"Berbau Kiri-Berbaju Borjuis"

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Ciri khas kaum kiri adalah watak radikalisme-nya, watak ini tidak buruk, dan juga tidak perlu dihilangkan, ini adalah watak ciri khas kaum kiri yang tetap harus selalu ada, namun harus kita tempatkan kepada hal yang tepat dan kontekstual.

Apabila dulu watak radikalisme Tan Malaka menolak berunding dengan penjajah, maka watak radikalisme kaum kiri saat ini adalah tidak ada kompromi kepada mereka para antek asing dan aseng.

Demo nggak demo, protes nggak protes tetap saja ada penguasa yang dengan lantangnya berkompromi dengan penjajah masa kini yaitu korporasi asing & aseng, kiri tidak kiri negeri ini tetap amnesia Perpetuasi laku korupsi masif, menebar senyum di media dengan tampang sederhana bahkan menyempatkan berkoar-koar dengan konten pesan bersih, senyum menganga dengan bangganya melakoni lakon simbol pembodohan sistemik di era paska reformasi, padahal manusia tidak pernah lepas dari dua hajat, hajat nilai dan hajat materil seminimalis apapun tampangnya itu, titik jenuh malaise multidimensional bangsa, dimana bangsa ini tiba di suatu masa yang sepenuh-penuhnya vakum kepimimpinan.

Salah satu potret arogansi manusia adalah orang yang mengaku-ngaku sederhana dengan citra-citra tanpa henti beriklan manajemen bersih dan anti korupsi yang dengan jelas dan lugas mempermainkan orang lain yang mungkin punya kelemahan dalam pemahaman diaraknya beramai-ramai terjerumus kedalam ilusi asap kebodohan simpati korban kronis perkosaan labelisasi etnis minoritas yang bertahun-tahun disakiti negeri kini telah bertransformasi diubahnua menjadi superhero anti korupsi juru selamat negeri yang dipakai sebagai alibi untuk mengklasifikasi pendapat dan tindakannya yang hanya merunut pada korporasi, kaum terdidik, kaum kaya dan kaum menengah yang gengsinya berlebih-lebih tinggi.

"Dengan alih-alih etika menjauhkan si miskin dari kuman lantas tak masalah untuk merampas dan menggusur pemukiman kismin demi si tuan-tuan pengembang" major toleransi untuk lingkungan kelompoknya namun zero toleransi untuk yang bukan dari lingkungan kelompoknya, power and prosperity tak lebih dari sekedar Galileo gambit.

Engkau bukanlah emas, orang tidak peduli kau plongak-plongiok ga jelas meringis sederhana, sekeras apapun itu niat usahamu beromong kosong sederhana untuk mencari pembenaran atas hajat nilai, terlihat jelas nampak di gusi-mu yang menganga itu kebanyakan niatmu berhajat materil, sekali kau diletakkan di bumi, seseorang pasti akan bisa membawamu keluar lagi.

Antara utopis dan menjadi fleksibel, masih ada orang-orang yang mampu berpihak pada yang benar dan benar-benar mau mati Bong? Awas keliru Bong, tidak semua punya persepsi sama tentangmu.

image

Kami mungkin kelihatan lamban dan dungu, tetapi di kepalaku sudah kumatikan kau dua kali. Kita tidak akan melihat kerbau terbang karena hukum gravitasi membuat kesalahan atau lupa menerapkan gravitasi pada hari ini, tapi dalam hal ini kami bermimpi besar suatu saat tidak ada penggusuran di negeri ini, penguasa bebas dari genggaman finansial korporasi, tanpa utang,tanpa bunga, tanpa pentingnya duniawi, bukankah Future was made by virtual insanity.

Sekarang Bangsa hampir terkurung dalam suatu kehidupan hampa, dimana kesadaran sedang menguap eksistensinya. Rupa rupa usaha yang kita kuatkan jati dirinya tinggal kosong, bak gentong yang dasarnya bolong seperti mulutmu. Sebagaimana pendidikan dan belajar yang bertujuan pada filosofi kebaikan dan kesahajaan pun jadi bertolak belakang ? Nyatanya, konsepsi yang dihidupkan dalam metode untuk memenuhi nilai, justru menguap. Ketika ruang penguasa dipenuhi sosok dungu yang saling berhadapan dengan otak bebal serta nafsu yang senantiasa tegang dan kaku, serba materi dan duniawi hedonis, nafsu besar, pikiran kurang tenaga kurang "Libido ergo sum" pantas tidaknya, benar tidak benarnya dan'tak baiknya, libido tanpa kendali otak yang akan merobohkan bangsa ini.

