PUISI TANPA JUDUL
Malam menjelang,
Semilir angin menembus raga yang mulai menua.
Masihkah kau jumawa dengan elok parasmu, sedang jiwa, raga , harta anak dan pasanganmu, semua bukan milikmu.
Lisan dan bathinmu jaga selalu rebahkan ragamu syahdu di pembaringan wangi kelambu.
Sambil sesekali kau raba degub jantung yang pasti akan berlalu
Entah kapan paras jelitamu akan hanya cerita, senyum dan tawamu hanya tinggal legenda
Pasra dalam takdir kita penuh ranum oleh “cinta” yang membahana tanpa terpaksa
(Salam Rindu sahabat ku Bunda)