Tertiblah Berbahasa Indonesia! (9)
Tentang Kata-kata Tanpa Huruf Y
Dear Sahabat Steemians.
Hingga kini masih saja kita dapati pengguna bahasa Indonesia menuliskan kata-kata yang seharusnya tidak pakai huruf y, tapi mereka tulis menggunakan huruf y.
Kesalahan ini hampir merata terjadi pada berbagai profesi. Kalangan tentara, misalnya, hingga kini masih menggunakan kata batalyon, padahal kata itu bukanlah kata yang baku. Seharusnya, nama dari kesatuan tentara yang merupakan bagian dari resimen (beranggotakan 300-1.000 personel) itu adalah batalion, bukan batalyon.
Nah, kalau ketentuan bahasa ini konsisten diikuti, berapa ratus yonif (batalyon infanteri) di seluruh Indonesia ya yang harus dibatalkan, lalu diganti nomenklatur akronimnya menjadi ionif? Tapi, maukah Panglima TNI menertibkan ini? Sebagai pengawal keamanan NKRI dari rongrongan musuh dari luar, TNI pun mestinya berjiwa besar untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia, antara lain, dengan memakai kata batalion (disingkat ion), bukan batalyon (disingkat yon).
Kalangan guru agama, ustaz, atau mubalig juga sering menggunakan kata dengan menambahkan huruf y pada kata tersebut, padahal semestinya kata itu tak mengandung konsonan y. Misalnya, menuliskan kata aliah dengan aliyah, tsanawiah dengan tsanawiyah, Hijriah dengan Hijriyah, dan imsakiah dengan imsakiyah.
Ini tentunya pengaruh bahasa Arab, sehingga banyak guru agama dan ustaz tak bisa "move on" dari kebiasan menambahkan huruf y di kata yang berakhiran -iah. Boleh jadi mereka terinspirasi dari lembaga Muhammadiyah yang nama resminya sejak 1912 ya memang sudah seperti itu. Jadi, tak seharusnya dijadikan rujukan, terlebih karena tahun 1987 Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sudah mengeluarkan keputusan bersama tentang Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Di sana diatur bahwa vokal panjang iyy- (gabungan alif dengan ya) cukup dilambangkan dengan huruf i saja, tak boleh dibaca -iyah.
Orang berbahasa Indonesia yang juga penutur bahasa Inggris tak terbebas dari pengaruh tambahan huruf y ini. Orang jenis ini kerap kita dapati menuliskan esai dengan esay, karena versi Inggrisnya essay atau menulis lobi dengan lobby, Turki dengan Turkey.
Diskusi bahasa dengan pakar bahasa, Dr. Wildan Abdullah, M.Pd, Dr. Rajab Bahri, dan lain-lain, Selasa (22/5/2018) di Kantor Dinas Arpus Aceh.
Bahkan penutur bahasa Mandarin pun ikut menyumbang kesalahan ketika menulis bahasa Indonesia, misalnya menulis pektay untuk pektai dan capcay untuk capcai.
Setelah menyadari beberapa kesalahan tersebut, marilah kita bertekad untuk tak mengulanginya lagi.
Berikut saya sertakan daftar kata yang tak mempunyai huruf y, tapi sering ditambahkan tanpa sadar oleh penulis karena mengira itulah bentuk yang benar.
