Kisah Tentang Burgo
Tadi malam saya tiba-tiba teringat sebuah nama yaitu "Burgo". Nama yang begitu lekat diingatan saya dan begitu spesial bagi saya. Bahkan saking spesialnya saya punya jadwal tersendiri untuk bisa berjumpa dengan Burgo. Saya bisa bertemu Burgo ini hanya di hari Sabtu.
Saya teringat dengan nama Burgo ini, ketika saya sedang asyik menelpon ibu saya. Kebetulan saat itu saya menelpon secara konferensi melalui aplikasi Whatsapp Massenger. Telepon saya sambungkan dengan beberapa orang. Selain ibu, saya sekaligus ngobrol dengan 2 orang kakak saya dengan panggilan video.
Dalam obrolan telepon itu kami saling menanyakan kabar, menanyakan keluarga dan sanak saudara, selain itu kami juga bisa melepas kangen meskipun hanya melihat muka satu dengan yang lain di layar handphone. Kami ngobrol ngalur ngidul. Sesekali kami membahas makanan yang sering kami makan bareng-bareng saat masih bersama-sama dulu. Namun karena sekarang sudah pada misah dan tinggal dengan keluarga masing-masing jadi tentunya rasa rindu untuk seperti dulu itupun sangat terasa dan ingin diulang lagi.
Saat membahas makanan, saya terpikir tentang Burgo. Saya langsung bilang dalam obrolan telepon itu, " Bungsu kangen banget sama Burgo, apa masih ada di kampung? Tanya saya". (Bungsu: panggilan anak bontot dalam keluarga saya). Ibu saya menjawab, "Sudah tidak ada lagi, ibu Tidak pernah nemu, bahkan mungkin orang-orang sudah pada lupa".
Burgo adalah makanan khas dari Sumatera Selatan, lebih tepatnya Burgo ini berasal dari daerah Palembang. Namun selain Palembang di daerah Lampung juga makanan ini sangat lekat dengan masyarakatnya. Bahkan ada suatu lokasi di daerah Lampung khusus tempat mangkal penjual Burgo. Tempat ini hingga sekarang ramai dikunjungi para pembeli. Jika Anda berkunjung ke Lampung Anda bisa menggunakan google map untuk sampai ke lokasi ini. Begitu pula di kampung saya, Bengkulu. Kebetulan daerah saya berdampingan dengan Palembang dan Lampung tentunya makanan ini juga familiar di daerah saya. Kalau di kampung saya zaman dulu burgo dijual hanya pada saat pasar mingguan yaitu hari Sabtu.
Kenapa lontong burgo begitu spesial bagi saya?
Karena saya memiliki kisah yang hingga sekarang tidak terlupakan bagi saya. Yaitu tentang pertama kali saya bisa membuatnya. Pada suatu sore di bulan Ramadhan, saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, saya ngabuburit mencari makanan untuk buka puasa. Banyak sekali jajanan pasar yang dijual di sepanjang jalan. Tapi saya sama sekali belum menemukan makanan yang sesuai selera saya saat itu.
Saya terus berjalan dan sesekali berenti melihat-lihat makanan yang dijual di sana. Tiba-tiba mata saya tertuju pada suatu stand yang begitu ramai orang berkerumun. Di tempat itu ada seorang penjual makanan. Kebetulan masih saudara saya, saya memanggilnya Mami. Ia juga ikut berjualan makanan di sana. Tapi makanan yang dijualnya makanan yang baru dan belum pernah ada di kampung saya. Tentunya berbeda dengan makanan-makanan yang ada di daerah saya. Maklum saja orang-orang pada berdesak-desakan antri di sana untuk membeli makanannya. Bahkan makanan itu menjadi viral di kampung saya saat itu.
Sayapun tidak ketinggalan ikut mengantri ingin mencoba rasa dari makanan yang kata orang-orang kampung saya enak sekali. Namun sayang karena saya diantrian terakhir saya sudah tidak kebagian. Hanya tersisah sepotong lontong burgo dengan kuahnya saja. Tapi karena penasaran dengan rasanya sayapun tetap memaksa ingin membeli, tapi sisah lontong itu dibagi gratis oleh Mami saudara saya itu. Ia pun bilang, " Kesini aja lagi besok, Mami jualan lagi di sini". Sayapun mengiyakan omongan Mami tersebut.
Setelah buka puasa sayapun langsung mencoba lontong burgo tadi, dan rasanya memang enak sekali. Sayapun berniat besoknya akan beli lagi. Namun sayang besoknyapun saya tidak kebagian lagi. Pada saat saya datang ke tempat Mami jualan lontongnya sudah habis tanpa sisah. Saya juga tidak berpikir kemarinnya untuk pesan duluan. Saya sangat kecewa. Saat itu masih pukul empat sore, sambil nahan kesal saya ngobrol-ngobrol sama Mami menanyakan tentang cara membuat dan resep lontong burgo itu. Mami menceritakan secara detil ke saya resep dan cara membuatnya. Dalam pikiran saya mudah sekali membuatnya. Bahannya pun tidak terlalu susah.
Setelah tau resepnya saya pulang tergesa-gesa, saya ingin mencoba membuatnya. Kebetulan bahan-bahannya tidak terlalu sulit. Saya mulai membuat lontong burgo dengan bahan seadanya begitu semangat, dan akhirnya berhasil. Kata kakak dan orang tua saya rasanya enak sekali. Meskipun kuahnya belum dicampur dengan ikan gabus halus. "Apalagi kalau semua bahannya komplit pasti akan lebih nikmat, ujar Kakak saya". Sayapun senang bukan main. Sejak saat itu bukan hanya saat bulan puasa saja saya membuatnya, tapi hampir setiap hari saya selalu membuat lontong burgo ini.
Burgo adalah sejenis lontong sayur. Tapi memiliki cita rasa yang unik dan tentunya berbeda dengan jenis lontong lainnya. Tampilan lontong Burgo seperti borgol. Itu pula kenapa lontong ini dinamakan lontong Burgo.
Bahan dasar dari lontong burgo sama dengan lontong lainnya yaitu beras. Hanya saja lontong burgo bukan berasnya yang langsung diolah menjadi lontong. Melainkan tepung berasnya. Membuatnya juga tidak direbus melainkan dikukus. Kuahnya terbuat dari campuran santan dan bumbu dapur lainnya.
Tapi yang bikin unik selain dari tampilannya juga di kuahnya ini, campuran dari ikan gabus yang dihaluskan membuat kuahnya benar-benar gurih rasanyapun unik dan nikmat. Sementara untuk sayurnya, itu selera kita. Ada yang tanpa sayur memakannya. Hanya sambal dan disiram kuah saja. Tapi akan lebih enak lagi kalau ditambah dengan sayur sangahan (campuran sayuran seperti kacang panjang, pete, dipotong kecil-kecil, lalu dimasak dengan santan yang sudah tanak/santan mecek-mecek, dengan bumbu sama seperti bumbu gulai).
Dengan teringatnya memori saya tentang kisah lontong burgo ini, saya ingin mencoba membuatnya lagi. Hitung-hitung melepas kerinduan saya terhadap lontong ini. Untuk resep dan cara membuatnya, saya akan posting di tulisan saya selanjutnya
Bersambung....
Foto: internet
Bekasi, 6 Februari 2019
WA || willyana.com
@puisiwilly
Posted from my blog with SteemPress : https://willyana.com/2019/02/06/kisah-tentang-burgo/