Rasa itu bisa di manipulatif, menambahkan sesendok gula membuatnya manis, dua sendok akan lebih manis,atau sama sekali tidak memberinya gula membuatnya pahit menjadi subversif, tergantung dari olah hasil akhirnya dan terbukti remeh temeh mampu mengubah dunia, seandainya bukan apel yang menimpa di kepala newton, tetapi batang pohonya mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan gravitasi. dan gravitasi rakyat itu yang akan menarik, menyeret mencungkil penguasa dari atas singgasananya.

Semuanya bermuara pada'logika dan perasaan, dua tinjauan berkelakuan, rakyat ribet dengan hal remeh temeh yang membatasi konektivitas merunutkan silogisme yang pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pemimpinnya. Mengaku sebagai homo sapiens, spesies terbaik yang dianugerahi piranti waahh yaitu (akal budi) tapi kenapa masih ada konflik kepentingan pribadi diatas simbol dan objek publik, merasionalisasikan kepentingan pribadinya atas nama kepentingan korporasi, sibuk mengusut cela, fitnah murahan, saling menyalak, semua disalaki tak bisa membedakan mana tukang pos, maling dan Ulama, berhentilah sensasi ! muak dengan gosip politik murahan dinegeri ini. Peradaban yang membatu.....masih mau hidup di zaman megalitikum ?

Jangan sepenuhnya percaya kemarakan celoteh internet merupakan gelegak demokrasi, penggalangan simpati agama dan nasionalisme mau disana atau disini, jejaring sosial tidak pernah terlepas dari kompulsi kekejian majikan linimasa, alih-alih menggugah, keadilanpun diuruk-uruk dlm bentuk simpati tanpa akal ??

Saat kita tiba di ujung cerita dan maksud telah tersampaikan, yang lain akan mati tuntas dan kita diam, sebab penjelasan pun ada kelegaan yang mengikutinya kita gantungkan pada sendi-sendi mereka yang rawan.

Lalu mengutuklah lagi, sebisa kita nyaman bila mampu menekan dengan hal-hal yang kita miliki maka yang lainnya akan tidak, alangkah membuat sedih hal yang paling indah dalam hidup ialah berjuang untuk kemerdekaan pribadi dengan kejujuran menjadi persona yang bebas dari penipuan, pembodohan, ketidak-adilan, kemiskinan karena negeri ini sama sekali tidak akan berbuat apa-apa untukmu.

ROMANTISME KIRI tak perlu selalu dihubungkannya dengan cinta pada manusia dengan manusia sebab romantis itu genap dengan mengutuhkan pemaknaan dari setiap gugatan dan anggukan terhadap tabiat, bukan pula mendendangkan lagu cinta dengan bisik-bisik, tetapi menata gemanya dalam hati, menyelesaikannya dalam hati.

Manusia yang brengsek memainkan manusia lainnya, menjadi ironis sebab yang lain menikmatinya sebagai kebanggaan lalu menyebutnya belajar. Antara utopis dan menjadi fleksibel, siapa lagi yg mampu berpihak pada yang benar dan belum mati ?

Bertahun-tahun dengan jawaban yang sama....selalu saja KORUPSI mengorupsi berkorupsi dikorupsi terkorupsi menjadi-jadi baik sendiri atau beramai-ramai berdiri tetap saja semua KORUPSI.

Semoga ada penguasa yang cukup untuk menggenapkanya. Semoga yang bergemuruh menjadi tenang, semoga yang panik menjadi tenteram, semoga yang pergi lekas pulang, semoga yang hilang segera tertemukan. Semoga selalu tersadari bahwa Tuhan menguatkan melalui keterbatasan.

Tidurlah, biarkan penyisihan dirimu utuh. Beringsutlah ke alam yang tak bisa tertentukan oleh kepandaian manusia itu. Gumamkan selamat malam itu untuk kesombongan, berlalu manja, dan sarkasme. Semoga saat terbangun nanti, sebahagian diri mereka luruh, dan berlalu bersama gulita. Sssttt! Diamlah! Dengarkan suara dalam dirimu.Ingatlah firman pertama-Nya: “Kita melampaui setiap kata.”Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kaulemparkan sembarangan seperti sebutir batu (Rumi) .

Sort:  

Wooooww, very cool, cool, cool kren
Upvote aku juga ya dn follow
Saling membantu kawan

Kiri tetap dibutuhkan untuk sebagai anomali. Every Hero had villian for legitimation