***
aliah, bukan aliyah
asoi, bukan asoy atau assoy
biliar, bukan bilyar
batalion, bukan batalyon
batiniah, bukan batiniyah atau bathiniyah
capcai, bukan capcay
empati, bukan empaty atau emphaty
esai, bukan esay
feri, bukan ferry
fotokopi, bukan fotocopy atau photocopy
fotografi, bukan fotografy atau photography
galeri, bukan galery atau gallery
hewani, bukan hewaniyah
hijaiah, bukan hijaiyah
Hijriah, bukan Hijriyah
hobi, bukan hobby
ibtidaiah, bukan ibtidaiyah
ilmiah, bukan ilmiyah
imsakiah, bukan imsakiyah
industri, bukan industry
islamiah, bukan islamiyah
Itali, Italia, bukan Italy
jariah, bukan jariyah (amal jariyah)
jeli, bukan jelly (selai)
jeti, bukan jetty
Kamariah, bukan Kamariyah
kuasi, bukan quasy (seolah-olah)
kuliah, bukan kuliyah
lahiriah, bukan lahiriyah
lebai, bukan lebay (berlebih-lebihan)
lobi, bukan lobby
miliar, bukan milyar
miliarder, bukan milyarder
miliun, bukan milyun
miliuner, bukan milyuner atau milioner
pektai, bukan pektay
poli-, bukan poly
polisemi, bukan polisemy
politeisme, bukan polyteisme
samadiah, bukan samadiyah
sangrai, bukan sangray
sekuriti, bukan sekurity atau security
setan, bukan syaitan
siasat, bukan syiasat atau siyasah
siomai, bukan siomay
suplai, bukan suplay atau supply
survei, bukan survey
Syamsiah, bukan Syamsiyah
takziah, bukan takziyah
tausiah, bukan tausyiah
trofi, bukan trophy, atau tropi
tsanawiah, bukan tsanawiyah
Turki, bukan Turkey
qudsi, bukan qudsy
zawiah, bukan zawiyah
Demikian, semoga berguna.
Banda Aceh, 23 Mei 2018
Saleuem,
YD
Pembina FAMe dan Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia
Wah ternyata sebagian kata di atas pernah saya tuliskan dan itu kesalahan.
Terima Kasih Pak @yarmen-dinamika atas informasinya yang bermanfaat
Terima kasih kembali @tusroni. Tujuan saya membuat postingan ini ya itu, agar kesalahan serupa tak terulang. Juga agar generasi di bawah kita punya rujukan mana versi yang benar atau versi bakunya.
Pencerahan yg bagus ni utk ilmu
Terima kasih pak atas ilmunya. Akun Bpk akan jadi petunjuk bagi saya jika sesuatu hal yang saya butuhkan, FAMe Lhokseumawe.
Terima kasih Bung @benimardaniat. Sukses selalu.
Informasi yang sangat bermanfaat pak... Asalkan jangan Yarmen Dinamika diganti mnjadi Iarmen Dinamika saja pak, hehehe...
Kalau Pak Yarmen mau, mungkin kita bisa mengubah Batalyon jadi Batalion.
ternyata masih banyak menulis yang salah dan di pakai banyak orang,,,makasih pak ilmunya
✅Bagus banget Bang, postingannya ada yang meluruskan kekeliruan akut selama ini dari penggunaan bahasa, bahkan sampai ke penamaan orang.
Aliyah, Badriyah, Syamsiah, Ayah Panton, dll 😅
Hehe...Bung @jkfarza mulai melebar dan nyeleneh nih. Saya sebutkan di dalam daftar itu hanya dua contoh nama, yakni Kamariah dan Syamsiah. Tapi itu bukan nama orang, melainkan nama penanggalan yang penghitungannya berdasarkan peredaran bulan dan matahari. Jadi, tak ada hubungannya dengan Badriyah, Ayyah Panton, apalagi dengan Jamaluddin Kamal Farzah, bahkan alam barzah. Hehe... Kembali ke laptop.
Seorang penulis yang yang baik, selalu gembira sebelum melahirkan sebuah karya. Ia tanpa pamrih honor, reward dan tanda jasa. Satu yang ia harap, bisa berbagi kegenbiraan..
Salam Bang
Alhamdulillah, dapat ilmu lagi. Terima kasih pak @yarmen-dinamika :)
Waah, yang ini sungguh, Aini pun banyak salah menggunakannya.
Tepat sekali bang. Seperti halnya reza acoi bukan reza acoy. Hehehehehehe