Never Say "I did" When You Come to Indonesia, Why?

Image Source

Currently in Indonesia you are prohibited to say: "I did". Because in Indonesia is buzzing about the issue of PKI (Partai Komunis Indonesia), a political party that is prohibited in this country. The people and Government of Indonesia are experiencing a very acute PKI phobia.

Although it has been frozen for alleged treason, the issue of the PKI will again rise-in is the warmly discussed in Indonesia rightnow.

Even recently, we as citizens of Indonesia are appealed by the TNI Commander (Indonesian national army), to return to watch the 30S / PKI crushing film, a debatable film about the truth of its contents.

The commander is worried that this nation will again be infiltrated by communist ideology (PKI). By watching the film, the people of Indonesia will recall the history, he said.

Then what happen with the words: "I did"?

Oh yes, I forgot to tell you about who was the PKI's leader. PKI used to be, in the reign of President Soekarno (New Order) is a legitimate and large political party.

The party is led by D.N. Aidit (in the Indonesian spelling "Aidit" read "I did"), who was later accused of masterminding a coup against Soekarno's government by a senior TNI officer named Soeharto at the time.

Aidit, et al was accused of being the mastermind of the kidnapping of TNI generals, on 30 September 1956, which was further confirmed as the Hero of the Indonesian Revolution. The movement led by Aidit was later known as the Istilalah of the September 30 Movement (G30S / PKI).

After that incident, then Aidit, et al then hunted for trial. He was later arrested and sentenced to death.

Therefore, Aidit and his political movements and his ideology are hated in this country, so to name justice is forbidden.

For that, if you visit Indonesia and just happen to speak English, as much as possible avoid saying the words "I did" (Aidit), will be many who misunderstand.

===================================================

Saat ini, di Indonesia anda dilarang mengucapkan kata: “I did”.  Hal tersebut karena, di indonesia sedang riuh tentang isu PKI (Partai Komunis Indonesia), sebuah partai politik yang terlarang di negeri ini. Masyarakat dan Pemerintah Indonesia sedang mengalami phobia PKI yang sangat akut.

Meskipun telah lama dibekukan karna dituduh makar, akan tetapi isu PKI akan kembali bangkit belakangan ini kembali hangat diperbincangkan di Indonesia.

Bahkan baru-baru ini, kami sebagai warga negara indonesia dihimbau oleh PangliTentara Nasional Indonesiama TNI (), untuk kembali menonton film penumpasan 30S/PKI, sebuah film yang penuh perdebatan akan kebenaran isinya.

Sang panglima khawatir bahwa bangsa ini akan kembali disusupi oleh faham komunis (PKI). Dengan menonton film tersebut, rakyat indonesia akan kembali mengingat sejarah, katanya.

Lalu apa kaitannya dengan kata-kata: "I did"?

Oh iya, tadi saya lupa menceritakan kepada anda tentang siapa itu pimpinan PKI. PKI dulunya, di masa pemerintahan Presiden Soekarno (Orde Baru)  adalah sebuah partai politik yang sah dan besar.

Partai tersebut dipimpin oleh D.N. Aidit (dalam ejaan bahasa indonesia "Aidit" dibaca "I did"), yang kemudian dituding mengotaki kudeta terhadap pemerintahan Soekarno oleh perwira tinggi TNI bernama Soeharto saat itu.

Aidit, dkk dituduh sebagai dalang penculikan terhadap para jenderal TNI, pada tanggal 30 September 1956, yang selanjutnya dikukuhkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia. Gerakan yang dipimpin Aidit itu kemudian dikenal dengan istilalah Gerakan 30 September (G30S/PKI).

Setelah kejadian itu, maka Aidit, dkk kemudian diburu untuk diadili. Ia kemudian berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Oleh karenanya, Aidit dan gerakan politiknya serta faham yang dianutnya sangat dibenci di negeri ini, sehingga untuk sekedar untuk menyebut namanya pun terlarang. 

Untuk itu, jika anda berkunjung ke indonesia dan kebetulan hanya bisa berbahasa inggris, sebisa mungkin hindarilah mengucapkan kata-kata "I did" (Aidit), nanti akan banyak yang salah paham.