pengingkaran atas ucapannya. Mereka berkata: "Allah yang menanggung semua rizki kami." Tetapi hati mereka tidak tenang dan tidak merasa puas kecuali dengan dunia dan mengumpulkan harta kekayaan. Ini adalah sebuah pengingkaran atas ucapannya. Yang terakhir, mereka mengatakan: "Kematian adalah sebuah kepastian." Tetapi perbuatan mereka seolah-olah tidak akan mati. Ini juga sebuah pengingkaran atas ucapan mereka.

Abu Ali Ad-Daqaq said: "One time I came to visit one of the saintly saints. He included one of the great mayaheikhs, who was surrounded by his disciples and wept, an elderly sheikh, in his critical condition I asked: "Oh sir, why are you crying? Is there any business concerning the world? He replied "That's not the reason, but because of my broken prayer, I asked again:" How can that happen, when you are a man who prayerfully? "He replied:" Do not you see my current condition lying not in prostration , I can not lift my head and my consciousness is not concentrated remembering my Lord, I am in negligence. While this is the moment of my icy criticism that will lead me to death in a state of neglect Then he sighs and poetry: I contemplate my condition, when driven on the Day of Judgment when laid my cheek in the grave alone, formerly noble and high-level my mortal sins , while I cuddled the clay. I reflect on the length and extent of the reckoning of the humiliation of my position, upon receiving the record of my amalgam But my hope in You is the Creator of God Let You forgive my sins, yes divine. In the book Uyunul Akhbar mentioned that Syaqiq Al Bulkhi said: "Man speaks three things, but they really deny what he said in his deeds." They said: "We are the servants of God." But their deeds are like the bondage of free men. This, however, is a denial of his speech. They say: "God is responsible for all our rizki." But their hearts are not calm and not satisfied except with the world and collecting wealth. This is a denial of his speech. Finally, they say: "Death is a certainty." But their deeds are not going to die. This is also a denial of their speech.