review acehnologi volume 2 bab 19(sastra Aceh)

in #indonesia6 years ago

BAB 19
SASTRA ACEH
Disini ulama memainkan peranan penting dalam perkembangan kesuasastraan dan bahasa muncul sebagai bahasa yang penyebaran agama dan bahasa kesusteraan islam maka dari itu kajian sastra melayu cenderung merunjuk kepada sejarah intelektual diaceh pada abad ke 16 dan 17 M. Dan karya sastra itu merupakan instrument penting karena dapat memicu terhadap penjajah yaitu hikayat prang sabi,syair yang terdapat dalam hikayat tersebut telah memberikan kekuataan tersendiri bagi pahlawan aceh dalam menerjang belanda. Adapun mengenai periode sastra aceh Mohd.Harun membaginya menjadi lima tahapan ; tahapan pertama yaitu periode animism yang masih percaya kepada tahayyul atau kepercayaan terhadap makhluk tertentu yaitu makhluk ghaib seperti penyembahan pohon-pohon besar,batu,bukit,gunung,rawa-rawa dan semacamnnya. Tahapan kedua yaitu periode hindu dimana sastra aceh sudah mulai bersentuhan dengan kepecercayaan seperti hindu ,dan hal itu dapat ditemukan dalam hikayat malem diwa,hikayat Indran Budiman dan hikayat Indra Bangsawan dan juga mitos-mitos yang seperti dewa-dewa dan dewi. Tahapan ketiga adalah periode hindu dan islam dimana karya sastra aceh sudah mengalami pergeseran atau perubahan nilai budaya hindu ke budaya islam,dan banyaknya karya sastra aceh yang diislamkan . tahapan keempat adalah periode islam,dimana karya sastra aceh sudah mengalami perubahan yang signifikan dan pada tahap kelima yaitu karya sastra aceh dengan tetap mempertahankan pola ucap tradisional sudah beranjak kearah inkonvensional dan tidak lagi terikat pada aturan-aturan yang statis.
Karya sastra Aceh itu memiliki akar tersendiri yaitu budaya Aceh,bahasa Aceh,dan konteks sejarah Acehdan ketiga hal tersebut terikat didalam karya sastranya .Adapun spirit yang mendasar pada karya-karya sastra aceh adalah islam yang dipantulkan kedalam berbagai aspek dan rupa kehidupan rakyat Aceh,karena endatu telah menggunakan islam sebagai ruh dalam karya sastra Aceh misalnya, A.Hasjmy beliau dalam menganalisa hikayat dalam prang sabi dengan menemukan tiga segi analisa,yaitu seni-bahasa atau kesustrasaan,seni pendidikan,dan juga dakwah islamiyah dan dari aspek pertama beliau membagi lagi kedalam beberapa syarat yaitu keindahan,bahasa,seni,ekspresi,ilham,ketegasan. Dan pada aspek kedua beliau mengemukakan syarat pendidikan akal,pendidikan akhlak,pendidikan rasa,dan pendidikan keindahan ,dan dari segi dakwah islamiyyah pun karya sastra ini telah mencapai syarat-syaratnya yaitu tujuan dakwah,kebijakan dakwah,dakwah dan khayal. Dan adapun kemampuan endatu dalam menggunakan bahasa aceh sebagai karya sastra selain dari bahasa berkarya dalam bahasa melayu. Begitu pula dalam aspek kesejahteraan,memberikan indikasi kuat bahwa telaah pada karya-karya sastra aceh juga mampu dijadikan sebagai landasan untuk merekonstruksi sejarah aceh secara keseluruhan,dimana letak sastra aceh sebagai sumber local,dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu rujukannya.
Seperti yang kita ketaui bahwa Christiaan Snouck Hurgronje dalam karyanya tentang adat istiadat aceh yang mencoba mengupas tentang sastra dalam masyarakat aceh ,dan ada beberapa definisi wilayah sastra aceh yang telah diketengahkan oleh Snouck ;
Haba yaitu “ cerita-cerita …dipakai oleh orang lanjut usia untuk cerita masa lampau mereka,atau menurut tradisi bercerita tentang sejarah Aceh,dan pada umumnya aetiap berita itu suatu peristiwa”.
Hikayat yaitu “ disusun dalam bentuk sanjak atau …segala sesuatu yang disusun dalam sanjak ,selain panton dan nasib atau kisah yang disebut hikayat”.
Beberapa penjelasan diatas tersebut agaknya lebih diartikan dengan nada yang negative yaitu tidak memiliki keaslian dan cenderung dipahami sebagai sesuatu yang bersifat tanpa pesan ataupun disebut bid’ah. Sebagai contoh Snock menulis bahwa hikayat masih memiliki cirri formal yakni dimulai dengan pujian-pujian kepada Allah dan rasul-Nya,dan terkadangpun ditambahi dengan pandangan atau renungan sang penyair,baru tiba-tiba subjek yang sebenarnya. Peralihan ini hampir diberi nama pengantar ,ajayeb subhanallah… “ sungguh ajaib,maha suci Allah”.akan tetapi dalam sastra aceh hanya sekedar pengantar tanpa adanya arti atau makna dari kata tersebut.