Biaya Pembelajaran dan Strategi Alih Pengetahuan

in #krsuccesslast month





Tips Pertanian : Biaya Pembelajaran dan Strategi Alih Pengetahuan

saya sedang belajar menanam bawang merah di Karawang. Ujicobanya dilakukan di kotak lahan (raised-bed), bedengan sawah dan di dalam greenhouse. Pembelajarannya didapatkan dari baca buku, lihat Youtube, tanya kesana-kemari dan study banding ke Brebes.

Saat study banding, keluarga di Brebes menyarankan untuk mengambil tenaga terampil dari sana :

"Begini saja. Kalau nanti mau mulai tanam serius, ambil tenaga dari Brebes sini. Nanti dia yang kerjakan mulai dari penyiapan lahan, pembuatan bedengan, penanaman, perawatan, pemupukan, antisipasi hama hingga panen. Nanti saya bisa belajar langsung. Setelah paham dan berhasil, baru dikelola sendiri..."

Mendengar hal itu, awalnya saya agak denial. Cenderung menolak saran tersebut karena terpikir soal biaya tenaga kerja dan mengapa tidak dilakukan sendiri saja. Sampaikan kemudian teringat pengalaman pribadi di Excellent (PT Excellent Infotama Kreasindo), perusahaan IT yang dibangun dan dikembangkan selama ini.

Di Excellent, beberapa staff yang direkrut merupakan lulusan SMK. Mereka punya potensi dan punya niatan belajar. Saat pertama kali bergabung, mereka tentu masih perlu pengalaman dan peningkatan pengetahuan. Strategi yang dilakukan adalah menjadikan mereka sebagai asisten.

Saat saya mengajar training IT misalnya, mereka menjadi asisten dan operator laptop. Jadi saya menjelaskan sesuatu, mereka yang akan melakukan simulasinya. Saat staff baru ini pertama kali menjadi asisten, hitungannya 100% pengajaran saya lakukan dan mereka 0%. Namun setelah beberapa waktu, mereka sudah belajar dan paham beberapa materi, sehingga mereka diberikan kepercayaan untuk mengisi materi yang relatif mudah.

Polanya menjadi 10% mereka dan 90% saya. Seiring waktu, porsi mereka bertambah dan porsi saya berkurang. Setelah beberapa lama, posisinya jadi terbalik. Mereka menjadi instruktur, saya yang menjadi asisten dan operator. Pola ini dilakukan secara bertahap sampai akhirnya saya bisa melepas mereka dan posisi asisten akan dilakukan oleh staff junior lainnya.

Ini kan pola yang sama dengan yang disarankan oleh keluarga di Brebes. Petani berpengalaman di Brebes diajak ke Karawang, diminta mengerjakan menyiapkan sambil alih pengetahuan mengenai budidaya bawang merah. Sewaktu awal, mungkin si petani 100% mengerjakannya, namun seiring waktu, porsi itu berkurang. Setelah 1 bulan, mungkin 50% pekerjaan dilakukan oleh saya, sampai kemudian bisa mandiri.

Cara ini memang butuh biaya, namun bukan biaya yang terbuang percuma. Ini namanya biaya pembelajaran. Jadi investasi pengetahuan dan alih pemahaman lebih cepat. Jika hasil panen bisa profit dan bisa menutup biaya yang dikeluarkan, ya mengapa tidak. Kan pada akhirnya kembali pada hitung-hitungan usaha.

Ide ini menarik dan insya Allah akan dijalankan di saya. Mungkin saya akan menulis lebih banyak soal proses dan pengalaman ini.



Posted through the ECblog app (https://blog.etain.club)