Future...
“Dek, nitip kirimkan ini ke JNE ya, kalau keluar” kataku dengan senyum manis, dari balik meja kerja sembari menyodorkan bungkusan lumayan berat.
“Oke kak, buat siapa nih?” tanyanya sambil mengintip penerima yang aku cantumkan besar-besar di luar bungkusan yang barusan ku sodorkan.
“Ah, cowok, ya. Siapanya, Kak?” kerling Ayu curiga.
“Temen, Dek, udah sana kirim aja deh, makasih, muwwah” jawabku cepat sembari kembali duduk, menyembunyikan mukaku dari tatapan selidiknya.
“Hahaha, baiklah Kak, okay!, btw, ini pengirimnya siapa? Kok gak dikasih nama pengirimnya? JNE harus pake nama pengirim lho, Kak, kalau nggak ada gak mau biasanya”
“Bilang aja Binatang Jalang, kalau nggak ya, Wanita Jalang”
“Hiii, jangan pake jalang-jalang gitu kek, Kak...”
“Kenapa Dek?”
“Terkesan liar, Kak Yuli kalem gini, masa jalang”
“Halah, kamu ini Dek, yang tampak dari luar kan kalem dek, belum tentu didalemnya begitu. Bisa saja sebaliknya, atau yang lebih mengerikan lagi” kataku cuek.
“Pokoknya enggak mau, coba pake kata lain yang jangan binatang atau wanita jalang. Kok aku berasanya ngeri ya”
“Lha, lha... ngeri piye tah?”
“Terkesan kayak cewek liar” katanya sambil menongolkan wajahnya didepan wajahku, menatapku lekat.
“Sebentar, aku tanya, cewek liar itu yang kayak gimana ta, Dek?”
“Ya kayak yang punya pergaulan bebas gitu” jawabnya setelah berpikir beberapa saat.
“Lha, malah bagus kan, bergaulnya bebas, bisa sama siapa aja, tanpa sekat-sekat yang bernama status sosial, atau apalah itu namanya”
“Bukan ituuuu, Kak”
“Katanya bebas, Dek. Kamu itu bagaimana”
“Yasudahlah. Aku ke JNE saja. Pusing aku ngomong sama kamu, Kak”
“Gusti Allah, lha aku harus gimana ta, Dek? Ya sudahlah sana. Jangan lupa ya, sebutkan wanita jalang, sebagai nama pengirimnya”
“Ya ya yaaa.....” katanya sambil lalu.
Sementara aku tersenyum kecil.
“Ini resinya yang kemaren ya, Kak” tangan lembutnya menyodorkan kertas putih bukti pengiriman dari JNE.
“Makasih ya Deek, kamu baik dehh”
“Halah, biasa saja lho, Kak.”
“Hahaha”
Tak berselang lama, mataku mendelik, mengerjap beberapa kali sesaat setelah melihat tulisan yang nyempil tidak wajar di resi pengiriman tadi.
“Deeeek Ayuuuuuu, kesini kau! Ini apa-apaan ini??!”
Dari seberang ruangan, Ayu terlihat menangkupkan kedua tangannya sambil tersenyum lebar.
sementaraaku, memastikan kembali apa yang barusan ku baca, mataku tertuju pada tulisan setelah kata “Pengirim” yang tertulis:
FUTURE WIFE
Gusti Allah, aku tidak akan mendahului takdirMu, cuma kalau ini memang terjadi ya Alhamdulillah. Tapi, mengirim buku ke seorang lelaki yang belum tentu akan menjadi suami dengan membubuhkan tulisan “future wife” apa tidak menimbulkan persepsi yang tidak-tidak? Oh Tuhan, wanita macam apa aku dimatanya, atau dimata orang yang menerima paketnya disana, nanti?
Baru saja berniat untuk meminta Ayu bertanggungjawab dengan mengantarkanku ke JNE, tapi sejauh mataku memandang keseluruh ruangan ini, sosoknya telah lenyap entah kemana. Mungkin Ia menghindar dari tatapan menyebalkanku. Huahhh. Sialan anak itu.
“Wah, barangnya udah mulai jalan kemaren sore, Mbak. Udah nggak bisa diganti nama pengirimnya, hehe”
“Ah, ya sudahlah, makasih ya mas”
Tanpa berpikir panjang, tadi, langkahku langsung kutujukan JNE yang berada di lantai bawah, kupercepat langkahku, ku pikir dengan langkah yang cepat, aku masih punya kesempatan untuk mengganti nama pengirimya. Namun, sudahlah. Sudah terjadi. Mau bagaimana lagi. Sedikit kesal memang, tapi geli juga sebenarnya. Oh, Gusti Allah.
