Enam Gambaran Masalah dari Sungai Kehidupaan Generasi 90-an

in #indonesia7 years ago

Di postingan sebelumnya aku sudah menjelaskan tentang metode sungai kehidupan atau yang disebut dengan River of Life. Menggambar Sungai Kehidupan

Kali ini aku akan menceritakan tentang uji cobaku kepada enam orang teman yang kujadikan responden uji coba. Mereka kelahiran tahun 90-an dan sekarang berusia lebih dari 20 tahun.

09529924-48dc-41e3-8491-0a6ec445eada.jpg

Mereka ini nantinya akan dijadikani fasilitator untuk pendampingan anak-anak di panti asuhan. Sebelum kegiatan itu dilakukan, aku memperaktikkan terlebih dahulu kepada mereka supaya mereka lebih paham bagaimana mengarahkan anak-anak di panti untuk menggambarkan sungai kehidupannya.

Dari enam orang tersebut dapat kuambil kesimpulan bahwa ada enam masalah yang muncul saat mereka mengenyam bangku sekolah.

1. Sedikit-sedikit Dekeng

Dekeng atau biasa disebut beking ialah penyokong untuk mempermudah suatu urusan dengan menggunakan uang pelicin.

Dari enam orang yang menceritakan tentang sungai kehidupannya, semuanya pernah berhadapan dengan persoalan dekeng atau beking. Terutama saat memasuki sekolah favorit atau perguruan tinggi.

52e57876-0098-439f-989e-d30f29c8911f.jpg

Sebut saja Amin yang mengatakan bahwa ibunya rela menyiapkan uang 15 juta untuk bisa masuk ke perguruan tinggi di Sumatera Utara. Kebetulan yang jadi dekeng adalah saudara jauh ayahnya. Tapi karena Amin seorang yang idealis, dia menolak mentah-mentah rencana ibunya itu.

Peserta lain yang juga menggambarkan river of life pernah juga berhadapan dengan kasus-kasus seperti ini. Sehingga persoalan dekeng atau beking itu menjadi rahasia umum dan dimaklumi oleh masyarakat.

2. Beli Soal

Generasi 90-an merupakan generasi yang merasakan ujian nasional ditentukan dalam waktu tiga hari. Bila tidak dapat menjawab soal yang diujiankan selam tiga hari tersebut, maka tidak bisa lulus ujian dan harus menunggu setahun lamanya atau mengambil paket C.

Nani nekat menghubungi ketua osis untuk mengajaknya membeli soal dengan patungan bersama teman-temannya. Anehnya saat itu guru juga mendukung aksinya walaupun saat hari pertama ujian Nani kesulitan untuk melihat kunci jawaban dikarenakan ada pihak wartawan datang meliput kegiatan ujian di sekolah mereka.

4d7bfa77-7555-452b-84f0-bafc074749e2.jpg

Di hari kedua dan ketiga Nani bisa menjawab soal ujian dengan lancar karena sudah ada kunci jawabannya. Dalam gambar sungai kehidupannya, dia mengaku salah atas aksinya itu karena perbuatannya itu dapat mencoreng wajah pendidikan. Tapi, mau berbuat apa karena memang pada umumnya siswa saat itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Nani.

Ini perkara yang harusnya diketahui oleh dunia pendidikan. Bahwa keberhasilan siswa bukan dilihat dari berapa tinggi nilai ujian matematika, bahasa, atau ilmu pengetahuan alam dan sosialnya, tapi tentang proses pendidikan yang menanamkan sikap kejujuran.

3. Bullying

Kasus ini juga terlihat dari gambar sungai kehidupan yang digambar oleh enam responden itu. Kalau bukan sebagai korban, berarti sebagai pelaku bullying.

