Menanti Maaf dari Paya Bujok Tunong
Cerbung
**
Source
Prolog:
"Padahal aku belum pernah menolak dia, Wak... tapi kenapa dia masih marah sama aku sampai sekarang...?!"
Semua wajah sama terpekurnya mendengar uraianku. Entah bingung, entah pusing atau pura-pura peduli.
San, kau mungkin tak peduli soal satu hal penting ini. Bagimu mungkin apa yang kini kurasa tak ubahnya seperti mengelap secuil upil ke tepi sprei atau sarung bantalmu. Mungkin saat ini... tepat saat aku sedang menuliskan ini, engkau sedang bergumul dengan suamimu. Lelaki yang pernah membawamu ke tanah Bavaria. Atau mungkin kalian sedang bercengkrama sambil saling tatap menunggu siapa lebih dahulu berkedip, meski pasti berakhir dengan berahi yang kalian mulai dengan selembar kecup.
Aku bisa menerima fantasi menyebalkan itu, San... bisa sangat. Sudah terlalu lama aku hidup dalam bayang yang menyiksaku tentang apa yang kalian lakukan saat bertukar kemesraan dan memadu nafas. Arghhh... aku sanggup menahan siksa menghadapi bayangmu yang selalu sedang melakukan hal yang pasti membuatku cemburu. Sesuatu yang -entah bagaimana- semestinya kita rencanakan bersama. Tahukah engkau, San... bukan lenyapmu yang bikin batin selalu nelangsa, tapi betapa perih menahan lara ketika aku harus merasakan kehilangan kau berulangkali tanpa satukalipun pernah saling memiliki.
Namun, warna urat di pelipismu selalu membuat aku mengampuni engkau yang selalu menjadi ratu khayali. Tahukah engkau nama warna tinta ballpoint Parker bernama Blue Royal diambil dari warna urat seperti milikmu itu? Juga istilah darah-biru yang menggambarkan betapa putih para putri dalam pingitan adat istana sehingga menampakkan urat yang berwarna biru.
San, jangan minum kopi, ya... aku khawatir warnanya akan menyebar di tubuhmu yang berwarna pualam. Tetaplah di sini, dalam benak. Meski aku mesti mendulang cemburu tiap kali mengkhayalkan engkau sedang menghidangkan segelas coklat panas atau teh untuknya. Aku tetap di dermaga ini menanti engkau berlabuh meski saat aku bertanya "Kapan?" sang ombak selalu menjawab "Entah".
best cerpen
Terharu biru kelabu aku bang....
@originalworks
Aaaaah
Baru sesaat kurelakan terbawa hanyut.
Bersambung membuatku terkejut.
Kutinggalkan komentar sebentar sebelum lanjut baca, biar kau tau @sangdiyus.
Aku memuja tulisanmu.