Tinggal di Jerman: Yay or Nay?

in #jerman7 years ago

PC280121.JPG

Setiap kumpul sama orang Indonesia yang tinggal di sini, setelah ngobrol ngalor ngidul, biasanya jadi topik ini, yang paling penting. Antara dua aja: bertahan untuk tinggal di Jerman atau pulang ke tanah air?

Yang mau bertahan di Jerman motifnya gak jauh-jauh dari ekonomi, kemudahan akses hidup dan pendidikan, dan lain-lain. Sebenarnya faktor utamanya sih, sebab untuk hidup di Jerman ini gak sesusah hidup di Indonesia. Di sini asal punya ilmu dan keahlian, ditambah cakap berbahasa Jerman, insya Allah hidup terjamin. Jerman cukup welcome terhadap tenaga kerja asing. Beda dengan negara Eropa lain, seperti Prancis yang sangat berhati-hati terhadap 'invasi' tenaga kerja asing. Di Jerman, asal punya kemampuan, pekerja asing selalu punya tempat.

Di Indonesia? Hmm... you know lah. Gak cukup keahlian dalam segi keilmuan. 

 Butuh banyak keahlian khusus untuk hidup di Indonesia, mau berbakat dan sepintar apapun. 

Wajar kalau para ilmuwan di Indonesia yang kurang keahlian khusus ini pada kabur dan mengabdi di luar negeri. Di luar negeri gak usah neko-neko bisa makmur. Di Indonesia? Nanti dulu!

Kemudahan hidup di sini gak usah saya jelasin lagi ya. Nunggu bus yang datang lebih 5 menit dari jadwal itu bencana, kalau di Indonesia itu keajaiban. Macet ada juga sih, tapi ya so so lah, gak akan sampai separah Jakarta. Semua lumayan tertib dan rapi, walau Sabtu malam mereka mabuk-mabukan dan hamburin pecahan botol bir, serta bau pesing dimana-mana. Namun polisi sigap dan keamanan terjamin. 

Kerja keras di sini dibayar pantas, beda dengan di Indonesia yang harus banting tulang dan bisa jadi guru, dokter, atau tenaga profesional dibayar lebih rendah dari buruh pabrik atau supir. Di Jerman, pekerjaan profesional dihargai layak, dibandingkan pekerjaan buruh. Sangat adil, kan?

Makanya kalau ketemu orang Indonesia yang telah lama tinggal di sini,mereka suka menyemangati saya untuk memperbaiki bahasa Jerman dan tinggal di sini for good. Kalau perlu lanjutin spesialis, lalu jadi kaya dan pulang ke Indonesia untuk liburan aja.

Saya hanya tersenyum.

Mungkin Indonesia memang  tidak belum sebaik di sini. Namun saya tidak pernah membayangkan tinggal di tempat lain selain Indonesia. Bahkan walau ketika pulang pun, saya belum pekerjaan tetap yang menanti saya di sana. Makanya pemikiran saya sekarang coba disetel untuk bekerja mandiri dulu sepulang di Indonesia, dan bukan berharap tawaran pekerjaan atau kesempatan datang dengan sendirinya.

Alasan untuk pulang ke Indonesia?

Sebab saya cinta, sebab keluarga saya di sana. Sebab saya bisa jadi diri saya sendiri, tidak untuk memasang wajah beku setiap hari. Sebab saya bisa banyak tertawa di bawah cahaya matahari, sebab waktu terasa mengalir, bahkan menetes. Tidak seperti di sini, yang waktu selalu membanjir karena kesibukan dan stress.

Bisa ada seribu alasan untuk bertahan di Jerman. Namun bagi saya, pulang selalu menjadi Yay!

Kalau kalian, ada yang berminat untuk tinggal di Jerman?

~Heidelberg, ketika pembicaraan dengan sesama orang Indonesia selalu menjadi diskusi antara pulang atau tinggal