Afi harus menerima kenyataan pahit dibully karena dulunya dia yang melakukan aksi bullying itu. Setelah dia pindah dari sekolah tersebut disebabkan karena satu dan lain hal dia kembali lagi bersekolah di sekolah asalnya.

b216ea94-d2fc-45fb-9e08-7b86d7eb7284.jpg

Sayangnya tidak ada teman yang mau lagi berteman dengannya disebabkan ulahnya dulu yang sering membully dengan meminta benda-benda temannya seperti kertas binder. Dia menuliskan gambar tesrsebut di sungai kehidupannya.

4. Gap atau pemisah

Selain aksi bullying, gap atau pemisah antara anak yang orangtuanya dianggap penting dan yang bukan juga menjadi masalah di dalam dunia pendidikan. Bahkan guru-guru pun yang melakukan sendiri perilaku gap kepada murid-muridnya. Mungkin karena ada pengaruh dari orangtuanya yang mempunyai posisi kuat atau kekuasan dalam pemerintahan.

Misalnya saja Mery harus rela berganti posisi dengan anak wali kota dalam barisan paskibra. Mery yang awalnya berada di posisi 17, karena tidak datang latihan lantaran ayahnya meninggal dunia, dipindah ke posisi 45 dan posisinya digantikan oleh anak wali kota.

d86b344c-35aa-402b-ba08-e1f6f32210aa.jpg

Peraturan sebenarnya sebelum penggantian posisi itu, haruslah di tes terlebih dahulu. Mery bukan di tes dengan anak wali kota yang merebut posisinya, tetapi dengan temannya yang lain. Sedangkan anak wali kota bebas dari tes dan tetap di posisi 17.

5. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual juga menjadi masalah, terutama di kota besar seperti Banda Aceh dan Lhoksemawe.

Hera pernah melihat bagaimana temannya menjadi korban dari pelecehan seksual yang dilakukan oleh kakak kelasnya. Saat itu Hera tidak bisa berbuat banyak hanya melihat bagaimana temannya dikerumuni laki-laki dan memegang payudara temannya itu.

da60c672-2835-47f4-9c5c-5614968dd871.jpg

Meski pun bukan terjadi padanya, kejadian itu membuat Hera trauma hingga diingatnnya sampai sekarang bahkan terlukiskan di gambar sungai kehidupannya. Peristiwa itu membuat Hera anti terhadap laki-laki yang membuatnya melakukan proteksi berlebih ketika didekati oleh laki-laki.

6. Pilihan orangtua

Ini terjadi karena orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, sehingga mendikte jalan hidup anaknya. Tipe orangtua seperti ini membuat anak kebingungan menentukan minat dan bakatnya.

Genta pernah berkali-kali pindah sekolah karena orangtuanya memaksa pindah tanpa ada alasan yang jelas. Tidak mau dicap anak pembangkang dia menuruti semua keinginan orang tuanya, hingga pada titik jenuh di mana dia tidak mau lagi melakukan sesuai dengan pilihan orangtuanya.

0d2aadf2-6efb-47c4-bcf5-3ef296b9bdc3.jpg

Dia ingin menentukan jalan hidupnya sendiri, tanpa harus didikte. Untungnya ketika masuk ke perguruan tinggi Genta bersikukuh dengan jurusan pilihannya dan dia menikmati pendidikan yeng menjadi pilihannya.

Itulah enam masalah yang tergambarkan dalam sungai kehidupan generasi tahun 90-an. Apakah kamu termasuk generasi 90-an dan mengalami masalah yang sama?

Silakan tinggalkan komentar terkait permasalahan di atas dan berikan solusinya supaya masalah tersebut tidak dialami oleh generasi kids jaman now.

Sort:  

Tidak bnyk jg org tua di indonesia yg benar2 menerapkan demokrasi di internal keluarga yah..
Masih memaksakan kehendak thp masa depan anak.
Kereeen ulasannya @yellsaints24 :)

Ya, begitulah. Semoga ketika kita jadi orangtua nanti bisa memberi pilihan untuk anak dan juga membimbingnya supaya bisa mendapatkan yang terbaik.