“KakYul, jangan langung pulang ya. Main dulu mau gak?”
“Kemana? Mau ngapain? Aku masih kesel sama kamu ini lho, Deeeek”
“Iya... maaf deh maaf, hehe. Aku traktir Gelato yang deket stasiun Gambir itu ya?”
“Tumben nih, ada apa?” tanyaku curiga
“Sebagai permintaan maafku” katanya dengan mimik serius
“Hahaha, nggak usah lho Dek. Aku nggak marah beneran, Cuma sedikit kesel aja”
“Tau kok, lagian aku bilang maaf juga pura-pura tadi, hahaha”
“Oh Tuhan, mengapa kau kirimkan makhluk semacam ini padakuuuu”
“Hahhaa, ayok lho Kak, bentaran doang, aku pengin curhat”
“Yasudahlah, ayok” kataku sambil melirikinya, heran.
“Sebenarnya, definisi jalang menurut Kak Yuli sendiri itu, apa?”
“Loh, katanya mau curhat, kok malah bahas jalang, Dek”
“Tinggal jawab dulu ih, ini kan buat membuka percakapan, basa-basi dulu lho, Kaaak”
“Oh, iya iyaaa, sebentar...
...kalau kataku, jalang itu ya liar. Cuma liar dalam hal apa dulu. Pikiran kita disebut jalang, juga bisa Dek, tidak selalu jalang di sebutkan untuk tindakan atau sesuatu yang nyata dan kelihatan. Kalau menurut KBBI Daring, barusan aku cari,
ja.lang:
- Tidak dipelihara orang (tentang binatang); liar: di daerah itu masih terdapat kerbau --
- Nakal (tentang perbuatan yang melanggar susila): perempuan – pelacur
jadi, sekarang ganti aku yang tanya deh, kenapa tiba-tiba nanyain itu?”
“Hehehehh. Aku lho, Kak: wanita jalang” katanya sambil tertawa sumbang
“Hahaha, ya wajar, aku juga begitu, semua bisa menyebut dirinya jalang, tapi, kenapa kamu ini dek?” aku melihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Iya, kemaren waktu jalan ke JNE, aku serasa pengin nangis, semalam juga kepikiran , hehe” tangannya mulai menyeka pelupuk mata kanannya
“Kenapa emang, Dek?”
“Aku ini, selama 2 tahun disini, tinggal satu atap, satu kamar sama pacarku, Kak” matanya menusuk mataku, melihat tanpa berkedip beberapa saat, mungkin meyakinkan, atau entah apa...
“Mmm... terus, Dek?”
“Nggak usah sok tenang kalau nyatanya kaget, Kak. Haha, keliatan kok. Kaget kan?”
“Nggak juga, banyak kok yang seperti itu”
“Aku, menutupi diriku baik-baik di depan orang lain, berpakaian sopan, berkerudung, sholat kalau diluar, tapi hampir tiap malam sejak 1 tahun yang lalu aku melakukan hubungan suami istri bersama pacarku, Kak. Bukankah aku sejalang-jalangnya wanita jalang?” katanya sambil terkikik, geli, menertawakan dirinya sendiri sembari menghapus tiap tetes air mata yang keluar dari matanya.
Sementara aku tak bisa berkata apa-apa.
Lama, waktu terasa begitu lama.
“Kenapa nggak nikah aja, Dek? Menghindari maksiat”
“Aku nggak bisa, Kak...” tangisnya mulia pecah.
[bersambung...]
Salam hangat,
Jakarta, beberapa hari setelah tanggal 5 Februari 2019.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Thanks! 🤗
Waduh,, ceritanya unik dan menarik. Sulit ditebak karena dalam olok-olok ternyata ingat Tuhan, dalam canda eh tiba-tiba nangis. Keren pula inisiatif si Ayu membubuhkan Future Wife itu. Mantab abis. Ditunggu lanjutannya. Saya rekom ke yang lain ya.
Posted using Partiko Android
Terimakasih pak @khaimi
Siap. Tunggu kelanjutan ceritanya, ya. 😊
Congratulations @yul14stuti! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP