Tradisi kenduri sawah dikampung paya (enogarafi setting 3)
Bismillah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh pembaca yang budiman yang selalu dalam pengawasan Allah, pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan sekilas adat istiadat suku saya yaitu suku kluet, yang mana banyak ke anehan dan keunikan yang dapat kita lihat dari adat tersebut.
Salah satunya adalah kenduri yang satu ini yaitu yang biasanya disebutkan kalau di suku kami Kenduri sawah atau babah lhueng. Kenduri ini dilaksanakan pada saat air dimasukkan ke dalam alur yang akan mengairi sawah.Pada saat kenduri ule lhueng dilakukan pemotongan kerbau, ayam, bebek, membuat lemang dan Tempat kenduri biasanya dekat mulut alur persawahan atau terkadang juga ditengah tengah persawahan tersebut. Tergantung dimana yang kira kira cocok untuk warga bercengkrama didalamnya.
Biasanya tradisi ini lama Setelah padi ditanam di daerah persawahan kleut, kemudian sebelum kenduri sawah ada kenduri satu lagi yaitu kenduri keunduri kanji pada saat padi berumur 1-2 bulan, dengan memasak kanji dan kanji yang telah masak tersebut boleh dimakan dan boleh juga tidak, jika yang tidak ingin memakannya nantik bisa membuangnya ke batang batang padi atau batang batang pohon lainnya, karena masyarakat kluet berkeyakinan dengan adanya tersebut maka atas izin Allah pohon padi tersebut akan mendapatkan buah yang banyak dan batang pohon yang sehat sehat begitulah kira kira pemahaman masyarakat kluet.
Kemudian kembali kepokok pembahasannyaitu Menjelang bunting atau dara atau padi berisi, diadakan kenduri sawah. Sedangkan untuk di daerah lainnya berbeda-beda dalam penyebutannya. Tetapi kami suku kluet lebih khas kepada pihak nyebutan dalam bahasa kami yaitu kenduri sawah.
Kenduri sawah ini adalah kenduri kedua paling besar setelah kenduri tolak bala, yang mana keyakinan masyarakat kami suku kluet jika kenduri sawah tidak di adakan maka akan terjadi kegagalan panen, oleh karena itu untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan maka dibuatlah kenduri sawah satu kali dalam setahun.
Sistem kenduri ini adalah menghadirkan seorang tengku atau imam chik dikampung untuk memimpin doa bersama, kemudiaan di depan tengku tersebut masyarakat brrbondong bondong meletakkan air, kulit lemang, dan pralatan sejenis bambu lainnya, agar doa yang diberikan imam bisa menempel di air atau kuliat lemang tersebut guna untuk dilemparkan kesawah atau disiramkan kesawah supaya padi yang ada di sawah membuahkan hasil yang maksimal.
Acara inipun tidak hanya di hadiri imam chik saja, tetapi dihadiri juga oleh geucik, ketua pemuda dan tokoh tokoh masyarakat lainnya, serta di ramaikan juga oleh masyarakat di kampung itu sendiri.
Setelah acara doa bersama selesai, maka air yang telah dikumpulkan tadipun di ambil orang masing masing masyarakat dan dibawa ke sawah untuk di siramkan kepadi.