River of life, keren..👍
Mental dan budaya juga menjadi bagian yg tak terpisahkan dari persoalan diatas. Mesti dan harus pelan-pelan dibenahi..
Good job..👌

Iya, dengan melihat data-data kecil seperti ini. Hendaknya pemerintah harus berkaca lagi melihat pendidikan di negeri ini.

Terima kasih sudah berkunjung.

Benar @yellsaints24
Pemerintah punya andil besar dlm hal itu.
Sukses terus..👍👍

Yups, semoga saja ada staf dari dinas pendidikan melihat tulisanku ini.

yel..kapan ajarin kita-kita di GIB bikin ini...pasti seruu

Boleh banget kak, kita atur saja jadwalnya nanti, biar kita sama2 buatnya untuk merancang mimpi masa depan. Jadi nanti bisa saling support.

Menarik sekali kak,
Beberapa masalah diatas pernah saya alami diwaktu saya masih sekolah, baca tulisan ini seperti mengenang kembali kejadian-kejadian dulu.. hihi

Berarti @cutthara termasuk generasi 90-an, bertambah lagi data bahwa anak tahun 90-an mengalami hal ini.

Iya kak, hihihi

Saya pernah mengunjungi beberapa sekolah di beberapa kabupaten/kota yg ada di Aceh.
Kalo saya lihat, permasalahannya ada di kebijakan yg sering berubah-ubah, SDM yg tidak memadai dan fasilitas sarana prasarana yg tidak mendukung. Kalaupun fasilitas sarprasnya mendukung, SDM nya tidak mampu menjalankan.
Apalagi semenjak adanya sertifikasi skrg ini, guru2 yg ada disekolah terpencil yg jumlah sekolahnya sedikit harus mengejar target jam pelajaran agar mendapatkan bayaran sertifikasi. Naah.. ujung-ujungnya mereka mengejar kuantitas, bukan kualitas.
Konselingpun hanya dilakukan utk murid-murid saja, tetapi utk guru tidak. Seharusnya pendidik dan yg dididik harus sama-sama mendapatkan bimbingan.
Sebenarnya banyak permasalahan-permasalahan lain yg kalau dijabarin ga akan habisnya.
Semoga aja kedepannya semakin lebih baik.

Amin, semoga perhatian untuk memajukan pendidikan baik dari sarana dan prasarana, serta SDM nya menjadi prioritas bagi pemerintah Aceh Carong.

Ini permasalahan yang telah mendarah daging, bahkan orang yang mau keluar dari lingkaran tersebut dianggap terlalu idealis, salah satu caranya dengan membina anak-anak dari TK hingga ke bangku kuliah tentang budaya yang tidak baik dan ditenggelamkan secara pelan-pelan, tapi itu hal yang mustahil karena tidak singkron antara keinginan kita dan mereka, ntahlah!

Berarti sasarannya anak TK, supaya bisa menghasilkan generasi yang bisa keluar dari lingkaran setan itu. Semoga perhatian terhadap guru-guru di TK dan juga pembelajarannya menjadi fokus utama dalam membangun pendidikan yang baik dan berkualitas.

Menarik utk lebih ditelusuri lagi.

Iya, tunggu tulisanku berikutnya tentang river of life yang digambar oleh anak-anak di panti asuhan.

tetapi sekarang pun masih demikian dan malah lebih parah kk @yellsaints.

Iya, miris kita lihatnya.

Seru juga ya menggambar river of life ini. Nanti mau baca tata caranya. Siapa tau bisa dijadikan semacam permainan saat lagi nongkrong sama kawan-kawan.

Ini tata caranya bang, https://steemit.com/indonesia/@yellsaints24/menggambar-sungai-kehidupan.
Bisa dicoba kok, pasti hasilnya mengejutkan. Kami anak GIB di Banda Aceh rencana mau buat ini juga.

Siiip... kami bookmark dulu biar ga lupa.

Eaakkk... ketika alumni Dream Maker beraksi. 😉

Hahahaha, begitulah kak, lepas dari kandang kita pengaruhi orang. Asal bermanfaat nggak apa-apa kan?

Yuppp... lanjutkan, Yell.